AHMAD BUDI SUSANTO

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN SUMBER DAYA MANUASIA DI MADRASAAH BINAA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang

Guru adalah sumber daya manusia di sekolah, bahkan merupakan tumpuan utama peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam rangka menjaga mutu SDM (guru) maka dalam kegiatan manajamen SDM dapat menerapkan beberapa cara, antara lain melalui penerapan fungsi manajerial dan fungsi operasional dalam manajemen sumber daya manusia (MSDM). Fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Sedangkan fungsi operasional seperti pengadaan, fungsi pengembangan, fungsi kompensasi, fungsi intergrasi dan fungsi pemeliharaan (Wukir, 2013: 52). Fungsi-fungsi tersebut diterapkan harus melihat kondisi yang ada di sekolah, karena bagi sekolah negeri masalah pengadaan bukan menjadi wilayah kerja sekolah. Hal ini disebabkan sistem sekolah negeri pengadaan pegawai merupakan kewenangan pemerintah, dan pihak sekolah perlu memperhatikan jungsi yang lain terutama fungsi pengembangan, fungsi kompensasi, fungsi intergrasi dan fungsi pemeliharaan. Fungsi-fungsi tersebut lebih fokus penekanan pada peningkatan SDM guru karena guru adalah agent of change di sekolah.

Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan keprofesian, karena untuk menjadi guru yang profesional seseorang harus menempuh pendidikan profesi. Seperti yang tercantum pada UU No.1 4 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa:

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”

Guru yang profesional memiliki empat kompetensi, yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (UU RI No. 14 Tahun 2005 pasal 10 butir 1). Seorang guru yang profesional merupakan sumber daya manusia yang unggul, karena guru yang profesional memiliki ciri-ciri, antara lain: (1) memiliki keahlian mendidik dalam bidangnya, (2) memiliki rasa tanggung jawab yang berkomitmen dan peduli terhadap tugasnya, dan (3) memiliki rasa kesejawatan, menghayati tugasnya sebagai guru serta mampu menjaga kode etik profesinya (Sahartien, 2010: 2).

Dalam rangka mewujudkan guru yang profesional perlu adanya kegiatan peningkatan mutu guru. Adapun cara meningkatkan mutu guru dapat melalui beberapa cara seperti menerapkan fungsi pengembangan, pembinaan, kompensasi dan fungsi pengawasan (supervisi). Supervisi menurut Suhardan (2010) adalah pengawasan terhadap kegiatan akademik yang berupa proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar, pengawasan terhadap murid yang belajar dan pengawasan terhadap situasi yang menyebabkannya. Pengawasan dalam pendidikan merupakan pelayanan terhadap kebutuhan pokok guru agar mampu meningkatkan potensinya sehingga benar-benar menjadi sumber daya manusia di sekolah yang profesional secara berkesinambungan. Adapun pelaksanaan kegiatan supervisi di sekolah, sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepala sekolah, karena salah satu tugas pokok kepala madrasahadalah sebagai supervisor.

Fenomena yang terjadi di MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi yang berkaitan dengan aktivitas guru dan kepala madrasahdalam melaksanakan tugasnya adalah sebagai berikut: 1) sebagian besar guru masih menerapkan pembelajaran yang konvesional dengan metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas; 2) minat dan motivasi guru dalam inovasi yang masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan adanya sikap guru yang cenderung apatis dengan adanya berbagai pembaharuan, dan merasa nyaman dengan kondisi rutinitas; 3) dalam melaksanakan pembelajaran guru jarang menggunakan media, sehingga pembelajaran cenderung membawa siswa hanya untuk membayangkan apa yang

dipelajari (pembelajaran kurang nyata/riil); 4) guru sering tidak mengerjakan administrasi akademik (RPP dibuat dengan mengcopy milik orang lain, adminisrasi penilaian dan jurnal pembelajaran belum terdokumentasi dengan baik

5) guru sering meninggalkan kelas saat jam mengajar dan hadir tidak tepat waktu pada jam mengajar, 6) supervisi dilaksanakan satu kali dalam satu semester dengan tujuan hanya untuk kepentingan administrasi PKG, tanpa disertai tindak lanjut.

Berdasar informasi sementara dari kepala sekolah, guru dan siswa, permasalahan tersebut disebabkan adanya beberapa hal yang menghambat, antara lain: 1) kepengawasan (supervisi) terhadap kinerja guru dari atasan yang masih kurang karena masih terbatas pada kepentingan PKG; 2) masih banyak guru yang kurang mendukung terhadap guru-guru yang mau dan mampu berinovasi; 3) fasilitas multi media yang belum tersedia secara merata di semua kelas. Hambatan-hambatan tersebut perlu untuk segera diatasi, jika tidak segara diatasi akan berpengaruh pada kinerja guru dan dampak selajutnya dapat berpengaruh pada mutu lulusan/siswa sebagai muara dari kegiatan pendidikan.

Berdasar hal tersebut dapat dikategorikan kinerja guru sebagai sumber daya manusia utama dalam pendidikan di MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumimasih rendah. Padahal tuntutan yang ada guru adalah agent of change, dan menjadi seorang yang benar-benar profesional dalam bidangnya demi terwujudnya pendidikan yang bermutu. Sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut, kepala madrasahselaku manajer SDM telah melakukan kegiatan yang mampu mewujudkan tercapainya sumber daya manusia yang bermutu melalui kegiatan supervisi. Keberhasilan kepala madrasahdalam hal kegiatan supervisi ini, merupakan suatu prestasi kerja yang dapat disebut sebagai best practice, oleh sebab itu penulis akan mendokumenasikan keberhasilan kepala madrasahini dengan laporan yang berjudul “ Best Prectice Implementasi Supervisi Akademik untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia di MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi”.

1.1 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang menjadi bahan pembahasan adalah bagaimanakah implementasi supervisi akademik di MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi?

1.2 Tujuan Penulisan Best Practise

Melalui penulisan best practice ini diharapkan dapat mengetahui implementasi supervisi akademik di MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi.

1.3 Tujuan Penulisan Best Practise

1) Secara teoritis dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang implementasi supervisi akademik untuk meningkatkan sumber saya manusia di MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi”.

2) Secara praktis diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan bagi pengelola sekolah dalam rangka meningkatkan mutu sekolah melalui implementasi supervisi akademik

I. KAJIAN PUSTAKA

Dalam rangka memecahkan permasalahan yang dihadapi, berikut ini disajikan teori-teori yang mendukung penyelesaian permasalah yang dihadapi, antara lain teori tentang sumber daya manusia dan supervisi.

2.1 Guru Sebagai Sumber Daya Manusia di Sekolah

Sumber daya manusia adalah orang-orang yang bekerja di lingkungan organisasi yang memiliki beragam kemampuan, bakat, pengaruh, produktivitas, kualitas dan kemampuan lainnya (Wukir, 2013: 49). Dalam suatu organisasi sekolah yang menjadi sumber daya manusia utama (kunci) adalah guru dan kepala (tenaga pendidika) yang kemudian dibantu oleh tenaga administrasi (TU/tenaga kependidikan). Sumber daya manusia di sekolah ini berperan menentukan keseluruhan strategi dan tujuan organisasi, medesain sistem kerja, memproduksi barang/jasa (mutu sekolah dan siswa), mengalokasikan sumber-sumber finansial dan memasarkan jasa (mutu sekolah), dan mereka bekerja sesuai dengan peranan masing-masing dalam organisasi sekolah tersebut.

Pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi suatu sekolah merupakan usaha untuk memperbaiki kapasitas kemampuan guru/tenaga pendidik dan tenaga kependidikan/TU supaya lebih produktif. Pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal yang penting dalam organisasi sekolah karena sekolah yang bermutu tergantung dengan sumber daya manusia sebagai agent of change di sekolah. Berkaitan dengan startegi pengelolaan sumber daya manusia Wukir (2012: 49) menyebutnya sebagai manajemen sumber daya manusia dimana pengeleloannya juga meliputi kebijakan dan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan oleh manajer. Jika diterapkan di sekolah hal ini merupakan tugas pokok kepala sekolah, karena salah satu fungsi kepala madrasahadalah juga sebagai manajer.

