25 Tahun bukan yang sebentar
#Tagur ke 16 (365)
Ahmad Rikiyanto
25 tahun yang lalu terlahir seorang anak kecil mungil kedunia berbagai upaya dilakukan oleh bapak ibu untuk mendapatkannya titipan malaikat kecil sebagai pelengkap dalam mengarungi sebuah rumah tangga, tidak mudah untuk di berikan sebuah titipan oleh sang pencipta harus berusaha sepanjang perjalanan menjadi pasangan suami istri.
Seiring berjalannya waktu tumbuh kembang terus meningkat dengan asupan makanan bergizi, berbagai cara bagaimana seorang anak mendapat sebuah didikan, kasih sayang dan menjadi pribadi baik kelak sudah dewasa, hidup dengan segala kesederhanaan tidak pernah kekurangan apapun.
Waktu terus berputar umur bertambah masa akan berubah, dalam didikan orang tua menjadikan mental dengan cara hidup keras, harus berusaha untuk diri sendiri mulai memasuki sekolah dasar dimana waktu itu bapak sudah bekerja sebagai mandor perkebunan kopi, karet dan coklat setiap pagi sudah didalam kebun sehingga tidak pernah merasakan diantar kesekolah sampai gerbang utama, hanya bisa jalan kaki bersama teman-teman seangkatan, kakak kelas, bersyukur meskipun tidak merasakan, bisa lebih banyak berkumpul bersama teman sambil jalan cerita-cerita.
Hidup didesa lebih enak berbagai permainan ada, wayang, klereng, bola sodor pada saat itu tidak pernah mengenal gaget, sepulang sekolah langsung main, jam 15. Pulang mandi mengaji ke masjid terdekat pulang jam 16, kembali lagi jam 17 seperti biasa melaksanakan jama'ah sholat magrib berdzikir, mengaji Al-Qur'an dilanjut sholat Isya' pulang sambil teriak- teriakan berlari ke arah pintu rebutan pulang.
Pernah dulu, entah tidak suka atau julit, sering membuli sampai teman seangkatan ikut-ikutan, dalam hati luar biasa marah besar, tetapi pada saat itu tidak mau memberikan opini, di biarin begitu saja, pada akhirnya lelah sendiri, kalau menanggapi tidak ada selesainya malah senang akan timbal balik dari perkataannya.
Dengan berbagai bully bisa membuktikan kepada mulut tidak pernah tanggung jawab, selepas SD langsung berangkat mondok dengan gemblengan ilmu, disiplin oleh pihak pesantren sebagai bekal ketika terjun ke masyarakat, alhamdulillahirobbilalamin lulus sekolah dan pondok lanjut kejenjang lebih tinggi SMA dan perguruan tinggi.
Bersyukur Allah menitipkan kepada orang tua sangat tulus hatinya, sabar pol tidak pernah mengeluh, banyak memberikan sebuah wejangan hidup, berbagai cerita di sampai ketika duduk santai di ruang tamu ataupun kumpul bersama keluarga besar.dari bapak ibuk.
Harapan keinginan pada umur 25 tahun ini memberikan sebuah keberhasilan seorang anak,
Miladuka sa’idah, barakallahu fii umrik.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar