Matrasit

Salam kenal... Namaku Ahmad Rasyid (nama pena) atau Matrasit, terlahir di Sumenep pada tanggal 6 Mei 1967. Mulai Maret 1988 berprofesi guru di Kabupaten ...

Selengkapnya
Navigasi Web

KONSEKUENSI MEMUTUS HUBUNGAN

Jumat Manis

KONSEKUENSI MEMUTUS HUBUNGAN

Manusia terkategorikan sebagai makhluk sosial. Mereka sangat membutuhkan pertolongan dari orang atau golongan yang satu dengan yang lainnya. Pribadi yang mandiri sekalipun tidak akan pernah terlepas dari perkara hubungan dengan makhluk yang lain. Sebab itulah sangat dibutuhkan adanya usaha-usaha yang intens untuk tetap menyambung silaturahim. Silaturahim dapat dimaknai sebagai hubungan tali kasih atau hubungan kekeluargaan.

Rasulullah Sebagai pribadi teladan bagi umat manusia, tidak hanya bagi kaum muslimin melainkan bagi non muslim sekalipun. Sangatlah benar bilamana diutusnya Muhammad shallallahu alaihi wa sallam untuk menyempurnakan akhlak. Silaturahim hanya dapat terbentuk oleh mereka yang berakhlak baik atau terpuji. Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta'ala sangat meninggikan derajatnya bagi mereka yang berakhlak baik dan memiliki sifat "bellas tor ase". Bahwa cakupan "inna akramakum 'indallahi atqakum" bukanlah semata karena istiqomahnya dalam peribadatan berupa salat, puasa, dan umrah/haji, melainkan lebih pada keluhuran hati atas sesama manusia juga terhadap makhluk lainnya.

Sangat banyak riwayat yang disampaikan oleh Rasulullah terkait dengan menetapkan silaturahim. Sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa rahmat Allah tak akan diturunkan pada suatu tempat yang di dalamnya terdapat orang yang memutus hubungan kekeluargaan.

Dalam kaitan ini ada suatu kisah yang pernah terjadi pada diri penulis (notulen) ketika masa kanak-kanak. Tepatnya saat belajar ngaji di musalla Kyai Saja'i (alm). Beliau mempunyai seorang adik lelaki yang bernama Nasra. Ia menjadi santrinya pula. Ia selalu membuli saya, tetapi tidak untuk teman yang lainnya. Sehingga saya sering dibuatnya takut dan menangis. Nah, sejak saat itulah kami dilarang untuk saling bertegur sapa. Keadaan itupun berlanjut sehingga saya lulus setingkat SMA. Sejak berhenti dari mengaji di musalla, kami memang terpisah. Pergi ke kota untuk menuntut ilmu. Kemudian pertemuan baru terjadi di masa remaja. Sejak itu pula kami menjalin hubungan silaturahim sebagaimana biasanya sebagai seorang sahabat sehingga sekarang.

Barangkali itulah alasan mengapa "tidak bertegur sapa" suatu waktu juga dibutuhkan, _dengan catatan_ tidak bermaksud untuk memutus silaturahim. Hanya bernuansa jaga jarak, karena bila "terlalu berdekatan (intim)" akan menimbulkan masalah baru. Alangkah baiknya bila menetapkan hubungan kekeluargaan dengan berperilaku yang wajar dan tidak berlebih-lebihan.

Demikian pula diriwayatkan bahwa bagi orang yang memutus hubungan kekeluargaan akan dilaknat oleh Allah dan tempatnya di dalam neraka yang panasnya sangat pedih, walaupun ia pernah melakukan salat di dalam ka'bah sekalipun.

Lalu bagaimana jikalau rahmat tidak diturunkan pada suatu kaum sebab adanya seseorang yang memutus hubungan kekeluargaan bagi anggota kaum lainnya yang tidak berbuat hal yang sama? Demikianlah ketika Allah kemudian menurunkan azab di dunia akan mengenai siapapun, mereka yang berbuat baik ataupun yang berbuat buruk, sama rata sama rasa. Semua akan terkena imbas negatifnya. Naudzu billahi mindzalik.

Jadi tidak ada orang ahli ibadah, tapi ia sering menyakiti keluarga dan atau tetangganya, niscaya ia termasuk ahli neraka.

Diriwayatkan dalam sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa pada saat beliau bersama sahabat kemudian datanglah seorang lelaki dan hendak duduk di sisi Rasulullah. Lalu Rasulullah bersabda "Tak ingin aku duduk bersama orang yang tak saling sapa", maka iapun bangun dan pergi untuk meminta maaf kepada pamannya lalu ia dimaafkan. Iapun kembali menemui Rasulullah. Rasulpun bersabda bahwa Allah telah membuka rahmat bagi orang yang menyambung kembali hubungan kekeluargaannya.

