Agus syahrul amnan

AGUS SYAHRUL AMNAN lahir di MAGETAN, 31 OKTOBER 1975. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sepatu Pantofel
google image

Sepatu Pantofel

Ku termenung sejenak seraya menundukkan kepala. Mengingat-ingat akan perjalanan hidupku. Sambil sesekali kucoba mengingat apa yang telah kulakukan dan apa yang belum kulakukan. Menangis jika teringat akan masa lalu yang begitu menyesakkan, tetapi ku tersenyum dengan apa yang terjadi padaku. sembari menyeruput secangkir kopi buatan istri tercinta, kucoba menuliskan tentang masa laluku.

Sejak kecil aku hidup dalam kesederhanaan, mungkin jauh dari kata gelimang harta. orang tuaku adalah seorang guru di sekolah dasar dan ayahku adalah pegawai di Departemen Agama yang sekarang Kementerian Agama. meski golongan masih rendah, orang tuaku harus menghidupi ke empat anaknya. Agus kecil adalah seorang anak laki-laki sendiri di antara saudara-saudara perempuannya. Bukan kemanjaan yang diberikan oleh orangtuaku. tetapi orang tuaku memandang sama pada ke empat anaknya. Sewaktu sekolah dasar Agus kecil tergolong anak yang lumayan pandai tetapi tidak begitu pandai. setiap hari ibu dan ayahku menasehati untuk selalu hidup sederhana. meski sebagian besar teman-temanku juga sangat sederhana. Masih teringat jelas saat usia sekolah dasar, saya menangis karena melihat teman-temanku mempunyai sepatu baru. Pantofel dulu anak seusiaku menyebut nama sepatu itu. Hitam warnanya dan seperti sepatu kungfu cina bentuknya. Nampak elegan dan keren mungkin pikirku jaman dulu. menangis meronta dan menangis karena orang tuaku belum bisa membelikan. Tanggal tua, itulah alasan yang diberikan. Tanggal menunjukan angka 1 pada awal bulan, ku merengek meminta sepatu itu. tetapi dengan senyuman khas ibu dan bapak berkata, " maaf ya gus, bapak belum bisa membelikan, karena uangnya untuk perbaikan sepeda bapak. Dengan menahan tetesan air mata ku berlari kerumah kakek di depan rumah. Bukannya kesejukan yang kuterima, tetapi malah dimarahi oleh nenek. " Jangan manja gus, kamu bukan orang kaya yang bisa minta apa-apa sewaktu-waktu". " Sana main ke rumah masmu atau ketemanmu" kata nenek. Dengan hati yang dongkol akhirnya aku berlari pulang dan tidur. Sampai terbawa mimpi untuk mempunyai sepatu Pantofel itu. Selang beberapa bulan kemudian, pada awal bulan bapak dan ibu mengajakku ke pasar. Dengan bangga hati dan berbunga-bunga karena akan dibelikan sepatu yang sama dengan teman-temanku. Kupilih sepatu Pantofel itu yang sesuai dengan ukuran kakiku. Tak lupa juga aku meminta kaos kaki baru. Sesampai dirumah tak henti-hentinya aku menatap dan membelai-belai sepatu baruku. Tak sadar hingga terbawa tidur. Ingatan itu meski sudah berpuluh-puluh tahun tetap kuingat. Untuk sekedar mempunyai sepatu saja, dalam keluargaku harus mengutamakan yang perlu dulu. Tidak langsung membeli. Karena sadar akan keadaan. Dan yang paling penting adalah karena Kesederhanaan adalah mendidik kita menerima keadaan dalam kondisi apapun.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terus berkarya mas

09 Nov
Balas



search

New Post