Ahmad Syaihu

'Manulislah dengan hati, dan niatkan untuk ibadah, karena tulisan anda akan menjadi warisan peradaban bagi generasi yang akan datang' Guru di MTsN 4 kota Surab...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ziarah ke Makam Putri Sunan Gunung Jati ( 254(972))
Kolase Ziarah di Makam Mbah Ratu Ayu (dokpri)

Ziarah ke Makam Putri Sunan Gunung Jati ( 254(972))

Setelah mengunjungi makam KH. Mas'ud Ali di Pagerwojo Sidoarjo perjalanan ziarah Waliyullah dilanjutkan ke makam Syarifah Alhababah Khadijah Binti Syarif Hidayatullah (Mbah Ratu Ayu) yang terletak di Kota Bangil Pasuruan.

Dipimpin oleh Ustadz Mohammad Abbas tiba di makam Mbah Ratu Ayu, pukul 08.00 WIB , kamu mengucapkan salam kepada Waliyullah dan melantunkan solawat dan dzikir tahlil untuk Waliyullah beserta kerabatnya yang ada kompleks makam Mbah Ratu Ayu.

Siapakah Mbah Ratu Ayu? yang memiliki nama asli Syarifah Khadijah putri dari Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, salah satu walisongo). Cerita dimakamkannya Mbah Ratu Ayu Ibu di Bangil ini bermula ketika suatu saat putri Sunan Gunung Jati ini, mendadak dirundung rasa kangen yang begitu dalam kepada kedua putranya yang tengah belajar agama di pondok pesantren milik Mbah Soleh Semendi di daerah Winongan, yang tak lain adalah masih familinya.

Akhirnya berangkatlah beliau mengunjungi kedua putranya, Sayid Arif Basyaiban, Segoropuro dan Sayid Sulaiman Mojoagung yang belajar di pesantren di Winongan. Namun sepulang menjenguk kedua putranya tersebut, Mbah Ratu Ibu mendadak sakit saat di daerah Bangil dan akhirnya meninggal. Setelah meninggal Syarifah Khadijah dimakamkan di pemakaman di daerah yang sekarang disebut dengan Wetan Alun karena memang letaknya di Wetan (Bahasa Jawa yang artinya Timur) dari alun-alun Bangil.

Melahirkan keturunan berupa ulama besar di Pasuruan tidaklah tercetak dengan sendirinya. Sebab, selain silsilah dari salah satu Wali Songo, suami Alhababah Syarifah Khodijah juga orang terhormat. Yakni, Habib Abdurrohman bin Umar Baasyaiban. Di kalangan orang Jawa, Habib Abdurrahman lebih dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir. Sayangnya, sejarah-sejarah Islam seperti ini, tidak banyak diwariskan buat cerita anak cucu kita. Di sekolah-sekolah, jarang sekali yang mengajarkan tentang sejarah Islam. Padahal ini sangat penting artinya.

Dikisahkan, "Pernah ada anak usia 12 tahun yang sejak lahir tidak bisa bicara. Tapi tiba-tiba bisa bicara setelah menghadiri haul Mbah Ratu Ibu ini, dan ini adalah salah satu karomah wali perempuan disini mas. Karena wali perempuan jarang, makanya karomahnya begitu hebat," ujar salah satu warga di sekitar makam.

Komplek ini terletak persis dibelakang rest area swadesi, diperikirakan berumur sudah ratusan tahun, sebelumnya komplek ini tak ada bedanya dengan komplek-komplek makam yang lain, hanya komplek makam biasa, suatu saat ada seorang kyai dari daerah Lawang Malang bernama Kyai Ba'bud mengunjungi komplek ini dan menemukan sebuah makam yaitu makam Syarifah Khadijah, Kyai Ba'bud mempercayai kalau makam ini bukan makam dari orang biasa atau lebih tepatnya seorang wali menurutnya, maka kemudian dibangun sebuah kijing (bangunan makam) dan dalam perkembangannya dibangunkan sebuah gedung untuk menandai komplek tersebut, dalam komplek ini terdapat beberapa makam diantaranya makam Syarifah Khadijah (Mbah Ratu Ayu/Ratu Ibu), Abdullah Bin Abdur Rahman, dan pembantunya, serta makam KH.Qosyim Muzammil, juga terdapat satu makam lagi yang terpisah dari bangunan ini, terletak di sebelah timurnya yaitu makam Habib Qosim Basyaiban.

yang penting dalam kehidupan sehari-hari

Komplek pemakaman ini didukung dengan adaanya Masjid, Rest Area dengan rumah makan yang menyajikan makanan khas Bangil seperti Gule Sate serta lahan parkir yang cukup luas, di tambah lagi UKM-UKM khas seperti busana bordir, souvenir juga terdapat dalam satu komplek. Akses untuk menuju komplek ini juga sangat mudah karena terdapat Halte tempat transit travel, bus antar kota dan antar propinsi yang menuju Surabaya, Probolinggo, Banyuwangi, Bali dan Lombok, yang hampir semua berhenti di tempat ini yang dikenal dengan swadesi. Pukul 09.00 WIB kami mengakhiri ziarah di makam Mbah Ratu Ayu, untuk melanjutkan ziarah ke makam KH. Abdul Hamid Pasuruan. Pasuruan, 11 September 2022
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren reportasenya

11 Sep
Balas

Barokallah Bu Hajjah Rismalasari

11 Sep

Luar biasa mantap surantap mas. Salam sehat dan sukses selalu. Terima kasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk SKSS dan berbagi kebaikan.

11 Sep
Balas

Barokallah Pakdhe, saling berbagi dan bersilaturrahmi sehat dan bahagia selalu bersama keluarga

11 Sep

Andai kisah-kisah perjuangan para pejuang Islam diangkat dalam berbagai versi yang menarik, mungkin kisahnya tak akan tenggelam ya Pak Guru Ahmad Syaihu? Baarakallaahu

11 Sep
Balas

Tugas para penulis untuk memvisualisasikan cerita para waliyullah menjadi film yang menarik seperti film Sunan Kalijaga dll

11 Sep

Ulasan informatif yg sy jg br tau, p Haji. Trmksh sdh menambah sedikit pengetahuan sy. Sht sllu p Haji

11 Sep
Balas

Alhamdulillah bisa berbagi

11 Sep

Banyak kisah sejarah yang tak ada di pelajaran sekolah. Bener,Pak Haji. salam sukses selalu.

11 Sep
Balas

Nguri-nguri sejarah dengan berziarah ke makam para waliyullah

11 Sep

Sangat informatif reportasenya Pak Ahmad, salam sehat dan sukses selalu.

11 Sep
Balas

Mantap reportasenya Pak Haji. Semoga sehat dan bahagia selalu.

11 Sep
Balas

Alhamdulillah Barokallah

11 Sep



search

New Post