Agustinus 08

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Perkenalkan saya Agustinus,S.Pd Saya mengajar di SD Negeri 03 Bengkayang. Saya adalah calon Guru penggerak Angkatan 9 Kabupaten Bengkayang. Pendidikan Guru Penggerak membawa perubahan besar dalam diri saya dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Diawali oleh modul 1, 2, dan 3.sampailah saya pada Modul 3.1 Pengambilan Keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin.

Materi yang luar biasa saya dapatkan dari 2 modul sebelumnya. Selama menjalani Pendidikan Guru Penggerak,saya dibimbing oleh fasilitator yaitu Bapak Budiyana yang hebat, membimbing, mengarahkan, memotivasi tiada bosannya dan Pengajar Praktik Ibu Wahyuni yang sama luar biasanya dalam memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan demi kelanjutan pendidikan ini.

Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang Pengambilan Keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin. Namun sebelum menguraikan materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran tetapi ilmu itu merupakan proses yang sitematis dan terencana yang bisa merasuk kedalam kalbu sianak, alam pikiran mereka, sehingga berdampak pada perilaku dan karakter sianak yang beradab selain berilmu.

Seorang guru yang baik, harusnya mampu menjadi teladan yang baik bagi anak. Dimana perilakunya bisa dicontoh dan perkataannya bisa dijadikan pegangan. Jika kita menjadi guru artinya kita siap untuk menjadi teladan bagi anak yang kita ajar maupun seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan tempat tinggal kita sendiri. Selain menjadi teladan, kita sebagai guru harus mampu berkontribusi bagi peserta didik, setiap keputusan yang diambil haruslah berpihak pada murid dan nilai-nilai yang dianut. Menjadi guru dan pendidik artinya menyampaikan kebenaran dan mencontohkan kebaikan.

Selain itu Pendidikan adalah suatu proses yang sistematis dan terencana, bukan hanya sekedar mengajarkan murid tentang teori/materi/konten namun bagaimana semua itu masuk kedalam kalbu alam pikir mereka sehingga semua akan berdampak pada perilaku dan karakter karena manusia beradab lebih baik dari orang berilmu. Ilmu yang baik dilandasi juga dengan adab yang baik. Masa depan sianak yang kita ajar tercermin dari pendidikan yang kita poles seperti membuat sebuah karya terbaik untuk masa yang akan datang.

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Patrap Triloka merupakan semboyan yang dicetuskan Ki Hadjar Dewantara yang berbunyi, "Ing ngarso sung tulodho. Ing madyo mangun karso. Tut wuri handayani" Semboyan ini berasal dari bahasa jawa yang memiliki makna filosofis sebagai pedoman bagi guru ketika mengajar. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, maknanya kurang lebih, "Di depan, seorang guru harus bisa menjadi teladan. Di tengah, seorang guru harus bisa memberikan ide. Di belakang, seorang guru harus bisa memberikan dorongan". Patrap Triloka ini sangat berpegaruh bagi guru saat mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Ing ngarso sung tulodho berarti setiap keputusan yang diambil oleh guru haruslah mampu diteladani oleh peserta didik, sehingga ketika guru membuat sebuah keputusan ia harus yakin keputusan yang ia buat tidak berdampak buruk bagi muridnya. Keputusan yang diambil harus mampu menjadi acuan bagi peserta didik andai mereka mengalami hal yang serupa pada kehidupan peribadinya. Sekolah adalah 'institusi moral' yang dirancang untuk membentuk karakter para warganya. Seorang pemimpin di sekolah tersebut akan menghadapi situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara Etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. Ing madyo mangun karso maksudnya adalah keputusan yang diambil oleh guru harus mampu menginspirasi bagi peserta didik. Dan Tut wuri handayani berarti keputusan yang diambil oleh peserta didik harus mampu menjadi motivasi peserta didik agar menjadi lebih baik. Dengan adanya pratap triloka ini seorang guru kembali disadarkan betapa pentingnya posisinya dimata peserta didik.. Oleh karena itu setiap guru harus menyadari betul konsep ini agar tidak salah mengambil keputusan jangan sampai karena keputusan yang tidak tepat sehingga menjadi kesalahan yang beruntun. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menganalisis kasus yang dihadapi apakah bujukan moral atau dilema etika. Bujukan moral adalah benar lawan salah sedangkan dilemma etika adalah benar lawan benar. Kasus dilema etika harus mampu dianalisis berdasarkan 3 prinsip yaitu hasil akhir, peraturan dan rasa peduli, 4 paradigma yaitu Individu lawan masyarakat, keadilan lawan kesetiaan, peraturan lawan rasa kasihan dan jangka pendek lawan jangka panjang. Lalu yang terakhir melalui 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan yaitu, mengenali nilai-nilai yang bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar atau salah, pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilemma, buat keputusan lalu refleksikan. Pengambilan keputusan yang tepat akan tentunya akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Keputusan kita ambil sebagai seorang guru tentu akan mempertimbangkan nilai-nilai kebaikan yang ada dalam diri. Pengambilan keputusan yang tepat dapat menumbuhkan dan membangun motivasi murid untuk terus maju dalam mewujudkan impiannya. Serta memberikan dukungan penuh terhadap usaha murid untuk terus menjadi lebih baik sebagai makhluk yang bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu kecakapan yang harus dimiliki seorang guru agar dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman adalah keterampilan mengelola emosi dan coaching. Komunikasi akan mudah, lembut, dan lancar, enak didengar murid, tentu menggunakan bahasa kasih sayang. Sering pula ditemukan anak yang bermasalah di kelas, kemampuan menjadi seorang coach akan sangat dibutuhkan dalam hal ini. Di sini dapat berperan sebagai motivator dan memberi dukungan penuh atas keputusan yang diambil murid.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Setelah saya memasuku eksplorasi konsep dan ruang kolaborasi serta elaborasi pemahaman pada modul 3.1 dengan fasilitator dan instruktur semakin menambah wawasan saya tentang materi pengambilan dan pengujian keputusan. Yang jadi pertanyaan saya adalah apakah kesulitan yang dihadapi untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus pada dilemma etika bisa saya laksanakan dengan tepat dengan berdasarkan pada nilai-nilai kebenaran, berpihak pada murid serta bertanggung jawab. Tetapi saya yakin dengan keputusan yang diambil tetap harus menjadi pengajaran yang baik. Belajar menjadi sesuatu hal yang membahagiakan dan bermakna baik didalam kelas maupun diluar kelas, setiap keputusan yang diambil harus mampu membuat dampak bagi peserta didik, sehingga mampu menciptakan sesuatu yang juga berdampak pada kehidupannya, dan lingkungan sekitar. sehingga peserta didik yang kita ajar memiliki adab dan ilmu sehingga dicintai oleh orang sekelilingnya. Selain itu juga menjadi hamba yang takut akan Tuhannya sehingga menjadikan diri berperilaku sesuai dengan perintah Tuhan sang pencipta. Dalam hal ini tugas saya sebagai guru penggerak harus bisa menginspirasi bagi peserta didik dan lingkungan sekitar dengan keputusan yang ia ambil. Sebelum mengambil keputusan tentu kita melakukan studi kasus dengan menggunakan metode coaching. Salah satu model coaching adalah model TIRTa (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab). Model coaching ini, dapat digunakan seorang guru dalam menuntun murid menemukan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat memanfaat cara komunikasi positif melalui pertanyaan yang reflektif, dimana akan menstimulasi murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga akan membantu murid berpikir secara kritis dan mendalam. Sehingga, murid dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dan murid akan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Melalui coaching keputusan yang telah diambil dapat dikaji lagi dengan merefleksi kembali apa yang sudah diputuskan. 4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari sosial emosional sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Dalam mengambil keputusan kita sebagai guru jangan sampai terbawa perasaan, namun guru menyadari setiap keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, berpihak kepada murid dan bertanggung jawab. Selain kita dapat membedakan dilemma etika atau bujukan moral.

