Setiap buku harus punya ruh positif. Apalagi buku cerita anak. Generasi bangsa itu perlu bacaan yang mendidik: tentang pentingnya kerjasama. Persahabatan. Kerja keras dan tanggung jawab.

Tunas-tunas kecil itu jangan hanya dicekoki bacaan tentang tahayul. keberuntungan. Dan kebahagian instan. Sebab, bacaan itu akan memengaruhi psikologi anak di kehidupannya, kelak.

Anak yang tahu-nya hanya tentang ketidakpastian. Mak bedunduk. Ujug-ujug: sukses karena menemukan harta karun; kaya karena menikah dengan anak raja; sukses karena lampu ajaib. Dan semisalnya. Pikiran si anak akan berurat nadi pada pengetahuan di otaknya. Manut.

Alhasil, mereka akan jadi orang dewasa yang hanya tahu tentang kesuksesan sebagai sebuah proses keberuntungan. Namun, tidak tahu proses yang telah dilakukan. Tidak mengerti bahwa ada proses berdarah-darah yang dilalui. Dan. Saat mbrebes mili yang dilewati. Iya. Seperti proses untuk mendapatkanmu saat itu. Ajur, Jum.

Selain itu, bacaan anak harus diakhiri dengan happy ending: ceria. Kemenangan. Tertawa-tertawa. Bahagia. Kesuksesan. Jangan diisi kekalahan. Kegagalan. Ketidakjelasan. Apalagi putus cinta. Seperti kisah Markonah dan Paijo. Sedih. Jadi apa nanti anak-anak kalau sudah sedih dari kecil. Tidak punya mimpi. Harapan hampa. Rasa tidak bangga. Minder.

Dunia anak itu dunia senang. Apalagi saat usia SD dan SMP. Masa kecil itu harus bahagia. Iya. Seperti aku dan kamu.

#300619

#motifbasi

#prosesmeliterasi

#terkadang_urip_kudu_diawur