AH BURHANUDIN

Karena bukan orang kaya, bukan pula anak raja. Sebab itu aku menulis...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menilik Potret Pancasila di SDN Sukoharjo

Menilik Potret Pancasila di SDN Sukoharjo

Remang-remang terdengar percakapan dua orang anak kecil berseragam sekolah dasar di depan sebuah mushola sekolah. Sekilas, tampak tidak ada yang aneh dari peristiwa ini. Keanehan baru terlihat tatkala pandangan diarahkan pada anak-anak lain yang sedang melakukan Salat Dzuhur berjamaah di dalam mushola. Seketika muncul pertanyaan, ada apakah gerangan sehingga dua anak kecil ini tidak mengikuti salat seperti yang lain? Ternyata, setelah diselidiki diketahui bahwa kedua anak usia sekolah dasar tersebut beragama non-Islam, si Anton beragama Katholik dan Radit beragama Kristen. Mereka berdua bermain sembari menunggu teman muslim yang sedang melaksanakan salat berjama’ah. Sebuah pemandangan yang aneh dan memang jarang terlihat di sebuah lembaga sekolah di Indonesia, yaitu gambaran harmonis hubungan kerukunan dan persahabatan antar pemeluk agama. Kejadian ini tidak hanya bisa dilihat sekali atau dua kali saja, tetapi hampir bisa dilihat setiap hari dalam aktifitas siswa dan guru di SDN Sukoharjo.

Sekolah dasar negeri terakreditasi A yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri ini, bisa dikatakan begitu membanggakan semua pihak. Terletak di Desa Sukoharjo kecamatan Kayenkidul, sebuah desa yang berada kurang lebih lima belas kilometer dari pusat Kota/Kabupaten Kediri. SDN Sukoharjo berdiri kokoh di atas lahan berukuran kurang lebih 5000 m2 di sebuah desa dengan latar belakang kondisi masyarakat yang plural, yaitu masyarakat yang memeluk agama dan kepercayaan beragam. Sebuah kondisi masyarakat yang patut diacungi jempol karena, perbedaan keyakinan dalam masyarakat tidak pernah menjadi hambatan untuk bekerjasama, bahkan menjadi salah satu perekat persatuan dan kesatuan di antara anggota masyarakat.

Latar belakang kondisi kepercayaan dan keyakinan agama masyarakat yang mejemuk menjadi salah satu pendukung terciptanya kondisi yang sangat harmonis di sekolah. Secara tidak langsung, kondisi siswa pada suatu sekolah sedikit banyak pasti dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggalnya. Tripusat sukses pendidikan mengatakan bahwa suksesnya sebuah proses pendidikan tidak bisa lepas dari pengaruh orang tua, masyarakat, dan sekolah. Dan memang benar, ketiga aspek ini sangat mewarnai dalam proses pembelajaran sehingga, tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi masyarakat yang majemuk ini sangat membantu dalam proses penanaman sikap dan karakter siswa di sekolah.

Bahkan lebih lanjut bisa dikatakan bahwa, Potret ideal kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia dapat bercermin dari aktifitas keseharian keluarga besar SDN Sukoharjo. Kondisi siswa dan guru yang majemuk tidak pernah menjadi alasan untuk menghambat berpresatasi. Sekolah dengan personil tujuh belas orang yang terdiri dari lima belas guru dan seorang penjaga ini, diketahui bahwa empat orang gurunya adalah non-Islam. Keadaan ini dapat dipakai sebagai salah satu kaca benggala dan acuan bangsa Indonesia dalam prikehidupan berbangsa dan bernegara bahwa, kemajuan suatu lembaga sangat ditentukan oleh persatuan dan kesatuan anggotanya.

Salah satu wujud persatuan dan kesatuan dapat dilihat dalam aktifitas keseharian di sekolah. Semua guru beraktifitas secara optimal, tanpa pernah mempermasalahkan latar belakang agama dan kepercayaan. Mereka yakin bahwa suatu organisasi tidak akan bisa maju apabila tidak ada persatuan dan kesatuan. Karena itu timbul suatu tekat dan rasa saling menyadari bahwa, tujuan utama seorang pendidik adalah mendidik dan mengantarkan anak didik sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing.

Keberagaman tidak pernah menjadi salah satu sebab munculnya perpecahan. Prinsip itu selalu didengung-dengungkan oleh seluruh pendidik dan staff kepada diri mereka sendiri serta para siswa. Mereka menyadari bahwa mereka hidup di sebuah negara yang multikultural, ini berarti banyak agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat. Proses penanaman kesadaran ini dilakukan sejak siswa masih duduk di bangku kelas satu sekolah dasar. Bukti adanya usaha sekolah untuk membiasakan persatuan dan kesatuan dapat disaksikan dari pengaturan kelompok dan tempat duduk siswa di SDN Sukoharjo. Pengaturan kelas, kelompok, dan tempat duduk tidak pernah didasarkan atas agama, ras, dan suku bangsa. Pembentukan kelompok dan kelas murni berdasar analisa prestasi dan kondisi siswa. Semua itu dilakukan dengan tujuan agar proses pendidikan dapat berjalan dengan lancar. Di sinilah gambaran pelaksanaan sila “Kemanusian Yang Adil dan beradab” dikejawantahkan, yaitu adanya proses memanusiakan manusia yang dilakukan dengan cara menerapkan keadilan terhadap hak memperoleh pendidikan bagi semua kalangan tanpa adanya sekat-sekat yang membatasi.