Pengelolaan sosial emosional menumbuhkan empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik. Dengan simpati dan empati dapat merasakan apa yang peserta didik alami, dan kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana, sehingga dalam pengambilan keputusan kita dapat menggiring murid menciptakan terobosan yang inofatif dan kreatif sebagai alternatif solusi dalam setiap pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil menggunakan 4 paradigma dilema etika yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang. Pengambilan keputusan juga berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Kehidupan ini tidak akan terlepas dari masalah, entah itu dilema etika maupun bujukan moral. Kehidupan di lingkungan sekolah lebih lagi, karena berhadapan dengan orang banyak dan dari latar belakang yang beragam. Seorang guru sangat memerlukan keterampilan dalam menjalin hubungan sosial dan mengambil sebuah keputusan. Suatu hal yang lumrah, jika masih mengalami kesalahan jika belum mendapatkan ilmunya. Melalui pendidikan guru penggerak ini saya bersyukur bisa mendapatkan ilmu tentang bagaiamana mengambil keputusan yang tepat. Oleh karena itu, ketika saya harus menghadapi masalah dan diminta mengambil suatu keputusan, insya Allah akan menggunakan rumus 4,3 dan 9. Saya akan mengkajinya dengan menelisik nilai-nilai kebajikan mana yang bertentangan, kemudian menelususri siapa yang terlibat, serta akan melakukan pengujian benar lawan sala, benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi dengan menggunakan 3 prinsip pengambilan keputusan, akan menginvestigasi apakah unsur opsi trilema, baru mengambil keputusan, dan yang terakhir mengujinya dengan melihat lagi dan merefleksi keputusan yang diambil.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebagai seorang guru akan selalu bersentuhan dengan pengambilan keputusan, suka atau tidak suka. Sebuah pengambilan keputusan diharapkan mampu membuat kondisi aman, nyaman, dan kondusif. Pengambilan keputusan yang tepat tentu harus dilatih dengan pedoman yang sesuai instrumen pengambilan keputusan yang berdampak pada murid di sekolah. Langkah pertama, guru harus mampu membedakan apakah kasus yang dihadapi merupakan dilema etika atau bujukan moral. Setelah jelas dilema etika, lakukan pengujian selanjutnya, agar sampai pada pengambilan dan pengujian keputusan yang telah diambil. Ingat, insturmen yang harus dipegang dalam mengambil keputusan adalah sembilan langkah dalam pengambilan dan pengujian keputusan, dimana didalamnya terkandung nilai-nilai universal, empat paradigma pengambilan keputusan, serta tiga prinsip pengambilan keputusan. Sehingga pada akhirnya peran guru sebgai pemimpin pembelajaran akan mampu menciptakan lingkungan positif, kondusif, aman, dan nyaman untuk murid serta lingkungan sekolah pada umumnya

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Siapapun didunia ini pasti akan terus menemui masalah dalam peran yang dilakoninya. Guru salah satunya peran yang menemui masalah dalam kehidupannya baik masalah pribadi maupun masalah dalam lingkungan rumah atau sekolah. Setiap guru pasti akan berbeda dalam menangani masalahnya, dimana guru satu dengan yang lainnya akan berbeda dalam memandang masalah yang dihadapi, tergantung kecerdasan mengatasi masalah yang dimilikinya. Hal ini akan bertemu pula dengan tahap pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan, serta berpihak pada murid. Tentu keterampilan menganalisis setiap kasus yang dialami akan berpengaruh dengan pengambilan keputusan terhadap kasus yang dihadapi.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran tidak boleh terjebak, akibat dari kurang mampu menelaah situasi kasus yang dihadapi. Iya, harus mampu membedakan apakah bernilai benar dan benar atau bernilai benar dan salah (sebuah dilema etika atau bujukan moral semata). Pengambilan keputusan harus dilakukan jika kasus merupakan dilema etika, tentu dengan berpegang teguh pada instrumen yang benar. Pengambilan keputusan terkadang sulit dilakukan karena terbentur dengan perubahan paradigma atau budaya yang berlaku di lingkungan sekolah. Kebiasaan yang menjadi budaya akan tidak mudah diilakukan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan ini. Harus dengan kehati-hatian, karena akan menyakiti banyak pihak/ pihak yang terlibat. Tentu disadari atau tidak sebuah keputuasn tidak dapat mengakomodir kepentingan semuanya, bahkan mungkin akan menyakiti pihak tertentu. Pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid tentu belum matang sempurna. Minimnya kemampuan ini akan mempengaruhi keputusan yang akan kami ambil. Namun, kekhawatiran sya tentang hal ini akan kami benahi denagn selalu belajar dan berpegan pada insturmen yang tepat dan jelas.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Filosofi Pemikiran Kihajar Dewantara menitik beratkan kepada menghamba pada anak. Sehingga anak diberikan kemerdekaan dalam proses belajarnya, kita sebagai pendidik bertugas untuk menuntun dan memuliakan murid. Perubahan paradigma tentang pendidikan yang memuliakan murid tentu mempengaruhi pola pengajaran di kelas. Guru selama ini menuntut terlalu banyak karena tuntutan dari kurikulum yang luas, akan berubah menjadi menuntun murid dalam mengambil perannya di kelas. Merdeka belajar intinya belajar yang berpihak pada murid, yang memperhatikan kebutuhan belajar murid. Oleh karena itu, keputusan yang diambil sesuai dengan filosofi tersebut mengisyaratkan menemani murid sesuai kemampuan atau kodrat alam maupun zamannya. Kehadiran guru di dalam kelas, mengajak murid menyadari potensinya, menambah kepercayaan dirinya, menjadi temannya, serta menggali potensi terbaiknya. Murid berani mengemukakan pendapatnya, mendesain tugas projek sesuai bakatnya, mengambil peran aktif di kelas, serta mampu mengambil keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan. Sehingga, tujuan yang ingin dicapai yaitu keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya akan dapat terwujud.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai denga kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harus berpihak pada murid, Bagaimana seoarng guru harus memperhatikan apa yang dibutuhkan murid. Suatu keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka dapat dipastikan murid mampu menggali potensi yang ada dalam dirinya.

Apabila keputusan yang diambil berpihak pada murid, memperhatikan kebutuhan murid, akan dapat menambah rasa percaya diri murid, ketenangan batin murid dalam menuntut ilmu, dan pada akhirnya akan berhasil menghadapi setiap tantangan di masa depannya, tidak mudah menyerah, bijaksana, serta menemukan kesuksesan yang dapat bermanfaat bagi orang banyak.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Banyak hal yang saya dapatkan dalam mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Saya belajar tentang cara - cara pengambilan keputusan yang tepat. Dimana keputusan yang diambil berpihak pada murid, bertanggung jawab yang sesuai dengan nilai – nilai kebajikan universal. Setiap kita menghadapi masalah jangan terburu buru dalam memutuskannya hendaknya diperlukan mindfulness, menarik nafas panjang dan menyadarinya. Agar dapat berpikir jernih dan mengkaji berbagai sudut yang dapat dipertimbangkan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal, berkiblat pada sembilan langkah pengambilan keputusan.

Dengan banyaknya kita menghadapi masalah akan melatih diri dalam menyelesaiakan atau menemukan solusi dari masalah tersebut. Keterampilan coaching dan kecerdasan emosional akan sangat menunjang keberhasilan mengatasi masalah yang dihadapi. Sehingga, keputusan yang diambil akan dapat dipertanggung jawabkan. Setiap keputusan tentulah akan berdampak atau tidak akan memuaskan semua pihak, akan tetapi sepanjang keputusan itu berpihak pada murid, peningkatan mutu pembelajaran, serta dapat dipertanggung jawabkan, maka lakukan dan ambila keputusan itu. Keterampilan dalam mencermati masalah,menganalisis kasus jangan samapi terjebak dengan bujukan moral, dan harus hati-hati dalam menentukan langkah pengambilan keputusan dari berbagai situasi dan kondisi yang ditemui.

