Ai Imas Mustikawati

A simple mother with a great dream...

Selengkapnya
Navigasi Web
CATATAN HATI SEORANG GURU
Tabloidjubi.com

CATATAN HATI SEORANG GURU

CATATAN HATI SEORANG GURU

Oleh : Ai Imas Mustikawati

Menjadi guru adalah sebuah cita-cita yang mulia. Seseorang yang bercita-cita menjadi guru pastilah ia orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, karena menjadi guru adalah sebuah pengabdian. Jika kita flashback ke belakang, guru adalah sebuah profesi yang hanya dilirik sebelah mata. Menjadi dokter, polisi, kerja kantoran atau pengusaha, selalu menjadi incaran. Profesi guru saat itu sungguh bukan menjadi target utama (main goal) seseorang. Sepertinya mereka tak ingin berbangga diri hanya dengan sebutan pahlawan tanpa tanda jasa. Ya…hanya ungkapan demikian, itu saja tak lebih.

Guru jaman baheula (baca: jaman dahulu) yang identik dengan baju safari dan sepeda ontel sangat lekat diingatan, itupun hanya untuk guru yang berada di perkotaan. Bagaimana dengan guru yang hidupnya jauh dari keramaian? Mereka harus rela berjalan kaki melewati tanjakan dan turunan yang terjal dengan bersepatu boot dan pakaian seadanya. Tak ada uang lelah seperti sekarang ini yang diperuntukan bagi para guru yang berada disekolah terpencil. Tak ada uang sertifikasi atau tunjangan lainnya melainkan hanya gaji kecil yang diterima sebulan sekali, ditambah beras yang bau apek, yang hanya pantas diberikan pada ayam dan itik. Namun walaupun demikin, gurat bahagia senantiasa terlihat dari wajah – wajah mereka para guru jaman dulu. Itu hanya sepenggal cerita guru jaman dulu. Seseorang yang benar – benar memiliki niat yang tulus untuk mengabdikan diri bagi anak – anak negeri. Lelah, keringat bercucuran hingga baju lusuh yang dikenakan basah kuyup, tapi tiada mengeluh, sementara anak – anak lugu yang haus akan ilmu telah menunggu didepan pintu, tak bersepatu hanya baju lusuh dan bau, yang kancingnya terlepas pula. Tak ada buku bacaan yang memenuhi rak – rak perpustakaan seperti sekarang. Buku tulis yang dimiliki merekapun hanya satu, tapi itu bukan masalah . Para guru tak pernah patah arang, mereka tetap bersemangat mentransfer ilmunya, membimbing, mendidik sehingga mereka tumbuh tertata dan berakhlak mulia. Walau tak digembar – gemborkan pendidikan berkarakter, toh tak menjadikan anak – anak jaman dulu berkelakuan kurang ajar, tak ada buly membuly, tak ada tawuran yang banyak memakan korban, tak ada pelecehan terhadap guru, seperti yang sekarang kita saksikan di beberapa media baik media elektronik maupun media cetak, sungguh miris. Anak – anak jaman dulu, senantiasa hormat, nurut, manut terhadap guru.

Menjadi guru semestinya adalah sebuah cita – cita yang terpatri dari dalam diri. Menjadi guru adalah bukan sebuah pilihan lain, hanya karena tidak diterima di universitas favorit, hanya karena bingung mencari kerjaan, hanya tak diterima dikantoran, bukan demikian. Menjadi guru adalah pilihan hati yang siap mengabdi, siap berbagi, siap berbakti. Aneh memang, melihat orang yang dulu menertawakan dan mencibir profesi guru karena mereka mengklaim bahwa profesi guru tak memiliki masa depan. Menghabis-habiskan waktu hanya bergumul dengan siswa yang dekil, bau ingus. Orang – orang itu lupa bahwa dari bangku sekolahlah pendidikan formal dimulai. Generasi penerus dicetak menjadi pribadi – pribadi yang tangguh.

Kenapa dulu banyak orang yang tidak mau menjadi guru?. Jika ditanya maukah kamu jadi guru?, menggelengkan kepalanya sampai berulang – ulang. Apa hanya karena penghasilannya kurang?, dan ingin kerja dikantoran yang pasti banyak uang?. Entahlah. Dulu sekolah – sekolah sangat kekurangan guru, satu guru harus mengajar lebih dari dua kelas, terbayang lelah dan letih. Dulu penjaga sekolah saja sampai merangkap masuk kelas untuk sekedar memberikan tugas, ya karena tidak banyak orang yang mau menjadi guru. Akh sungguh miris, guru… oh guru….. dulu dicibir sekarang diburu. Ya… kini profesi guru diburu. FKIP dipenuhi mahasiswa baik negeri maupun swasta. Mereka berdesak – desakan memenuhi kuota guru. Apakah ingin mengabdi atau ingin tunjangan sertifikasi?. Walohualam bisawab, hanya mereka yang tahu.

Seorang guru mengemban tugas yang sangat berat karena dituntut memiliki pendidikan serta keterampilan yang tinggi serta tanggung jawab dan komitmen, oleh karena itu guru dengan profesionalisme yang tinggi serta pengabdian yang tiada henti, baginya layak sebuah penghargaan. Itulah hal yang patut disyukuri atas kesejahteraan dan keberkahan yang diterima hingga saat ini dan itu semua adalah hadiah dan anugerah , buah kesabaran atas pilihan profesi dan pengabdian tiada henti.

@Teruntuk kedua orangtuaku yang berpuluh tahun mengabdi untuk anak negeri. Semoga anakmu ini bisa melanjutkan pengabdian tulusmu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih pa

16 Oct
Balas

inspiratif bu ...

16 Oct
Balas



search

New Post