Dulu, banyak diantara kita yang menganggap siswa ibarat kertas putih yang kosong. Kita berharap siswa menerima apa pun yang kita transfer, menuruti yang kita kehendaki tanpa memperhatikan perasaan mereka. Akibatnya pengajaran pun berpusat pada guru. Siswa tertekan dan terhambat kreativitasnya.

Namun, setelah mengenal lebih dekat pemikiran Ki Hajar Dewantara, ternyata siswa bukanlah kertas putih kosong. Mereka sejak lahir memiliki pola masing-masing. Keunikan siswa merupakan pola potensi dan bakatnya masing-masing. Tugas Guru menuntun siswa tumbuh dan berkembang sesuai kodrat alam dan kodrat jaman.

Siswa ibarat benih dan guru petani. Siswa ibarat tunas-tunas yang tumbuh subur karena dirawat oleh Penjaga Taman hati. Seperti itulah Guru, memberikan pupuk motivasi, menyirami dengan nasehat dan memberi sinar petunjuk agar siswa tumbuh sesuai harapan.

Refleksi pemikiran Ki Hajar yang lain adalah Pedidikan membangun peradaban dengan budi pekerti yang mulia. Pembiasaan karakter terus ditanamkan dengan kesabaran.

Pendidikan merupakan tempat persemaian benih untuk menumbuhkan siswa berkembang optimal dengan selamat dan bahagia.

Pendidikan mengasah kebersamaan, kekeluargaan serta menjadi sahabat dalam siswa menemukan pengetahuan.

Guru menuntun siswa sebagai among, memberi siswa arahan agar tidak salah berjalan. Memantik kemampuan dasar mereka dengan memanfaatkan kearifan lokal dan budaya tanah air dalam proses pembelajaran.

Dalam langkah aplikasi di kelas dan sekolah, kita perlu memahami siswa sebagai pribadi yang unik dan istimewa. Menghargai mereka dalam perbedaan, sering menyapa kabar dan menemani mereka menemukan bakatnya. Siswa diberikan kesempatan berkreasi dalam menyelesaikan masalah.

Mari membangun ekosistem pendidikan Indonesia yang merdeka belajar dan berpihak pada siswa.

Bersama kita hadirkan pelajar Pancasila yang bertakwa dan berakhlak mulia. Menanamkan gotong royong, kreatif, mandiri, bernalar kritis dalam kebhinekaan global.

Ainaul Mardliyah

CGP SMPN 3 Ciawi Kab. Bogor