Hal inipun akan dapat dilakukan apabila paradigma kita sudah sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yang selaku guru dapat menuntun murid sesuai kodratnya dan menghamba pada murid. Kajian tentang pembelajaran yang sesuai kebutuhan murid akan mudah dilakukan jika paradigma ini sudah ada dalam diri guru, serta guru tersebut memiliki visi dan misi yang jelas berpihak pada murid. Pada akhirnya akan terwujud generasi yang bijaksana dan bahagia, serta memiliki keselamatan dunia dan akherat...Generasi berprofil pelajar pancasila.

Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah : Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman saya dari modul 3.1 ini adalah Ada 4 paradigma pengambilan keputusan Individu lawan masyarakat kebenaran lawan kesetiaan keadilan VS belas kasihan Jangka Pendek VS jangka panjang Ada 3 prinsip mengambil keputusan berfikir berbasis akhir berfikir berbasi aturan berfikir berbasi rasa peduli Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola) Pengujian paradigma benar atau salah Prinsip pengambilan keputusan Investigasi tri lema Buat keputusan meninjau kembali keputusan dan refleksikan Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Selama ini saya berpikir terlalu cepat dan reaktif sehingga keputusan yang saya ambil perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan banyak orang.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Saya pernah pengambilan keputusan sebelum mempelajari modul ini dengan situasi dilema etika. Pengambilan keputusan yang saya lakukan tidak sesuai dengan berpihak pada murid, dimana saya lebih terbawa perasaan dalam mengambil keputusan tersebut. Rasa kasihan saya lebih besar dari pada kebenaran yang terjadi sebenarnya. Dan saya juga belum menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, serta 4 paradigma, 3 prinsip . Sehingga dalam pengambilan keputusan yang saya lakukan jauh berbeda dengan konsep yang saya pelajari sekarng ini. Selain itu dalam kasus sebelumnya saya memutuskan suatu kasus selalu memperjuangkan aturan dan sedikit sekali menerapkan prinsip kepedulian dan tidak pernah melakukan uji regulasi dan ujia legal dan sebagainya apa lagi melakukan 9 tahapan dalam pengujian hasil keputusan. Selain itu dalam kasus dilema etika bahkan sering berakibat lingkungan kurang kondusif karena saya mengambil keputusan tanpa pengujian, kadang saya juga menggunakan uji panutan atau idola. Prosedur pengambilan keputusan saya tidak sama persis dengan konsep yang saya pelajari dalam modul, tetapi ada kesamaan. Ini berarti menganalisis unsur kebenaran lawan salah dan uji panutan dan idola.Dan juga saya banyak menjumpai kasus dilema etika dan bujukan moral. Semua keputusan hanya didasarkan pada intuisi saya, nilai-nilai saya, dan pertimbangan saya terhadap orang lain. Setelah saya mempelajari modul ini, ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dengan mempelajari modul 3.1 ini, dimana saya sebagai guru dan pemimpin pembelajaran merasa lebih mampu dalam mengambil keputusan yang bijak sesuai dengan masalah dilemma etika atau bujukan moral. Sehingga keputusan yang diambil bisa dipertanggungjawabkan dan tidak salah langkah.Selain itu, saya harus memiliki kecakapan dalam mengambil suatu keputusan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dan mampu melakukan tahapan-tahapan pengambilan keputusan yang tepat serta melibatkan orang-orang atau pihak-pihak yang berwewenang dalam pengambilan keputusan.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Jika ditanya seberapa penting, maka saya jawab sangat penting. Hal ini dikarenakan modul 3.1 inI sangat membantu saya dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema etika. Secara individu sebagai guru ataupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, kini saya dapat membuat keputusan yang benar dan efektif serta menghindari pengambilan keputusan yang merugikan orang banyak. Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan, saya merasa bahwa banyak hal dan keputusan yang saya buat tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur. Akan tetapi sekarang saya lebih terbantu dalam membuat keputusan yang tepat.. Saya semakin percaya diri dalam membuat keputusan yang tepat. Saya akan segera mengimplementasikan keterampilan membuat keputusan sesuai modul 3.1 dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh akan membutuhkan lebih

banyak latihan dan pembelajaran.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post