AH BURHANUDIN

Karena bukan orang kaya, bukan pula anak raja. Sebab itu aku menulis...

Selengkapnya
Navigasi Web

Tukang Sol Sepatu yang Bijaksana

Siang ini sang surya telah lewat di atas kepala. Terlihat empat orang sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya masing-masing. Tanpa ada perasaan curiga terhadap siapapun yang datang, melihat, dan masuk ke ruangan pengap berukuran 3 X 2,5 meter berdinding triplek yang sudah usang . "Ada apa, Mas?" Sapa salah satu pekerja yang paling tua padaku. "Mengambil sepatu anak, Pak. kemarin dibawa kesini oleh ibunya anak-anak." sahutku. "Silahkan dicari yang mana sepatunya, Mas?" ucapnya dengan sopan. Sekilas dari sedikit percakapan tadi terlihat wajar dan tiada yang istemewa, tetapi menurut sudut pandang saya, ada sesuatu yang luar biasa. apakah itu? Sebentar, saya lanjutkan cerita ini. . Dua hari kemarin, istriku berencana menjahitkan sepatu sang buah hati yang telah sedikit rusak. kehendak hati untuk diantar tetapi apa daya badan tidak sehat dan agak meriang. Alhasil istri kesayangan pergi sendiri ke tukang sol sepatu hanya dengan anak si mata wayang. setelah sepatu diantar, si cinta pun langsung pulang. Disini belum ada yang terasa aneh dan janggal. . "Kapan jadinya, Dek?" tanyaku menyambut kepulangan istri. "Dua hari lagi, Bang. Besok abang aja, yak! Yang ngambil, sekalian pulang kerja!" pintanya. "Iyalah ... Mana kuitansi tanda terimanya?" tanyaku. "Gak ada, Bang. besok langsung sana aja katanya, tadi gak dikasih ama tukang sepatunya." Dua hari berlalu, istri mengingatkan kembali untuk ambil sepatu anak. matahari mulai agak bergeser ke barat, waktu menunjukkan pukul dua siang. semua pekerjaan terselesaikan, bergegas kunaiki motor menuju tukang sol sepatu. Dalam perjalanan sebenarnya ada perasaan gundah dalam hati, tentang bagaimana aku mengambil sepatu anak yang kemarin diantar istri? Padahal, nota pengambilan saja tidak ada. Sambil berpikir, tetap kupacu motor butut kesayangan. Tanpa terasa sampailah di depan tukang sol sepatu. Tidak seperti dugaan, ternyata tukang sol sepatu itu memberi sambutan dengan baik. walaupun tanpa nota dan kuitansi, aku diterima dengan ramah dipersilakan untuk mengambil dan memilih sendiri sepatu anakku. Ya, inilah yang kumaksud kejadian luar biasa. Pada jaman seperti ini masih ada seorang yang percaya dengan orang lain tanpa bukti apapun. bukankah sudah sangat jarang manusia jenis ini. Pikirku, apakah tukang sol itu tidak takut bila ada orang yang menipu dan mengambil barang yang bukan miliknya? bukankah akan merugikan dan tidak akan dipercaya lagi oleh orang. Bersamaan dengan itu, banyak pikiran-pikiran negatif yang melayang di otakku. "Pak, apa tidak takut ada orang yang ngaku-ngaku dan ngambil sepatu disini?" tanyaku "Gaklah, Mas. selama kita jujur InsyaAllah tidak akan ada yang menipu. karena rejeki itu sudah ada yang nentuin." "Orang baik itu kelihatan dari sikap dan tindakannya. Gak perlu kita tandai dengan kuitansi dan nota." lanjut pak tua tukang sol sepatu. "kok gitu, Pak?" tanyaku penasaran. "apa yang sudah menjadi hak kita tak akan bisa beralih menjadi hak orang lain. jika ada barang di tempat ini ada yang hilang atau dicuri orang, Ya berarti itu bukan rejekiku. selama hati kita baik, pasti yang mendekat dan datang juga orang baik. jenis akan berkumpul dengan jenisnya" tutupnya. "Berapa ongkos sepatu anak saya, Pak?" tanyaku "lima belas ribu , Mas." "Terima kasih, Pak." ucapku sambil pergi setelah memberikan ongkos perbaikan sepatu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post