Agustus Magribi

Agustus Magribi, S.Pd. lahir di Jakarta, 28 Agustus 1970. Memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dari IKIP Jakarta tahun 1995. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

DALAM HATI CINTA SELALU BERSEMI#Tantangan Menulis Gurusiana Hari Ke-6

Masih sangat pagi ketika aku tiba di sekolah. Dan ketika tiba di depan pintu kelas, aku langsung disambut oleh Via dengan wajah yang tidak aku mengerti.

“Aku sudah mendengar kejadian kemarin,” ujar Via, “Sebenarnya ada apa sih, Ky?”

“Kamu nggak tahu?” Via menggeleng. “Kamu bisa tanyakan sama dia.”

“Lion nggak masuk hari ini.”

“Nggak masuk? Uh, begitu pengecutnya dia.”

“Jangan ngomong begitu, Ky,” sentak Via dengan pandangan tajam ke arahku. Aku pun hanya terdiam melihat sikapnya itu. “Kamu nggak akan pernah mengerti tentang Lion. Jangan begitu gegabah menilai seseorang.”

“Tapi dia….”

“Aku kira kamu nggak akan peduli sama keadaannya.”

“Maksudmu?”

“Sikap kamu terlalu anti sama Lion.”

“Jadi aku nggak boleh tahu?”

“Buat apa? Toh, nggak ada rasa peduli kamu.”

“Begitukah?”

“Iya.”

“Emang, tapi itu juga lantaran kamu nggak mau ngasih tahu apa yang sedang terjadi sekarang.”

“Aku pernah cerita.”

“Tentang kedua orang tuanya?”

“Ya, bahkan semakin parah. Kedua orang tuanya kini sering bertengkar, Lion pun semakin menjadi-jadi tingkahnya.”

“Aku tahu, kejadian kemarin contohnya.”

“Tapi sekarang lebih dari sekedar itu, Ky.”

“Emangnya kenapa?”

“Lion ada di rumah sakit.”

“Rumah sakit? Kenapa?” tanyaku cemas, apalagi wajah Via tiba-tiba terlihat pucat. Aku segera menyentuh lengannya. “Kenapa, Vi?”

“Over dosis….”

Aku tertegun. Sejauh itukah yang terjadi pada Lion? Sesaat aku mulai membayangkan keadaan Lion sekarang ini. Cowok jangkung kurus dengan sepasang mata legam yang dingin dan nakal, kini tengah terbaring tidak berdaya dalam ruangan yang serba putih.

“Sejak kapan, Vi?” tanyaku pelan.

“Nggak tahu. Sebenarnya aku juga baru mengetahuinya dua bulan yang lalu. Aku udah coba nolongin dia untuk ngejauhin dari barang-barang itu, tapi Lion tetap sama kebiasaannya. Dia sudah kecanduan! Makanya belakangan ini aku selalu belain Lion, mencoba memberi kesan yang baik dan ngedorongnya untuk ngerubah sikapnya itu, supaya nggak menjadi-jadi. Tapi, Ky, semuanya itu kayaknya sia-sia.”

“Kamu nggak ngasih tahu orang tuanya?”

“Mana mungkin? Mereka jarang banget ada di rumah.”

Aku terdiam, Via juga demikian. Kami masih terus berpikir dengan angan masing-masing untuk lima menit kemudian, sebelum bel tanda masuk berbunyi.

©©©

Siang terasa panas dan kering, cahaya matahari yang putih sangat menyengat kulitku. Wajahku pun wemerah menahan panas yang terasa mendidihkan ubun-ubun. Aku mengeluh.

“Ky, aku telepon Mama aja, ya?” ucap Via, mungkin dia mendengar keluhanku tadi.

“Buat apa?’

“Kita minta dijemput, lalu diantar ke rumah sakit.”

“Jangan, Vi, nanti malah ngerepotin.”

“Nggak apa-apa kok. Toh, kita nggak sering-sering, kan?”

“Iya sih, tapi terserah kamu aja deh.”

Via tersenyum, lalu dia pun segera menelepon mamanya. Beberapa saat kemudian sebuah Yaris putih berhenti di depan kami. Via pun langsung membuka pintunya, kulihat Tante Win, mama Via, tersenyum ramah kepadaku.

“Ayo masuk, Rizky.”

“Terima kasih, Tante.”

Setelah duduk dalam mobil berpendingin dan beraroma segar ini, aku membatin, menyetujui omongan Via tadi, karena jelas lebih nyaman dalam mobil ini daripada harus berpanas-panasan naik Angkot.

Kamar berwarna serba putih itu terlihat sangat lengang. Dengan keleluasaan itu hanya ada satu tempat tidur, yang kini di atasnya terbaring Lion, yang sedang memejamkan matanya. Mungkin dia sedang tidur. Aku, Via, dan Tante Win tidak berani mengusik ketenangan Lion dalam tidurnya.

