ahmad muttaqillah Muttaqillah

Ahmad Muttaqillah Praktisi Pendidikan MP UIN Jakarta; Dosen Luar Biasa UMJ/UIN Jakarta Karya Tulis: 1. Bahasa Indonesia Kelas 1 da 2 Untuk Guru. Kementerian ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Meraih Kemerdekaan

Meraih Kemerdekaan

Kemerdekaan adalah kebebasan dari segala belenggu yang menjajah diri kita baik lahir maupun batin. Kemerdekaan secara fisik dari penjajahan Belanda sudah kita raih. Namun kemerdekaan batin yang membelenggu batin kita tampaknya harus terus diperjungkan sepanjang hayat masih di kandung badan.

Jenderal Soedirman, sebagai panglima tertinggi TKR terus bergerilya melawan penjajahan Belanda. Sang Guru Sekolah Dasar yang terus mempersembahkan jiwa raganya untuk meraih kemerdekaan menjadi api penyemangat perjuangan bangsa untuk merdeka. Ia diangkat menjadi Panglima TKR oleh Soekarno atas dasar dukungan para prajurit Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Soedirman berhasil melakukan gerilya untuk menumpas Belanda dari berbagai lini, tanpa diketahui keberadaannya oleh musuh.

Perang Jihad melawan Inggris sebagai sekutu Belanda, puncaknya 10 November 1945 yang dikomandoi Bung Tomo. Perang itu menyusul tewasnya Brigadir Jenderal Britania, Brigadir Jenderal Mallaby 30 Oktober 1945. Mallaby adalah komandan 49 Divisi India dengan kekuatan 6000 personil dapat ditumpas oleh Para santri, Arek-Arek Surabaya, dan segenap kekuatan bersenjata dari TKR, sekarang menjadi TNI. Bung Tomo Memekikkan kalimat takbir “Allahu Akbar” untuk membakar segenap pasukan rakyat untuk mengusir 6000 personil kekuatan Inggris di bawah komando Mallaby. Kesuksesan itu terukir dalam sejarah perjuangan bangsa hingga kini.

Belanda telah hengkang dari bumi Indonesia secara fisik selama kurang lebih tiga setengah abad menjajah Indonesia. Tahun 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaaanya, persis tanggal 17 Agustus di bulan Ramadan. Perjuangan fisik yang tak tanggung-tanggung dengan penuh pengorbanan. Kaum muslimin dan Semua kelompok golongan dan ingin meraih kemerdekaan dengan mengusir penjajah dari bumi Indonesia ini.

Perjuangan itu sudah dapat diraihnya oleh bangsa Indonesia dari Sabang sampai dengan Marauke. Sekalipun agresi Belanda II, 19 Desember tahun 1948 di Yogyakarta telah dilancarkan, namun dengan sigapnya TNI dan rakyat Indonesia dapat menghalaunya. Tentu dengan segala pengorbanan baik lahir maupun batin.

Operasi Tiga Komando Rakyat (Trikora) pada tahun 1961 untuk pembebasan Irian Barat telah dilancarkan Indonesia dan sukses. Untuk opersi itu, Soekarno membentuk Komando Mandala, dan mengangkat Mayor Jenderal Soeharto sebagai Panglima. Sekalipun Belanda dan sekutunya, AS tak rela Irian Barat menjadi wilayah RI. Namun demikian perjuangan fisik terus dilancarkan, walaupun dengan persenjataan yang minim, akhirnya Irian Barat kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Secara fisik kemerdekaan RI telah kita raih, namun secara batin bangsa ini harus terus berusaha berjuangan untuk meraih kemerdekaan yang hakiki. Kemerdekaan hakiki adalah kemerdekaan lahir batin baik secara bersama-sama maupun individu. Kemerdekaan batin yang harus diraih oleh bangsa Indonesia adalah kemerdekaan untuk melaksanakan agama secara bebas dan merdeka, berpedoman pada suatu kitab suci yang merupakan ajaran universal, hal ini sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945. Kareena Pancasila dan UUD 1945 berakar pada keagamaan atas dasar ketuhanan Yang maha Esa dan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di Indonesia.

