AH BURHANUDIN

Karena bukan orang kaya, bukan pula anak raja. Sebab itu aku menulis...

Selengkapnya
Navigasi Web

Secuil Pil Pahit untuk Sari

#abn

"Belum pulang, Dek Sari?" sapa Arya.

.

"Belum, Bang. Masih jam segini," jawabku sambil melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 04.00 dini hari.

.

Arya- lelaki mirip sosok Abdullah Khoirul Azzam, berkulit sawo matang, dan bersuara merdu. Lelaki tampan ini tiap hari lewat di depan tempatku bekerja. Bila diperhatikan dengan seksama tinggi badannya sekitar 170 cm, tubuh agak ramping, dan terkesan sangat atletis. Tidak bisa dipungkiri lelaki ini mempunyai daya pikat luar biasa bagi seorang wanita. Iya, termasuk aku juga, karena itu teman-teman seprofesi sering membicarakannya. Tetapi sayang, jatah kesempatan menjadi pendamping hidup sudah habis, karena istrinya sudah tiga dan anaknya lima.

.

Pagi ini, lelaki itu tampak tergesa-gesa berjalan menuju masjid seberang jalan, tanpa sengaja mata ini melirik dan memperhatikannya. Ya Allah, tampak sosok lelaki berwajah teduh menggunakan sarung hitam, baju, dan peci berwarna putih, 'sungguh lelaki sempurna,' batinku.

.

Nasib kurang berpihak malam ini, sampe dini hari belum ada satupun pelanggan yang memakai jasaku. Beberapa menit kemudian, lantunan suara Tarhim Bang Arya mulai terdengar dari speaker masjid. Tanpa kusadari, suara merdu lelaki tampan itu mulai membuat tetes air mata membasahi pipi. memecah keheningan malam mengoyak hati. hati yang rapuh, mungkin juga sudah mati karena tidak pernah tersentuh oleh kalam ilahi.

***

Lantunan merdu Arya membawaku masuk ke dalam lorong waktu, kembali pada peristiwa sepuluh tahun silam. Teringat pada seorang gadis yang pandai, penuh cita-cita, dan ceria. Sari, orang memanggilnya. Pelajar yang sedang duduk di kelas dua SMA. Gadis manis berperawakan tinggi dan langsing membuat semua orang menyukainya, hingga tiada satupun cela yang dapat diucapkan. Tiada lain gadis itu adalah aku.

.

"Jangan kau teruskan hubunganmu dengan Toni, Dia tidak baik bagimu, Sar!"

.

"Apa pedulimu! kuingatkan, jangan pernah campuri urusanku!" sautku ketus pada lelaki di depanku.

.

Sekilas obrolan memuakkan siang ini. Lelaki itu orang yang pertamakali kukenal saat MOS, Arya adalah namanya. Memang, sejak awal masuk SMA lelaki yang terlihar care dan perhatian padaku adalah Arya. lambat laun hati mulai tertarik dan sayang padanya. Anehnya, tiga bulan berselang sejak perkenalan kami, tidak pernah sekalipun lelaki itu mengungkapkan isi hati.

.

Terkadang, hati ini mulai ragu dengan sikap Arya, apakah dia benar-benar cinta atau cuma sahabat biasa? itulah tanda tanya besar yang ada dalam dada. Di tengah kegalauan hati, muncul Toni lelaki kaya yang mulai sering menggoda. sehari-dua hari tak kuhiraukan perhatiannya, sambil menunggu ucapan sayang dari Arya.

***

Sore itu selesai les, aku berdiri di jalan depan sekolah. Terlihat mendung tebal menandakan akan terjadinya hujan. Arus kendaraan sangat lengang, tiada satu angkot pun yang lewat. Jam menunjukkan pukul lima sore, mulai was-was dan kebingungan.

.

"Gak ada angkot, Sar. Sudah mau hujan, Ayo, Bareng aku aja!" sapa Toni dari atas motornya.

.

Karena takut kehujanan, tanpa pikir panjang kuiyakan saja ajakan Toni. Di sela-sela perjalanan, hujan deras mengucur dari langit. terpaksa kami berteduh di depan sebuah toko kosong. Sekejap kemudian, hujan mereda dan perjalanan pulang kami teruskan. Saat itu, tampak guratan ekspresi bahagia pada wajah Toni, tetapi tidak pada hatiku, perasaan was-was dan biasa saja, 'Ini bukan cinta?' batinku.

.

Sesampainya di rumah, hujan masih agak rintik-rintik,

"Aku nitip paketan milik temanku ini ya, Sar. takut nanti rusak kehujanan, besok kamu bawa aja ke sekolah," ucap Toni sambil menyodorkan tasnya.

.

"Iyalah, beres. besok tak bawa ke sekolah. makasih ya hari ini udah dianterin," sautku sambil tersenyum.

.

"Biasa aja, kali," jawab Toni sambil tersenyum dan menggenjot motornya meninggalkan rumahku.

.

Setelah Toni hilang dari pandangan dan lenyap ditelan oleh keheningan malam, aku langsung masuk rumah.

***

Tok! Tok! Tok!

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dengan keras.

.

"Siapa itu?" tanya Bapakku.

.

"Saya RT, Pak hamid,"

.

"Oh, iya. Sebentar, Pak" jawab Bapak sambil lari membukakan pintu.

"Selamat malam, Pak! kami anggota Polsek mendapat laporan bahwa anak Bapak terlibat jaringan narkoba, mohon ijin menggeledah" ucap lelaki bertubuh besar yang datang bersama Pak RT sembari menunjukkan surat kepada Bapak.

.

Tanpa menunggu persetujuan, dua orang lelaki lain masuk menggeledah ke semua kamar. aku dan Bapak hanya bisa bengong melihat kejadian ini.

.

Sejurus kemudian, lelaki yang memeriksa kamarku keluar membawa bungkusan dalam kresek hitam, sepertinya titipan Toni tadi,

.

"Lapor komandan, ditemukan satu paket sabu-sabu di dalam kamar,"

.

"ini milik siapa?" tanya Polisi pada kami.

.

"Sumpah, itu bukan milik saya, Pak. itu titipan teman,"

.

"Teman kamu, ya?" tanya Pria berbaju hitam sambil melotot

.

"Iya, Pak, saya hanya dititipin," jawabku dengan suara serak dan tubuh gemetar.

.

"Tolong, Pak. Anak saya ndak tahu apa-apa, jangan dibawa,"

.

"Mohon maaf, anak Bapak saya bawa ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut," ucap Komandan pada Bapak.

.

Perdebatan berlangsung beberapa saat, tetapi seperti tanpa guna, Aku tetap dibawa ke kantor Polisi.

.

Proses pemeriksaan berlangsung selama beberapa minggu dan bulan, selama itu aku mendekam dalam jeruji besi. Menurut bukti dan saksi yang ada, semua menguatkan bahwa aku dan Toni adalah pengedar. Tidak begitu lama berselang Toni pun ditangkap. Dalam pengakuannya, Toni mendapat barang haram itu dari orang negeri seberang. Selain itu, Ia juga mengakui bahwa aku adalah salah satu anak buahnya. Tidak dapat mengelak dari bukti yang ada, Akhirnya hakim memutuskan delapan tahun kurungan untuk kami berdua. sungguh seakan disambar gledek di siang hari.

***

Tangis dan sesalpun tiada guna, hidup terus berjalan dan the show must go on. Delapan tahun bukanlah waktu yang singkat di dalam tahanan, kering sudah airmata untuk menangis. kuhadapi hari demi hari dengan do'a dan kesabaran.

.

Kasihan Bapak di rumah, kabarnya beliau sering sakit-sakitan memikirkan buah hatinya di dalam penjara. singkat cerita sampai akhirnya masa delapan tahun terlewati. Aku bebas dan bisa kembali memulai kehidupan baru di rumah.

.

Setelah pulang ternyata, keadaan di rumah tidak seperti pikiranku, sakit bapak semakin hari semakin bertambah parah. Sumber ekonomi keluarga tidak ada. warung tetanggapun sudah enggan memberi hutang, menurutku sangat beralasan sekali, karena hutang Bapak sejak lima bulan kemarin belum sempat terbayar.

.

Situasi ini mengharuskan untuk bekerja membanting tulang. Tetapi, menjadi bekas narapidana yang tidak punya ijazah SMA menjadikanku sangat sulit untuk mencari pekerjaan. Pernah mencoba bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tetapi hasilnya tidak sesuai, untuk makan saja kurang apalagi pengobatan Bapak.

.

Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah gambaran diriku saat ini. hingga suatu hari bertemu Hermin teman waktu di dalam hotel prodeo.

.

"Aku bingung menjalani hidup, Min,"

.

"Hidup itu bikin santai aja seperti aku. Kerja untuk senang-senang, uang habis kerja lagi ha.ha.ha," tawanya renyah terdengar.

.

"Tolong aku, Min. aku sangat butuh uang untuk makan dan juga pengobatan Bapak,"

.

"Uang itu gampang, asal kamunya mau aja,"

.

"Gampang gimana, Min,"

.

"Ya, gampanglah ... asal mau ikut aku pasti dapet uang, emang kamu mau?"

.

Mendengar tawaran Hermin yang satu ini, mulut rasanya terkunci rapat dan tidak bisa berkata-kata. Semua orang tahu bahwa wanita menor ini sangat sering ditangkap oleh Satpol PP karena menjadi Mami para PSK. Setelah perbincangan selesai, aku dikasih sebuah kartu nama berisi alamat dan nomor HP rumah Hermin, yaitu tempatku bekerja saat ini, dan secara kebetulan juga rumah Arya berjarak beberapa meter dari sini.

.

#abn

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post