Adapun tujuan pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan (guru dan TU) menurut Aas Syaefudin (2005: 103) dalam dalam Herawan & Hartini (2012: 232) adalah supaya mereka mempunyai kemampuan, motivasi dan kratifitas untuk: 1) mewujudkan sistem sekolah yang mampu mengatasi kelemahannya sendiri; 2) secara berkesinambungan menyesuaikan program pendidikan sekolah terhadap tututan dan kebutuhan peserta didik dalam menghadapi persaingan secara sehat dan dinamis; 3) menyediakan kader pemimpin pendidikan yang handal dan dapat menjadi teladan.

Dalam usaha mencipatakan guru sebagai sumber daya manusia di sekolah, dalam UU No. 14 Tahun 2005 pasal 20, guru harus melaksanakan tugas, yaitu:

“a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; d) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.”

Dalam menghadapi tantangan abad 21 menurut Surya, M.H. (2004: 38-41) guru sebagai SDM di sekolah hendaknya memiliki sembilan profil, yaitu: 1) memiliki semangat juang yang tinggi; 2) mampu mengikuti perkembangan jaman dan iptek; 3) mampu belajar dan bekerja sama dengan profesi lain; 4) memiliki etos kerja yang tinggi; 5) memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karier; 6) berjiwa profesionalisme yang tinggi; 7) memiliki kesejahteraan lahir dan batin (materian & non-material); 8) memiliki visi ke depan; dan 9) mampu melaksanakan fungsi dan perananya secara terpadu.

Diharapkan dengan memiliki sembilan profil tersebut guru mampu menjadi sumber manusia yang handal dalam menghadapi tantangan masa depan abad 21, sehingga berdampak pada peningkatan kinerja sekolah dan dampak berikutnya dapat dirasakan oleh peserta didik sebagai produk sekolah yang mampu bersaing juga dalam menghadapi tantangan abad 21.

2.2 Supervisi Akademik 2.2.1 Pengertian Supervisi Akademik

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, salah satu fungsi manajemen SDM adalah fungsi pengawasan (supervisi), maka supervisi ini menjadi hal yang penting dalam menjaga mutu SDM. Menurut Purwanto (2014: 89) supervisi terbagi menjadi dua yaitu supervisi umum dan supervisi pendidikan, supervisi umum berkaitan dengan supervisi yang dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan secara umum di luar kependidikan (pengajaran), seperti administrasi kantor, keuangan, kepegawaian, proyek dan sebagainya. Sedangkan supervisi yang berkaitan dengan pendidikan dinamakan supervisi akademik, yaitu serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar demi pencapaian tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al. 2007 dalam Kemendikbud, 2012:15). Pengertian tersebut merujuk pada usaha membantu guru dalam menjalankan tugasnya sebagai sosok pembelajar. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Masaong, H.A. Kadim (2012: 3) supervisi mengandung beberapa aspek, yaitu: 1) bersifat bantuan dan pelayanan kepada kepala sekolah, guru dan staf; 2) mengembangkan kualitas guru; 3)

pengembangan profesionalan guru; dan 4) usaha memotivasi guru. Sutarsih & Nurdin (2012: 313), juga mendukung pendapat tersebut, bahwa supervisi akademik adalah bimbingan profesional bagi guru-guru sehingga lebih mampu melaksankan tupoksinya dalam rangka memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran.

Dari ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik adalah kegiatan pengawasan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar akan mampu menghasilkan mutu lulusan yang baik.

2.2.2 Tujuan Supervisi Akademik

Glickman dalam Sagala (2010) tujuan supervisi adalah membantu guru untuk mengembangkan bagaimana meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya, supaya siswa dapat mewujudkan tujuan belajarnya. Dalam hal ini supervisi dilaksanakan dalam rangka memberikan bantuan pada guru berkaitan dengan pelaksanaan PBM, seperti yang dijelaskan oleh Sahertian (2010: 19) bahwa tujuan supervisi akademik memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Berdasar dua pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa supervisi akademik memberikan layanan dan bantuan pada guru sebagai sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas mengajarnya dalam rangka mencapai kualitas lulusan yang bermutu pula.

2.2.3 Prinsip Supervisi Akademik

Prinsip-prinsip supervisi akademik yang ditulis oleh Sahertian (2010: 20) adalah: 1) prinsip ilmiah (scientefic), yaitu kegiatan supervisi dilaksanakan berdasar data obyektif yang diperoleh pada pelaksanaan proses belajar mengajar melalui wawancara (alat perekam), angket, observasi dan pelaksanaanya secara sistematis, berencana serta kontinu; 2) prinsip demokratis, yaitu menjujung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan hubungan atasan bawahan, tapi berdasarkan rasa kesejawatan; 3) prinsip kerjasama, yaitu mengembangkan usaha

bersama atau menurut istilah “supervisi sharing of idea, sharing of experience” memberi support, dorongan, menstimulus guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama; dan 4) prinsip konstruktif dan kreatif, yaitu supervisi yang mampu mencipatakan suasana kerja yang menyenangkan sehingga guru-guru termotivasi untuk mengembangkan potensi keratifitasnya.

1.1.1 Fungsi Supervisi Pendidikan

Menurut Swearingen (1961) dengan bukunya yang berjudul Supervision of Instrumen – Foundation and Dimension dalam Sahaertian (2010 21) terdapat delapan fungsi supervisi yaitu: 1) mengkoordinasi semua usaha sekolah; 2) memperlengkapi kepememimpinan sekolah; 3) memperluas pengalaman guru- guru; 4) menstimulasi usaha-usaha yang kreatif; 5) memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus; 6) menganalisis situasi belajar mengajar; 7) memberikan pengetahuan dan ketrampilan pekada setiap anggota staf; dan 8) memberi wawasan yang lebig luas dan terintegrasi dalam merumuskan.

1.1.2 Model Supervisi Akademik

Sahartian (2010: 35-44) menuliskan berbagai macam model supervisi, yaitu : 1) model konvensional (tradisional), adalah model supervisi untuk mencari dan menemukan kesalahan, atau dapat disebut sebagai supervisi korektif; 2) model ilmiah, model ini mempunyai ciri-ciri dilaksanakan secara berencana dan kontinu; sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu; menggunakan instrumen pengumpulan data; dan ada data obyektif yang diperoleh dari keadaan yang riil; 3) model supervisi klinis, yaitu bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional; dan 4) model artistik, yaitu model yang menjadikan supervisor mempunyai hubungan yang baik dengan guru-guru yang dibimbing, sehingga para guru merasa diterima, ada perasaan aman dan dorongan positif untuk berusaha maju.

1.1.3 Pendekatan Supervisi

Pendekatan supervisi dalam Sahartian (2010: 46-52) ada 3 bentuk, yaitu:

1) Pendekatan direktif

Pendekatan direktif yaitu suatu cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung dengan memberikan arahan secara langsung. Dalam hal ini supervisor melaksanakan supervisi dengan beberapa cara anatara lain: menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolok ukur dan memberi penguatan, sehingga direktif adalah supervisi dimana supervisor lebih aktif terlebih dahulu;

2) Pendekatan non direktif

Pendekatan non direktif, yaitu cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat tidak langsung. Dalam hal ini supervisor tidak langsung menunjukkan permasalahan, tetapi terlebih dahulu secara aktif apa yang dikeluhkan guru- guru terhadap permasalahan yang mereka hadapi. Dalam pendekatan ini kegiatan supervisor dimulai dengan : mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan dan memecahkan masalah.

