4ndayo

menulis adalah membaca yang pikiran sekaligus menyampaikan ide dan pikiran untuk membersamai kebaikan...

Selengkapnya
Navigasi Web
BERMAIN SUNGGUH -SUNGGUH

BERMAIN SUNGGUH -SUNGGUH

BERMAIN SUNGGUH-SUNGGUH

“Bermainlah sungguh-sungguh dan janganlah mempermainkan sebuah permainan”.ujar Bapak Suparlan Suhartono, Ph.D. sebagai closing dari mata kuliah ‘Sejarah Pemikiran Modern’. Beliau memang salah satu dosen filsafat yang mengajar di semester awal.

Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan itu, khusyuk di penghujung waktu. Beberapa dari mereka tersenyum-senyum dan ada juga keningnya naik pertanda mencoba mencari tahu maksud dari ungkapan tersebut. Perkuliahanpun usai, satu persatu keluar dari kelas menuju tujuannya masing-masing. cerita lama di masa-masa menjadi seorang mahasiswa.

Terngiang kembali takkala menyaksikan anak-anak yang bermain saling rebut mainan. Wajah-wajah yang saling memperlihatkan kesungguhannya. Tak pelak lagi, derai tangis dari kedua anak tersebut menjadi hiasan bermain yang mereka lakonkan. Lalu datanglah ibu dari kedua anak tersebut untuk menenangkan dan mengajak mereka pada permainannya kembali. Akhirnya deal, mereka kembali berman bersama. Begitulah anak-anak.

Aktifitas bermain tidak hanya mengasyikan namun butuh energi untuk melakukannya. Energi yang bisa membawa ke’khusyukan’ dalam bermain. Larut dalam bermain membuat permainan semakin seru hingga ego pun harus teruji. Keinginan untuk tampil sebagai pemenang. Disinlah bisa dilihat sebagai mana kualitas dari bermain.

Bermain memiliki makna berbuat,melakukan atau mengerjakan untuk meraih kesenangan jiwa. Berarti bermain adalah aktifitas fisik sekaligus aktifitas jiwa yang butuh relaksasi. Manusia yang dalam kesehariannya sadar ataupun tidak sadar telah bermain. bermain melintasi waktu. Mencari kesenangannya dengan cara dan upayanya sendiri. Dibutuhkan keseriusan dalam memainkannya meski banyak yang menganggap bermain hanya main-mainan belaka. Untuk itu, the rule of play ( aturan bermain) menjadi patron yang digunakan agar bermain tidak keluar jalur. Nah dari sinilah rekam jejak para pemain bisa terlacak. Apakah mereka bermain jujur (fair play) atau curang (mempermainkan sebuah permainan). Price (hadiah) dilihat sebagai target pencapaian dari sebuah permainan yang menyiratkan hasrat yang tinggi.

Kesungguhan dalam bermainpun terbagi. Pertama, bermain sungguh-sungguh dengan mengikuti aturan main yang ada, kedua. Bermain sungguh-sungguh tanpa harus mengikuti aturan main yang telah ditetapkan. Dua kubu yang saling berseberangan.

Sebagai manusia yang suka bermain (homo ludens), bermain yang sehat, harmoni serta membawa kecerian secara bersama. Itulah yang menjadi harapan serta tujuan yang ingin dicapai. Kesenangan yang membawa berkah berupa kesehatan, kebersamaan, skill (keterampian) serta melatih kepekaan terhadap sesama. Seiring zaman bermain pun tidak mesti bersama dan wujud dalam suatu tempat bermain. permainan milenial, digeluti mulai anak-anak, remaja dan tidak sedikit orang dewasa hanyut didalamnya. Individual game,permainan individual. Permainan lintas waktu dan bangsa. Bermain serasa berada di negeri dan bangsanya sendiri. Imagination. Dari kata Imagine dan Nation. Negeri hayalan. Hehehehe. Permainan yang banyak menyedot kuota, waktu dan materi tentunya membawa efek psikologis dari para penikmatnya. Namun sepanjang masih dalam batas kontrol yang wajar, tak mengapalah. Seperti memperhatikan waktu dan tempat bermain serta konten permainannya tidak melukai fisik dan psikologis seseorang apalagi banyak orang.

Bermain namun membuat orang terluka adalah permainan yang menyedihkan dan akan dikenang sepanjang hayat. Permainan yang menyengsarakan dan meresahkan apalagi sampai memiskinkan. Permainan para elit. Korupsi, persekongkolan jahat serta memanfaatkan kekuasaan untuk berbuat sesuka hati. Begitulah hidup ini, dalam bermain mengajarkan kita banyak hal. Makanya salah satu yang kesan yang paling cepat tertangkap oleh sukma adalah bermain. bermain juga berarti belajar. Seperti halnya para guru yang bijak tidak hanya mentransfer ilmunya dengan materi yang ia ampu tetapi mengajak siswanya bermain untuk melatih komponen kemanusia siswanya terutama fisik,akhlak serta bagaimana siswa bisa hidup bersama dalam menyikapi keragaman.

Makassar,19 Zulqa’dah 1441 H/10 Juli 2020 M

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post