Diceritakan dalam suatu hikayat bahwa ada seorang lelaki yang dititipkan sesuatu untuk disampaikan kepada seorang ulama di Kota Mekah. Namun setelah dikonfirmasi barang itu tidak sampai kepadanya. Kemudian ulama tadi memerintahkan untuk menanyakan padanya di permukaan sumur air zam-zam sekitar Ka'bah (pada saat itu sumur Zamzam belum ditutup). Ternyata setelah dipanggil tidak ada yang menjawabnya. Ia pun kembali ke ulama tadi. Lalu dia diperintahkan untuk mencari sebuah sumur "balhum", sebuah sumur yang airnya mendidih sebab mengalir dari api neraka. Setelah ditemuinya sumur itu dan mencoba memanggilnya, ternyata ia menjawabnya dari dalam sumur itu. Dan iapun pada saat ditanyakan mengapa anda ada di dalam sumur ini? Si lelaki tadi menjawabnya, "Saya ditempatkan dalam sumur neraka ini, sebab saya tidak memberikan rizeki untuk saudara perempuan saya yang kondisinya miskin." Ternyata ia membenci sebab kemiskinannya. Jadi dalam hikayat tersebut ada pesan bahwa sesama saudara punya kewajiban untuk saling memberi terutama dari yang berkecukupan kepada yang kurang mampu.

Dalam banyak riwayat ternyata Allah mengampuni dosa seseorang bukan semata karena ibadahnya semata, melainkan sebab ia menyayangi makhluk Allah lainnya.

Allah memerintahkan para malaikat untuk menyayangi manusia (menebarkan rahmat) bagi orang orang yang menyayangi makhluk lain, terutama yang membutuhkan kasih sayang kita. Semisal: memberikan makanan yang baik pada kucing, memberikan minum pada anjing yang kehausan, membebaskan atau memerdekakan burung dari sangkarnya, tidak membunuh semut atau serangga lainnya dengan disertai rasa kebencian, dan lain-lain.

Perihal bagaimana Allah mengapresiasi perilaku umatnya yang saleh, misalnya dalam suatu riwayat bahwa Allah memberikan kenikmatan surga kepada Imam Ghazali karena kelembutan hatinya. Yaitu, pada saat menyusun kitab terdapatlah seekor lalat yang tercebur ke dalam tinta kemudian beliau menolongnya agar tetap bisa hidup, Allah rida pula kepadanya.

Begitu pula ketika nabi Nuh as. bertemu dengan seekor anjing yang air liurnya meleleh melalui lidahnya yang menjulur. Kemudian Nabi Nuh menegur si anjing tersebut, "Hai anjing kamu sudah termasuk hewan yang najis masih buruk pula rupamu!" Seketika itu juga Allah mengingatkan bahwa anjing itu adalah ciptaan ku bila kau mencelanya sama halnya dengan kau mencelaku. Seketika itu juga Nabi Nuh meminta ampunan dengan membanyak istighfar, kapan dan dimana saja sehingga anak menjemputnya.

Oleh sebab itu untuk kegiatan apapun yang dibolehkan hendaknya dimulai dengan niat yang baik. Sehingga insyaallah akan dicatat sebagai amal yang baik walau tak sempat kita melakukannya. Misalnya, pada saat kita akan tidur, harus menyengaja berniat _ jikalau aku bangun akan segera berwudu untuk baca Alquran dan salat qiyamul lail (tahajud). Hal yang demikian akan lebih baik daripada mau tidur masih menyibukan diri dengan HP sehingga lupa niat bahkan lupa baca doa sebelum tidur.

Ya Allah berikanlah kepada kami petunjuk sehingga kami mampu menjadi orang yang baik di sisi-Mu. Aamiin.

#TausiahJumatManis

#KH_Makmun_Al_Abshar

#MesjidAlAlawiAmbunten

#30Januari2020

#by.AhmadRasyid

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Unfollow pertemanan apa juga termasuk memutus silaturahmi?

04 Feb
Balas

Setiap sesuatu bergantung pada apa yang diniatkan. Fullowing akan menjadi bagian dari rekatnya silaturahmi.

12 Mar
Balas

Maka memutuskan hubungan dalam pertemanan pun akan berimplikasi demikian. Kecuali akan berdampak negatif dalam hubungan sosial.

12 Mar
Balas



search

New Post