3) Pendekatan kolaboratif

Pendekatan kolaboratif, yaitu suatu cara pendekatan yang memadukan penekatan direktif dengan non-direktif menjadi cara pendekatan baru, sehingga guru bersama dengan supervisor bersepakat untuk menetapkan struktur, proses, dan kriteria dalam melaksanakan proses kecakapan terhadap permasalahan yang dihadapai guru. Dalam pendekatan ini supervisi berhubungan pada dua arah, yaitu dari atas dan bawah, maka adapun kegiatan supervisor dimulai dengan: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah dan negosiasi.

Adapun pelaksanaaan ketiga pendekatan tersebut semua melalui langkah- langkap sebagai berikut: 1) percakapan awal/ pre-conference, 2) observasi, 3) analisis/interprestasi, 4) percakapan akhir/ past-conference, 5) analisis akhir, dan

6) diskusi.

1.1.4 Obyek Supervisi

Seperti yang elah dijelaskan sebelumnya bahwa obyek supervisi adalah obyek pengkajian pada perbaikan proses belajar mengajar dalam arti yang luas, tetapi Olivia (1976) dalam bukunya Supervision for Today’s School menggunakan istilah domain, dengan memberikan tiga sasaran supervisi pendidikan yang meliputi tiga domain, yaitu perbaikan pengajaran, pegembangan kurikulum dan pengembangan staf (Sahertian sendiri, 2010: 27). Sedangkan Sahertian sendiri menuliskan bahwa pada masa mendatang supervisi memliki empat obyek yaitu: 1) pembinaan Kurikulum, 2) perbaikan proses pembelajaran,

3) pengembangan staf dan 4) pemeliharaan dan perawatan moral serta semangat kerja guru.

1.1.5 Teknik Supervisi

Teknik supervisi ada dua jenis, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok (Sahertian, 2010: 34). Tekik supervisi individual dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1) kunjungan Kelas, 2) observasi kelas, 3) percakapan piribadi, 4) inter-visitasi, 5) menyeleksi berbagai sumber bahan mengajar, dan 6) menilai diri sendiri. Tekni supervisi kelompok ada beberapa cara, yaitu: 1) pertemuan orientasi bagi guru baru, 2) panitia penyelenggara, 3) rapat guru, 4) studi kelompok antar guru, 5) diskusi sebagai proses kelompok, 6) tukar-menukar pengalaman, 7) lokakarya/workshop, 8) diskusi panel, 9) seminar,

10) simposium, 11) demosntarsi mengajar, 12) perpustakaan jabatan, 13) buletin supervisi, 14) membaca langsung, 15) mengikuti kursus, 16) organisasi jabatan,

17) laboratorium kurikulum, dan 18) perjalanan sekolah untuk anggota staf.

1.1.6 Prosedur Supervisi Akademik

Prosedur supervisi akademik adalah rangkaian program kegiatan supervisi, menurut Kemendikbud (2015: 17-18) prosedur supervisi akademik terdiri atas :

1) Tahap persiapan, meliputi menyiapkan instrumen dan menyiapkan jadwal bersama;

2) Tahap pelaksanaan, yaitu pelaksanaan observasi supervisi baik secara langsung maupun tidak langsung;

3) Tahap pelaporan, meliputi mengidentifikasi hasil pengamatan pada saat observasi, menganalisa hasil supervisi, mengevaluasi bersama, kemudian membaut catatan hasil supervisi sebagai dokumen untuk pelaporan;

4) Tahap tindak lanjut, meliputi: berdiskusi dan membuat solusi bersama, menyampaikan hasil pelaksanaan supervisi akademik dan mengkomunikasikan hasil supervisi akademik kepada kepala madrasahdan guru.

I. PEMBAHASAN

3.1 Hasil Kegiatan Sebelumnya

Kondisi sebelum dilakukan supervisi akademik yang sesuai standar adalah sebagai berikut:

1) Sebagian besar guru masih menerapkan pembelajaran yang konvesional dengan metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas;

2) Minat dan motivasi guru dalam inovasi yang masih rendah,

3) Dalam melaksanakan pembelajaran guru jarang menggunakan media, sehingga pembelajaran cenderung membawa siswa hanya untuk membayangkan apa yang dipelajari (pembelajaran kurang nyata/riil);

4) Guru sering tidak mengerjakan administrasi akademik (RPP dibuat dengan mengcopy milik orang lain, adminisrasi penilaian dan jurnal pembelajaran belum terdokumentasi dengan baik ;

5) Guru sering meninggalkan kelas saat jam mengajar dan hadir tidak tepat waktu pada jam mengajar,

6) Supervisi dilaksanakan satu kali dalam satu semester dengan tujuan hanya untuk kepentingan administrasi PKG, tanpa disertai tindak lanjut

3.2 Strategi Pemecahan Masalah 3.2.1 Alasan Pemilihan Supervisis Akademik Strategi Pemecahan Masalah

Alasan pemilihan strategi pemecahan masalah yang dihadapi melalui supervisi akademik adalah: bahwa permasalahan yang ada rata-rata berkaiatan dengan kegiatan guru di dalam melaksanakan tugas pokoknya antara lain merencanakan pembelajaran, melaksanakan, pembelajaran, dan menilai hasil belajar peserta didik. Seperti yang sudah disimpulkan di atas bahwa supervisi akademik adalah kegiatan pengawasan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar akan mampu menghasilkan mutu lulusan yang baik.

3.2.1 Stretegi Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan SDM pendidik (guru) di MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi dan berdasarkan kondisi yang ada disekolah, kepala madrasahsebagai manajer, supervisor dan motivator berusaha melaksanakan beberapa fungsi supervisornya dengan alternatif yang dipilih adalah supervisi akademik. Adapun kegiatan supervisi akademik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Kegiatan Supervisi Akademik MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi

Kegiatan Supervisi

Alternatif Yang Dipilih

Penjelasan

ü Waktu pelaksanaan

ü Formatif & sumatif

ü Formatif adalah supervisi yang dilaksanakan pada awal semester PBM sedangkan sumatif adalah supervisi menjelang berakhirnya program PBM

dalam satu semester

ü Model

ü Ilmiah

ü Dilaksanakan berencana dan kontinu; sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu; menggunakan instrumen pengumpulan data; dan

ada data obyektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.

ü Klinis

ü Supervisi untuk meningkatan KBM dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan

perubahan dengan cara yang rasional.

ü Pendekatan

ü Kolaboratif

ü Guru bersama dengan supervisor bersepakat untuk menetapkan struktur, proses, dan kriteria dalam melaksanakan proses kecakapan terhadap permasalahan yang dihadapai guru. Supervisi dilaksanakan dengan dua arah, yaitu dari atas dan bawah, maka adapun kegiatan supervisor dimulai dengan: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah dan

negosiasi.

ü Teknik

ü Kunjungan kelas

ü Supervisor datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar

ü Observasi kelas

ü Supervisor datang ke kelas dan mengobservasi KBM guru dan siswa, kemudian mencatat hasil

pengamatan sesuai dengan lembar observasi

ü Percakapan pribadi

ü Supervisor dan guru bertemu untuk membahas tentang KBM yang baik serta cara untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi guru dalam

pelaksanaan KBM

ü Pelaksanaan

ü Persiapan,

ü Pelaksanaan

ü Pelaporan

ü Tindak lanjut

ü Tahap persiapan: menyiapkan instrumen dan menyiapkan jadwal bersama;

ü Tahap pelaksanaan: pelaksanaan observasi supervisi baik secara langsung maupun tidak langsung;

ü Tahap pelaporan: mengidentifikasi hasil pengamatan pada saat observasi, menganalisa hasil supervisi, mengevaluasi bersama, kemudian membuat catatan hasil supervisi sebagai dokumen untuk pelaporan;

ü Tahap tindak lanjut: berdiskusi dan membuat solusi bersama, menyampaikan hasil pelaksanaan supervisi akademik dan mengkomunikasikan hasil supervisi akademik kepada kepala

madrasahdan guru.