Konteks “Persatuan Indonesia” sebagaimana bunyi pasal tiga Pancasila terasa sangat kental di sekolah ini. Siapapun yang masuk ke lokasi sekolah pasti disambut dengan senyum manis dan tulus oleh seluruh siswa dan guru. Dengan sendirinya perbedaan agama dan kepercayaan mewujudkan suatu irama keharmonisan dalam hidup. sehingga dengan sendirinya timbul sikap saling menjaga, mengayomi, dan bekerjasama dalam menggapai prestasi. Meskipun terdiri dari berbagai agama, kegiatan keagamaan oleh masing-masing peserta didik tidak pernah diragukan kompetensinya. Siswa yang beragama Islam misalnya, mereka diajarkan kegiatan pembiasaan melakukan Salat Dhuha dan Salat Dzuhur berjama’ah di sekolah. Pun begitu juga siswa yang beragama non-Islam, mereka dibimbing oleh guru dalam melakukan ibadah masing-masing. Sebuah harmoni kehidupan yang indah, konteks persatuan dan kesatuan dilakukan tanpa melalaikan “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang diwujudkan dengan melaksanakan kewajiban setiap individu terhadap Tuhannya.

Lokasi sekolah yang berada di pelosok tidak pernah menyurutkan tekad seluruh warga SD Negeri Sukoharjo untuk mengembangkan diri dari keilmuan. Di buktikan dengan ikut serta menjadi salah satu sekolah percontohan penerapan Kurikulum Nasional sejak awal ditanamkannya pada tahun 2013 silam. Sampai saat ini SDN Sukoharjo tidak berhenti mencoba untuk berbenah diri mendukung program pemerintah tersebut. Kurikulum Nasional menitikberatkan pada penanaman karakter pada siswa, proses penanaman karakter dilakukan dengan pembiasaan perilaku dan sikap siswa di dalam dan di luar pelajaran. Untuk memperkuat pondasi dan dasar kelilmuan bagi guru, salah satu cara yang dilakukan lembaga adalah dengan cara mengikutkan seluruh pendidiknya dalam berbagai program pelatihan. Saat ini, hampir seluruh pendidik di SD Negeri Sukoharjo telah mengikuti dan mendapat pelatihan program pendidikan kurikulum Nasional.

Pun Begitu pula usaha sekolah untuk menanamkan karakter siswa tidak hanya sekedar omong kosong. Perilaku ini ditunjukan sekolah dengan berbagai program, salah satu diantaranya adalah dengan cara melatih pembiasaan siswa dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Program ini dilakukan oleh sekolah dengan cara menempatkan tempat sampah di hampir seluruh sudut lingkungan sekolah. Pemberian sarana ini dilakukan dengan tujuan agar siswa terbiasa membuang sampah pada tempatnya. Pun begitu juga tempat sampah dipisahkan antara sampah kering dan sampah basah, sehingga menjadikan siswa dapat dengan mudah membuang sampah serta memudahkan proses pengolahan sampah pasca dibuang.

Pelaksanaan “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” adalah salah satu potret yang bisa diamati di SDN Sukoharjo. Di laksanakan oleh lembaga dengan cara menerapkan keadilan kepada seluruh siswa dalam menerima seluruh proses pendidikan tanpa membeda-bedakan agama, suku, dan ras. Keadilan ini diwujudkan oleh semua unsur pendidikan di SDN Sukoharjo. Mereka bahu-membahu untuk menciptakan prestasi dan kemajuan bagi sekolah. Salah satu proses dari usaha bersama tersebut terlihat pada kegiatan lomba tingkat kecamatan dalam rangka memperingati ulang tahun yang ke-72 kemerdekaan Republik Indonesia. Semua pihak mulai dari siswa, guru, dan staff saling bekerjasama untuk mewujudkan prestasi. Alhasil, sembilan piala dapat direbut dan dibawa pulang oleh siswa. Prestasi ini tidak lepas dari proses perekrutan peserta lomba oleh dewan guru. Seleksi dilakukan murni berdasar bakat dan prestasi yang ada pada siswa. Proses dilakukan dengan adil, jujur, dan terpercaya. Modal utama inilah yang menghasilkan prestasi siswa yang luar biasa.

Deretan prestasi tidak hanya diraih oleh siswa saja, sejumlah guru di SDN Sukoharjo merupakan guru-guru berprestasi. Salah satu prestasi yang diraih oleh salah seorang guru menjadi salah satu finalis Lomba inovasi pembelajaran tingkat nasional yang diadakan oleh kemdikbud pada tahun 2016 silam. Prestasi lainnya terdapat guru yang merupakan salah satu peraih nilai tertinggi Ujian Kompetensi Guru online se-Kecamatan Kayenkidul pada tahun 2015.

Penggunaan Teknologi Informasi (TI) sebagai salah satu sarana pembelajaran di SDN Sukoharjo menjadikannya sebagai salah satu sekolah yang diperhitungkan keberadaannya. Dilengkapi dengan sarana internet dan wifi sehingga memudahkan siswa dan guru mengetahui informasi terbaru tentang dunia pendidikan. Didukung tenaga pendidik yang handal dan profesional serta perlengkapan yang memadai menjadikan siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.

Tidak kalah penting, sebuah perpustakaan sebagai salah satu sarana sekolah yang mendukung kegiatan literasi siswa berdiri megah di salah satu sudut SDN Sukoharjo. Bangunan bantuan pemerintah ini berdiri sejak tahun 2012, sebuah tempat yang nyaman serta dilengkapi berbagai macam koleksi buku yang menarik menjadikan siswa betah di dalamnya. Secara tidak langsung, perpustakaan merupakan salah satu wahana sumber belajar siswa yang efektif guna meningkatkan pengetahuan dan prestasi.

Prestasi dan hasil proses belajar mengajar yang diraih tidak lepas dari visi dan misi sekolah yang telah disepakati dan dirumuskan bersama oleh pendidik, tenaga kependidikan, dan komite sekolah SD Negeri Sukoharjo. Gambaran sikap “Kerakyatan yang dipimpim oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” sangat dirasakan. Komite sekolah sebagai wakil dari orang tua/wali siswa benar-benar dapat menampung aspirasi orang tua. Aspirasi ini ditindaklanjuti dengan adanya dengar pendapat dalam rapat sekolah. Memang, tak bisa dipungkiri bahwa Sebuah visi dan misi sekolah sangat menentukan gambaran dan tujuan pelaksanaan pembelajaran dalam suatu sekolah. Bahkan, bisa dibilang sebagai ruh dan nyawa sebuah sekolah. Pada awal perumusan visi dan misi, semua berkomitmen untuk menjadikan sekolah ini sebagai sekolah yang sangat ramah terhadap seluruh golongan masyarakat, serta sebagai wadah untuk pemupukan bakat serta peningkatan prestasi siswa. Hasil akhir dari kekompakan dan kebulatan tekat seluruh penyokong utama pendidikan di SDN Sukoharjo membuahkan hasil yang optimal, yaitu meningkatnya prestasi dan hasil belajar siswa. Peningkatan prestasi dibuktikan dengan hasil Ujian Sekolah kelas enam pada tahun pelajaran 2016/2017, SD Negeri Sukoharjo memperoleh nilai rata-rata tertinggi ketiga dari 25 sekolah dasar dan madrasah ibtida'iyah se-Kecamatan Kayenkidul. Tidak mengherankan jika saat ini SDN Sukoharjo menjadi salah satu sekolah dasar inti yang patut dijadikan sebagai sekolah rujukan di Kecamatan Kayenkidul. Sederet prestasi yang diraih oleh guru dan siswa dapat dijadikan acuan dan tolak ukur berhasilnya suatu proses pendidikan.

Pada akhirnya, di tengah maraknya pergesekan SARA di Republik Indonesia tercinta ini, sebuah lembaga sekolah khususnya sekolah dasar harus benar-benar bisa menjadi sebuah wahana kehidupan berbangsa dan bernegara bagi peserta didik, layaknya yang diterapkan oleh SDN Sukoharjo. Pancasila jangan hanya didengungkan dengan kata-kata dan jargon, “Saya Indonesia, saya Pancasila.” Apa guna itu semua apabila penerapannya hanya semu dan cenderung tiada. Semua kalangan termasuk lembaga pendidikan di tingkat sekolah dasar harus mulai mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan keseharian. Penerapan nilai-nilai Pancasila tidak lain adalah agar nilai-nilai pancasila dapat tertanam di relung hati sanubari peserta didik, sehingga dapat menjadi bekal dalam menjalani kehidupan di masyarakat. Di akhiri dengan iringan do’a, semoga dengan bertambahnya usia negeri ini pada ulang tahun kemerdekaannya yang ke-72, bertambah pula kesadaran rakyat terhadap pentingnya penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kahidupan berbangsa dan bernegara.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

"Gambaran harmonis hubungan antar pemeluk agama serta menunjukkan adanya kerukunan dan persahabatan antar agama." Keren ya.

24 Aug
Balas

Terimakasih telah sudi meluangkan waktu untuk membaca coretan seorang penulis pemula seperti saya, Pak Yudha. salam hormat dan salam kenal dari saya.

24 Aug



search

New Post