Persatuan dan Kesatuan

Persatuan dan kesatuan Indonesia Indonesia yang utuh atas dasar keagamaan yang dianutnya merupakan akar perjuangan meraih kemerdekaan harus terus dirajut. Sebab saat ini berbagai unsur yang ada di bumi Indonesia boleh dikatakan telah melupakan nilai-nilai perjuangan bangsa atas dasar persatuan dan atas dasar keyakinan keagamaan yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Berbagai kelompok dan golongan di era sekarang telah mengklaim menjadi yang paling benar, dan kelompok lain menjadi salah. Saling caci satu sama lain, mmenghina para ulama, menngolok-olok golongan lain, dan seterusnya. Keadaan ini tak dapat dibiarkan begitu saja karena akan membuyarkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa yang merupakan akar dapat diraihnya kemerdekaan.

Merajut persatuan dan kesatuan, keadilan, dan kesejahteraan merupakan perjuangan batin untuk meraih kemerdekaan berikutnya. Rasa satu di antara golongan, bangsa, bahasa merupakan ranah batin yang harus terus dihidupkan. Menumbuhhidupkan rasa itu harus melelui akar sejarah perjuangan bangsa ini, dengan melalui pendidikan sejarah perjuangan bangsa ini akan menjadi terbinanya rasa kesatuan dan persatuan. Kemudian upaya-upaya meningkatkan nilai-nilai keadilan, perlindungan dan penegakkan hak asasi manusia yang merupakan nialai dasar hak hidup setiap individu.

Pemeliharaan Lingkungan

Di samping itu pemeliharaan lingkunag alam sekitar agar tidak menjadi rusak. Hal ini dapat dilakukan dengan pendidikan lingkungan hidup dan alam sekitar. Karena sebagian rakyat Indonesia banyak yang belum menyadari arti pentingnya lingkungan hidup yang serasi dan alami. Hal ini sering kita lihat sebagian masyarakat yang meracuni sungai, danau, pantai dll., untuk mendapatkan hasil tangkapan yang sebesar-besarnya, juga perusahaan-perusahaan tambang dan perumahan yang sembarangan merusak lingkungan untuk mencari untung yang sebesar-besarnya.

Rasa Keadilan

Rasa keadilan dapat dibina melalui penyuluhan, penegakkan hukum yang tidak tebang pilih. Menempatkan semua individu dan golongan sama dihadapan hukum, hal ini menjadi ranah dan tanggung jawab para penegak hukum dan para pemipmin politik di Indonesia.

Pemimpin, dan atau pemerintahan menjadi andil besar untuk membangun kekuatan dalam rangka meraih kemerdekaan yang sesungguhnya. Unsur berikutnya adalah guru, tokoh masyarakat, dan ormas-ormas yang ada di Indonesia harus ambil bagian dalam membina kemerdekaan hakiki ini, yaitu terajutnya persatuan dan kesatuan, keadilan, dan kesejahteraan.

Tatakrama dan Sopan Antun

Dalam tatanan kemerdekaan ini, di antara nilai-nilai bangsa Indonesia yang tak boleh dilupakan adalah tatakrama dan sopan santun, harus menjadi dasar pendidikan bangsa Indonesia. Tatakrama dan sopan santun dapat dibina melalui pembelajaran agama, Pendidikan Moral Pancasila, dan Kesejahteraan keluarga. Bagi negara yang bernama Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, nilai-nilai luhur ini senantiasa harus melekat pada bangsa Indonesia, sehingga menjadi suatu bangsa yang sangat dihormati dalam beradaban dunia.

Tatakram dan sopan santun bagian dari upaya saling menghormati dan memuliakan sesama manusa. Maka Gus Dur pernah berkata, “Memuliaan manusia berarti memuliakan Penciptanya. Merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan Penciptanya.” Maka kita ingat pula dengan ucapan filsuf ternama, Plato berkata, “Budi pekerti yang tinggi adalah rasa malu terhadap diri sendiri.”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semangat berjuang mempertahankan kemerdekaan. Maju terus, pantang mundur. Salam literasi, sukses selalu.

11 Aug
Balas

Sama sama...amiin

11 Aug

semangat para pejuang untuk sebuah kemerdekaan, hal ini mulai terkikis dalam pemahaman kita, apalgi generasi mudanya pak, tulisan yang sangat bermanfaat pak, salam literasi dan salam sukses. majulah negeriku..

11 Aug
Balas

Sama sama....aamiin

11 Aug

Sama sama....aamiin

11 Aug



search

New Post