ü Tindak lanjut

ü Evaluasi

hasil supervisi

ü Supervisor dan guru membahas hal-hal yang harus dilakukan setelah hasil supervisi diketahui.

Sumber: Data Hasil Studi Dokumen dan Wawancara

Dari tabel tersebut terlihat, bahwa kepala madrasah sebagai supervisor melaksanakan supervisi akademik sebagai usaha untuk meningkatkan SDM guru, karena berdasar hasil evaluasi sebelumnya fenomena yang terjadi guru masih menunjukkan kinerja yang rendah, yaitu 1) kemampuan pedagogik dan profesional guru yang masih rendah, terbukti dengan sebagian besar guru masih menerapkan pembelajaran yg konvesional dengan orintasi pembahasan materi yang hanya bersumber pada buku-buku siswa; 2) minat dan motivasi guru dalam

inovasi yang masih rendah, hal ini dengan adanya sikap guru yang cenderung apatis dengan adanya berbagai pembaharuan, dan merasa nyaman dengan kondisi rutinitas; dan 3) dalam melaksanakan pembelajaran guru jarang menggunakan media, sehingga pembelajaran cenderung membawa siswa hanya untuk membayangkan apa yang dipelajari (pembelajaran kurang nyata/riil).

Diharapkan dengan penerapan supervisi akademik seperti yang tercantum dalam tabel, terjadi perubahan yang signifikan, dalam rangka mengatasi permasalahan yang dihadapi pihak sekolah.

3.3 Pembahasan Hasil yang Dicapai

Dari penerapan strategi supervisi akademik yang telah dilaksanakan terdapat beberapa hasil yang cukup memuaskan, adapun hasil-hasil tersebut adalah:

3.3.1 Profil Sekolah

Berdasar hasil studi dokumen Buku Profil MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi Tahun 2024/2025, dapat diinformasikan bahwa MI ini terletak di Kelbung Larangan Timur Tanjung Bumi Bangkalan, secara geografis berada di wilayah Bangkalan bagian utara, berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Sampang, yang memiliki nilai akreditasi B. Terdapat 6 rombel dengan masing-masing rombel rata-rata 20 siswa dengan jumlah total 123 yang terdiri dari 50 laki-laki dan 73 perempuan, mempunyai 10 guru non PNS, serta 2 tenaga kependidikan /TU. Adapun kualifikasi guru adalah sebagai berikut (lihat tabel 2)

Tabel 2 Kualifikasi Guru

No

Kualifikasi

Status Guru

Jumlah

GT

GTT

1.

SMA

4

-

4

2.

Srata 1

7

-

7

3.

Strata 2

1

-

1

Jumlah

12

-

12

Setelah dilaksanakan kegiatan supervisi secara terencana, maka terdapat Beberapa hasil yang dapat dirangkum sebagai berikut:

Tabel 3

Hasil Kegiatan Supervisi Akademik

Aspek

Kondisi

Awal

Setelah

Supervisi

1) Menyusun lengkap administrasi akademik

50 %

80 %

2) Adminitrasi akademik berbasis IT

50 %

70 %

3) Menggunakan media pembelajaran

60 %

85 %

4) Menerapkan pembelajaran CTL

55 %

70 %

5) Penggunaan internet sebagai sumber belajar

40 %

80 %

6) Tertib jam mengajar

60 %

90 %

7) Kesadaran terhadap inovasi

40 %

85 %

Sumber: Data Rekap hasil tindak lanjut supervisi Semester 2 Tahun 2023/2024 MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi.

Dari ringkasan dalam tabel dapat dijelaskan bahwa melalui kegiatan supervisi akademik yang terprogram, terarah dan terdokumentasi yang disertai tindak lanjut, maka membawa hasil yang signifikan, karena adanya peningkatan pada tiap aspek yang menjadi titik kelemahan guru pada saat pelaksanan supervisi belum terprogram secara baik.terlihat pada keteriban guru pada saat mengajar yang awalnya sering terlambat masuk kelas tetapi setelah pelaksanaan supervisi hanya 10% guru yang masih belum mampu untuk tertib waktu masuk kelas, dan kesadaran guru akan pentingnya administarsi akademik seperti penyusunan rencana pembelajaran (RPP), penyusunan dokumen penilaian, remidi dan pengayaan, penyusunan kisi-kisi soal ulangan harian, dan catatatan harian perilaku siswa sudah mengalami peningkatan dan tinggal 20% guru yang belum melaksanakan dibanding sebelumnya mencapai 50%.

Dalam kesadaran akan pentingnya inovasi, penggunaan media pembelajaran dan pemanfaatan internet sebagai sumber belajar dari hanya kurang 50% setelah kegiatan supervisi terprogram tinggal 15%-20% guru yang belum melaksanakan, hal ini disebabkan faktor kemauan yang kurang dengan alasan

rata-rata 15% guru tersebut menjelang usia pensiun dan setelah dianalisa kinerja inovasi mereka dalam PBM sudah menurun. Demikian pula pada pembelajaran yang berbasisi IT dan penerapan CTL sudah meningkat, tetapi tidak tinggi hanya mencapai 70%, setelah dianalisa hal ini disebabkan untuk mampu memanfaatkan IT dan pembiasaan penerapan CTL membutuhkan waktu untuk mampu dengan proses latihan dan pembiasaan. Namum demikian secara keseluruhan aspek yang menjadi titik kelemahan guru yang menjadi permasalah di MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi telah mengalami peningkatan hasil ke arah yang positif atau sudah dapat teratasi.

IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan supervisi sebagai best practise yang telah dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi akademik mampu meningkatkan keseluruhan aspek yang menjadi titik kelemahan guru yang menjadi permasalah di MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi. Aspek-aspek kelemahan guru telah mengalami penurunan dan menunjukkan hasil ke arah yang positif atau sudah dapat teratasi. Mulai dari kedisiplinan masuk jam mengajar, ketertiban dokumen akademik, kesadaran terhadap inovasi pendidikan, penerapan CTL, pemanfaatan media dan internet dalam pembelajaran, serta penggunaan IT dalam aktifitas akademik sudah mengalami perubahan ke arah postif (meningkat), meskipun belum mencapai kesempurnaan.

4.2 Saran

Dalam rangka meningkatkan SDM guru dapat dilaksanakan dengan berbagai cara dengan memperhatikan kondisi riil yang ada dan permasalahan yang dihadapi pihak sekolah sehingga dalam penyelesaian, harus dipilih metode yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

4.3 Rekomendasi

Dalam rangka meningkatkan SDM guru MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi yang lebih maksimal maka teknik yang lain juga harus dilaksanakan secara terprogram seperti kegiatan pembinaan, penerapan kompensasi, pelaksanaan KKG, pelatihan-pelatihan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan ilmiah seperti seminar, simposium, lokakarya dan konferensi semua perlu diterapkan untuk mewujukan SDM guru yang benar-benar profesional. Adapun teknik supervisi akademik ini juga kemungkinan dapat diterapkan di sekolah lain dengan kondisi permasalahan yang hampir sama.

DAFTAR PUSTAKA

Herawan & Hartini. 2012. Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan dalam Manajemen Pendidikan Dosen Administrasi Pendidikan UPI. Bandung: Alfabeta.

Masaong, H.A. Kadim, 2012. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru (Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru). Bandung: Alfabeta.

Kemendikbud. 2005. Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005.

Jakarta: Kemendikbud.Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

Sahertian, Piet. A. 2010. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta.

MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi, 2023. Dokumen Hasil Supervisi Akademik Semester 2 MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi Tahun Ajaran 2024/2025. Bangkalan: MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi.

Wukir, 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sekolah.

Yogyakarta: Multi Presindo.

, 2023. Buku Profil MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi Tahun 2024/2025, Bangkalan: MI Raudlatul Ulum Tanjung Bumi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post