“Dia baru saja diberi obat penetral, agar over dosisnya tidak terlalu lama berpengaruh,” ucap Dokter Harum, yang mendampingi kami menjenguk Lion.

“Kira-kira kapan Lion kembali normal, Dok?” tanya Tante Win.

“Tidak lama, mungkin lusa. Tetapi yang patut diperhatikan adalah bagaimana supaya dia tidak tergantung lagi pada obat-obatan. Karena yang dia lakukan sekarang ini, tampaknya sudah pada taraf yang membahayakan.”

“Apa dia harus dirawat lama di sini?”

“Tidak diharuskan, tapi memang harus memeriksakan diri secara rutin. Dan saya kira, itu perlu didukung juga oleh semua orang terdekatnya. Keluarganya, teman-temannya, bahkan pacarnya juga boleh,” ucap Dokter Harum sambil tersenyum manis, sementara matanya menatap kepadaku dan Via bergantian.

Aku dan Via sama-sama tersenyum menanggapi ucapan Dokter Harum itu. Sedangkan Tante Win hanya mengangkat alisnya saja, kemudian beliau menatapku penuh tanda tanya. Mungkin Tante Win mengira ucapan Dokter Harum itu ditujukan untukku, padahal aku yakin, Dokter Harum tidak menunjukkannya kepada siapa pun. Tidak kepadaku atau pada Via.

“Baiklah, saya masih ada visit lain. Permisi, selamat siang,” ucap Dokter Harum sopan setelah melihat jam tangannya.

Kami pun serempak mengangguk dengan senyum.

Setelah itu, Tante Win mendekati Lion dan mengusap kening Lion yang berkeringat. Lion bergeming, sangat pulas dia terlelap. Mungkin pengaruh obat yang direguknya belum hilang benar. Sementara itu, Tante Win masih sibuk membetulkan selimut Lion, dan aku pun segera saja menarik lengan Via keluar dari ruang itu.

“Ada apa sih?” tanya Via.

“Mama kamu kok ngeliat aku kayak tadi? Kamu cerita-cerita tentang aku dan Lion, ya?”

“Ah, nggak.”

“Benar?”

Via menatapku dan tidak bersuara. Aku mulai menebak kalau Via memang menceritakan perihal aku dan Lion pada mamanya.

“Sori, Ky, tapi aku cuma cerita sedikit kok.”

“Apa?”

“Cuma ngasih tahu kalau Lion tuh ada hati sama kamu.”

“Terus?”

“Ya nggak ada lagi, aku cuma bilang kalau kamunya nggak suka.”

“Terus?”

“Ih, terus-terus mulu. Ya sudah sampai di situ aja. Nggak lebih.”

“Maksudku, Mama kamu nanggepinnya gimana?”

“Mama bilang, kalau kamu nggak suka sama Lion, itu hak kamu. Tapi Mama juga bilang kalau aja kamu mau lebih perhatian sedikit sama Lion, Lion pasti bisa merubah sikap-sikapnya yang jelek itu.”

Aku tercenung setelah mendengar perkataan Via barusan. Mungkin agak lama juga aku terdiam, karena dengan sekali sentuh saja di lenganku, aku tersentak. Lalu dengan langkah tergesa, aku mengekor Via.

“Lion sudah bangun,” ucap Tante Win ketika aku dan Via telah ada kembali dalam ruangan itu.

Aku melangkah dengan kaki yang terasa kaku. Sesekali mataku sempat melihat Tante Win, aku ingin melihat sikap beliau terhadap diriku. Tapi Tante Win tidak menunjukkan sikap yang ingin tahu, meskipun hanya dengan lirikan saja. Beliau biasa-biasa saja.

Ketika aku dan Via sudah berdiri di samping tempat tidur Lion, aku mengatupkan bibirku rapat-rapat. Mata Lion tepat menatapku dengan tajam, tapi tidak seseram dan senakal sehari yang lalu.

Aku malah melihat ada setitik duka yang bersemayam di sana. Matanya terlihat sangat sayu, tidak memancarkan cahaya dan tanpa gairah. Tanpa kegigihan hati seorang pemuda dalam menatap dan menyongsong masa depannya.

“Hai,” sapaku dengan seulas senyum yang terasa dipaksakan.

Via saat itu masih terdiam. Kemudian dia menoleh kepadaku, mengedipkan matanya tanpa kutahu maksudnya. Lalu Via beranjak mendekati mamanya yang masih sibuk mengupas apel merah.

Dadaku tiba-tiba berdebar halus ketika Lion membalas senyumanku. Ah, ini bukan yang pertama aku merasa berdebar seperti ini bila melihat senyum Lion. Bertahanlah untuk tidak bersikap bodoh, Rizky! Batinku.

Tetapi untuk mempertahankan bisikan hatiku itu ternyata sangat sulit. Bahkan aku melihat ada yang lain, yang tersirat dari wajah Lion. Dia semakin terlihat tampan dengan wajah tirusnya itu!

(BERSAMBUNG)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post