Namanya Ali Nurdin, ia seorang yatim. bersekolah dan nyantri di pesantren mengikuti program beasiswa tangguh yang dilaksanakan oleh Daarut Tauhiid Peduli sebuah lembaga amil zakat nasional. Ali merupakan santri yang taat, ia menyenangi pelajaran bahasa arab, dan bercita-cita kuliah di timur tengah.

Ali juga menyukai musik nasyid, ia bersama teman-teman sekelasnya yang memiliki kesamaan hobi bembentuk grup nasyid pesantren. Grup ini eksis di acara-acara sekolah seperti Creativity day, Adzkia Expo, Wisuda, dan acara sekolah lainnya. Ali bersama Grup Nasyidnya mengisi acara untuk menghibur peserta dengan lantunan lagu bernuansa nasihat kebaikan. Ali bersama grup nasyidnya bahkan mampu menciptakan lagu-lagu karya mereka sendiri.

Ali santri yang rajin dan khusu beribadah, ia juga rajin membaca dan mempelajari berbagai ilmu, terutama ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa arab seperti ilmu nahwu dan shorof. Meskipun prestasi akademiknya tidak menonjol, namun ada yang istimewa darinya, yaitu ia tak pernah melewatkan sholat di awal waktu. sebelum azan selesai dikumandangkan, ali sudah berada dimasjid. bahkan seringnya ia sudah di masjid ketika mendekati waktu sholat sebelum muadzin mengumandangkan suaranya.

Panggilan Allah berupa lantunan kumandang adzan saat ini sudah tak dihiraukan orang-orang jaman now. Banyak diantara kita pura-pura takbertelinga, asyik melakukan aktivitasnya, lebih mementingkan urusan lainn, tak peduli, dan mengacuhkan panggilan-Nya. kita lebih suka menunda-nunda, entar-entar, dalam melaksanakan kewajiban utama sholat berjamaah tepat pada waktunya -lebih parah menikmatinya-. padahal Rasulullah mengatakan sesungguhnya amalan terbaik ialah sholat pada waktunya, melebihi amal berbakti kepada orangtua dan berjihad sekalipun. bagi Ali Sholay TBM (Tepat waktu, Berjamaah, di Masjid) adalah prinsip hidup yang ia peluk erat, sangat erat.

Kesetiaan Ali menanti adzan teruji ketika suatu waktu Ali mengikuti Ujian Nasional, saat itu sistem UN tingkat SMA adalah 6 mata pelajaran dilaksanakan selama 3 hari, sehari sabanyak 2 mata pelajaran yang di uji. Jadwal standar UN yang dikeluarkan oleh BSNP sesi-1 mulai pukul 08.00 - 10.000 dan sesi ke-2 mulai 10.30 - 12.30. Durasi ujian setiap mata pelajaran adalah 120 menit, peserta UN tidak diperkenankan keluar ruangan sebelum bel tanda waktu selesai terdengar. Dengan demikian selama pelaksanaan UN ada 3 hari waktu shalat zuhur yand terlewat, karena ketika itu waktu zuhur sekitar pukul 11.45 wib.

Hari pertama UN, pada saat sesi ke-2 Ali meminta izin kepada pengawas ruang untuk keluar ruangan ujian pukul 11.30 untuk sholat zuhur TBM. ia menyengaja menyelesaikan jawaban soal-soal UN lebih awal agar bisa menunggu kumandang adzan. Pengawas ruang silang -guru dari sekolah lain- melaporkan kejadian ini kepada kepala sekolah dan panitia UN. Setelah didiskusikan akhirnya diputuskan bahwa pelaksanaan ujian harus mengikuti SOP UN yang ada yang menyatakan peserta ujian tidak diperkenankan keluar ruangan sebelum bel tanda berakhirnya waktu selesai.

Hari kedua UN, Ali melakukan hal yang sama pada sesi ke-2, namun karena kesepakatan yang sudah diputuskan bersama, pengawas ruang -seorang ibu- tidak memberikan izin kepada Ali meninggalkan ruangan. Akhirnya Ali tidak berani keluar ruang ujian. Ali hanya terduduk dikursi dan menundukkan keplanya, Ali sesunggukan, ia menangis di tempat duduknya. Pengawas ruang akhirnya menghampiri Ali dan bertanya "Ali kenapa kamu menangis, kamu marah sama ibu", "Ali tidak marah sama ibu, tapi Ali sedih bu, Ali tidak bisa sholat tepat waktu berjamaah di masjid" jawab Ali. "Tapi nanti kan kamu bisa sholat berjamaah di masjid dengan teman-temanmu setelah selesai ujian!" kata ibu pengawas. "Ia bu, tapi Ali punya prinsip bahwa sholat itu harus di awal waktu, dan prinsip ini sudah 3 tahun Ali pegang teguh tanpa sekalipun terlewat" jawab ali dengan mata sembab dan terisak-isak.

Hari ketiga UN, Ali mengulangi hal yang sama, ia menyelesaikan soal ujian sesi kedua sebelum pukul 11.30 dan meminta izin untuk meninggalkan ruangan. kali ini ibu pengawas memberikan izin, bathin ibu pengawas terenyuh dengan keteguhan prinsip Ali, "Saya 12 tahun mengajar tidak pernah bertemu murid yang memegang prinsip sehebat Ali. saya sampai menangis teringat betapa saya sebagai muslim terlalu banyak melewatkan panggilan adzan dan menunda-nunda waktu sholat. Ali telah menjadi inspirasi bagi saya untuk memperbaiki sholat saya" kata ibu pengawas kepada kami guru-gurunya. "Sekolah ini beruntung pak memiliki murid-murid yang baik, sholeh, dan taat seperti Ali" lanjut beliau mengakhiri sesi evaluasi pelaksanaan UN di hari terakhir.

Ali lulus sekolah, ia kini menjadi mahasiswa jurusan pendidikan bahasa arab di UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Selain kuliah, Ali menjadi pengurus sebuah masjid di sekitar kampus, ia menjadi Marbot. Bertugas mengurus dan memakmurkan masjid sepert menyapu, mengepel, adzan dan iqomat dan lainnya. Setelah 2 tahun kelulusan Ali, saya sempat bertemu dengan Ibu guru yang pernah mengawas Ali. dan benar saja "Pak Najib, Ali gimana kabarnya?" sapa ibu guru pengawas. "Wah ibu kok nanyain kabar si Ali, ga nanyain kabar saya bu? hehee" jawab saya. "Iya pak, sampai saat ini hingga mungkin selamanya saya tidak akan pernah lupa dengan si Ali, murid bapak yang sholeh itu". Masya Allah tabarokallah Ali.