Kahiyang, Si Boru Regar
Tepat hari-hari ini tiga tahun lalu Muhammad Arif Bobby Nasution --atau yang biasa kita kenal sebagai Bobby Nasution saja- melangsungkan pesta pernikahan ala adat Tapanuli (Selatan) dengan Kahiyang, putri semata wayang Presiden Jokowi. Saat itu pestanya berlangsung di Medan secara meriah dan disiarkan oleh berbagai saluran televisi. Kini mereka sudah memiliki seorang anak yang manis dari pernikahan itu, sedang Bobby sedang bertarung menuju jabatan Walikota di Medan itu.
Aku lalu ingat telah membuat catatan tentang peristiwa itu di Facebook. Berikut adalah rekamannya.
...
Semumpung pesta besar ("horja godang") Bobby-Kahiyang sedang ramai dibincangkan orang-orang, ada ga yang bertanya, kenapa Kahiyang dikasih marga Siregar dan bukan marga-marga lainnya?
Jawabannya, ialah karena Ibu Mertuanya (atau ibunya Bobby) itu bermarga Siregar. Dalam kaidah budaya di Tapanuli, menantu perempuan yang ideal ialah yang semarga dengan sang ibu mertua --atau kalau dia tak punya marga maka sebaiknya dikasih marga yang sama, lengkap dengan segala tarombo dan adat-istiadatnya.
Ibunya Bobby ini berasal dari Parupuk Jae, maka kampung asal leluhurku hanya berbatas parit dengan kampungnya: Parupuk Julu (Julu dan Jae berarti Hulu dan Hilir). Ialah sebuah kampung pedalaman berjarak sekitar 10 km dari ruas Jalan Sidempuan - Gunungtua (tepatnya di Simpang Sipupus), saat ini termasuk Kabupatén Padanglawas Utara, Sumut.
Kontur daerahnya berbukit-bukit, infrastrukturnya miris sejak berpuluh tahun dan masyarakatnya lemah secara ekonomi. Hal itulah yang membuat kami migrasi dari sana dahulu.
Biasanya sekali setahun menjelang Ramadhan kami akan mudik kesana untuk menziarahi kuburan Atuk perempuanku. Aku selalu merasa tak banyak perubahan pembangunan di daerah ini. Semoga setelah Kahiyang sekarang ber-huta disini maka perhatian atasnya akan berlimpah.
Anda tau keunikannya perempuan bermarga Siregar? Di seluruh rantau Tapanuli tak ada yang tak mengenali "sepak-terjang" Si Boru Siregar alias Si Boru Regar atawa Boreg!
Boreg (atau Bureg) hanyalah akronim, tapi kini dia memiliki definisi dan maknanya sendiri. Perempuan Siregar bolehlah berbangga diri atas hal itu, marga-marga lainnya tak ada yg seistimewa itu.
Bagaimana rupanya Boru Regar itu? Ah, cukuplah jika kita mendengar ujar-ujaran demikian:
"Ah iya pulak ya, Si Boreg-nya dia rupanya.."
atau,
"Jangan main-main, dia itu Boreg itu, habis kau nanti dibikinnya.."
Nah, setidaknya bisa kita gambarkan dalam tiga kata bahwa Boreg itu: serius, serius dan serius!
Dia bisa galak, judes dan berdisiplin. Kalau sedang fokus dia sebaiknya jangan diganggu. Atau kalau sedang marah lebih baik kita menyingkir. Kalau dia sudah berkomitmen, dia akan béla habis-habisan. Dan kalau kau berjanji dengannya sebaiknya tepati saja.
Semua Boreg bertipikal demikian, perbedaannya hanya di tensinya saja. Orang Batak Angkola bilang, "Parroha sada!" (harfiah: pemilik hati/pikiran yang tunggal, maknanya tidak suka berbelit-belit).
Contoh terbaik di jagat Fb ini ialah Kakakku Ina Siregar, seorang Jokower kelas premium (yang pasti sangat berbahagia saat ini). Tak ada yang bisa menganggu gugat pujaan dan panutannya itu. Demi Presiden Jkw seluruh dunia rela dilawannya. Serius!
Nah, akanlah Kahiyang Si Boreg bisa mewakili tipikal seperti itu? Kita tunggu.
Oya selamat menempuh hidup baru ya Iboto.. Semoga samawa. Horas tondi madingin, pir tondi matogu. Horas! Horas! Horas! (AAP).
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar