TADARUS ALAM
#01 TADARUS ALAM
Puisi Ahmad Rasyid
Gelombang Pasang
Sesekali kutangkap lengking jeritan rindu
Seirama desau angin berburu gelombang
Saat kemudian terhempas di bibir pantai
Bertempo rancak kepak sayap burung camar
Sajak bunga rampai kasih dilantunkan semalaman
Oh, lautku
Seberapa lama daku tahan membisu
Berdiri menanti atas geladak sandaran kapal ini
Sedang debar debur keras membentur dada, atau
Biarlah rindu kusimpan
pada palung laut terdalam
Sebelum air pasang kembali menyisir segala asa
#Ambunten, 11 Oktober 2020
#02 TADARUS ALAM
Puisi Ahmad Rasyid
Batu Apung
Putih kusam kecoklatan
Rupa warna keterpaksaan
Berabad-abad bawah jajahan
Jejak rekamnya terhapus
Tersapu terseret arus
Tanpa khayal, pupus
Antara pasang surut
Harap damai terajut
Geram sunyi tercerabut
Alamku
Pikirnya
Zikirnya
Zona batu apung
Hingga batas pantai
Pesona badai rindu
Bergumul rahasia rimba
#Ambunten, 11 Oktober 2020
#03 TADARUS ALAM
Puisi Ahmad Rasyid
Anak Sungai
Aku anak sungai
mengalir dari celah
menuju celah bebatu
deras laju muara
muara cinta bergelora
Aku anak sungai
tugasku melarung asa
tanpa lelah berkesudahan
tanpa takut kedalaman
laut semesta cinta
Aku anak sungai
tempat burung perindu
bercanda mengepak terbang
memburu indahnya semesta
membakar kehangatan jejiwa
Hingga
arusku beku
derasku luruh
dinginku kelu
di ujung negeri
ujung berbakti
#Ambunten, 11 Oktober 2020
#04 TADARUS ALAM
Puisi Ahmad Rasyid
Kabut Merah
Sekawanan kelelawar beterbangan
mengitari pepohon mangga
buahnya ranum memerah
tumbuh subur bermanja
di pematang hatiku
Kini awan biru
tenggelam menghatur salam
pada laut penghambaan
keniscayaan tak berhingga
bersimpuh luruh tawaduk
Dalam gigil sembahyang
tatap silau rembulan
kembali memagut sunyi
kucium aroma kesangsian
mengalir iris kenangan
Bias kabut menghitam
Membiaskan kasih keilahian
seluas tangis kealpaan
mengeja rahasia berlarian
menuju kedamaian alam
Sesaat kabut merah
menghias samudera raya
tegak menjunjung alif
terasa buih sujudku
mengalir air mata
#Ambunten, 11 Oktober 2020
#05 TADARUS ALAM
Puisi Ahmad Rasyid
Lovebird Hingga Perkutut
Seribu tahun didaulat puja di altar singgasana
Dikasih dan dinikmati laksana kekasih
Walau aku tak mengerti apa yang dirasa
Dipercaya bila saat menatap langit
Rona senjakah atau senyum fajar kabarmu
Perkutut, desahmu runtut
Kita pun luluh berkepasrahan
Kini tafsir rindumu mulai hampa, tak bertuah
Lovebird hadir barakan api cinta
Lincah bertingkah
Indah berkicau
Corak bulunya menggaris cakrawala
Laksana emas permata dunia
Mempesona ..
Menyilaukan...
Burung adalah burung
Gambaran pasang surut pendakian
Yang membentang sepanjang syahadat ilahiah
Perlambang jejak keabadian
#Ambunten, 11 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Waw,,byak puisinya pak,,semuanya Keren...sukses selalu
Alhamdulillah, terima kasih