Aini Rizqoh

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kasih Sayang membawa Berkah ke Australia

Kasih Sayang membawa Berkah ke Australia

Subhanallah wal Hamdulillah Allahu Akbar. Hanya kata syukur yang bisa saya ucapkan untuk saat ini dengan terbata-bata, mengharu biru. Tak hentinya bibir ini mengucap rasa syukur atas anugerahNya. Hal yang tidak mungkin bisa terjadi pada saya yang notabene hanyalah seorang guru kecil, guru Sekolah Dasar di desa. Ketika masa kuliah dulu tahun 2001, banyak diantara teman saya yang minder menjadi guru Sekolah Dasar. Karena ketika itu menjadi guru Sekolah Dasar dianggap profesi kurang keren. Namun setelah angkatan saya di Universitas Negeri Malang (UM) tercinta, jurusan PGSD spontan membooming menjadi pilihan dengan rating tertinggi.

Bagi saya menjadi guru Sekolah Dasar adalah kebanggaan tersendiri. Saya bangga menjadi guru Sekolah Dasar, meskipun dengan segala keterbatasan yang saya punya. Yang terbersit hanya ingin mengabdi demi ibu pertiwi, negeriku tercinta, dengan memberikan pembelajaran yang terbaik untuk anak didik saya.

Tidak ada yang saya banggakan dari diri saya. Karena saya bukan siapa-siapa. Yang ada hanyalah rasa tidak puas dalam belajar, ingin terus belajar dan terus belajar, mencari ilmu yang kemudian semampu saya untuk mengamalkan ilmu yang sudah saya peroleh dengan membagikan kepada sesama.

Selama nafas masih dikandung badan, takkan pernah lelah mengejar mimpi, luru ngelmu ngalap berkah, yang takkan pernah menyesal hingga tutup usia nanti.

Tidak ada yang menarik dan istimewa dari saya. Saya hanya punya MIMPI. Mimpi yang besar. Saya tidak pernah takut bermimpi setinggi awan sederas hujan, dan seterik mentari. Kita jangan takut bermimpi. Jikapun kita terjatuh, saya yakin akan kita jatuh diantara pelangi-pelangi indah.

Saya punya sejuta mimpi. Sabar, ikhlas dan terus melangkah setapak demi setapak untuk merengkuh mimpi itu. Karena bagi saya hanya orang mati yang tak punya mimpi. Ketika ruh telah terpisah dengan jasadnya.

Saya yakin suatu saat Allah akan memberikan helai demi helai mimpi-mimpi kita. Yang akan terangkai indah di penghujung usia nanti.

Dengan kesabaran dan keikhlasan, mimpi akan datang menghampiri kita, yang datangnya tidak akan disangka-sangka. Min haitsu la yahtasib...

Sesuatu yang tidak mungkin bisa terjadi jika Allah menghendaki. Kun Fayakun, maka jadilah.

Saya tidak punya apa-apa, dan bukan siapa-siapa. Saya hanya punya kasih sayang dan cinta untuk anak didik saya. Saya mengajar, menyayangi anak didik saya sama halnya seperti anak kandung yang saya lahirkan dari rahim saya. Tidak ada bedanya. Ketika di sekolah saya selalu memperlakukan dengan segenap cinta dan kasih sayang. Karena saya juga punya anak, anak saya juga sekolah. Bagaimana jika saya memperlakukan anak didik saya tanpa kasih sayang, bagaimana jika anak saya diperlakukan oleh gurunya seperti itu?. Tepo seliro. Rasa memiliki mereka dalam diri saya begitu kuat bahwa mereka semua adalah anak-anak saya.

Ekstra sabar, harus telaten menghadapi segala aksinya yang begitu unik, banyak pertanyaan aneh di luar dugaan yang sering keluar dari bibir kecilnya, bahkan setiap hari harus siap menghadapi mereka yang super duper suka sekali ganggu temannya, bertengkar yang ujung-ujungnya pasti menangis. Menangis sebentar, lanjut guyonan lagi, menangis lagi dan akhirnya bermain bersama. Itulah warna warni hidup yang indah. Menghiasi hari-hari, melengkapi dan menambah semangat hidup.

Anak didik saya adalah inspirasi terbesar saya. Saya banyak belajar dari mereka. Merekalah yang membuat saya survive dan kuat menghadapi rentetan tantangan bak letupan kembang api, senyum semangatnya mereka menambah amunisi saya untuk terus bangkit mewujudkan impian-impian saya.

Saya tidak punya apa-apa yang bisa saya berikan pada anak didik saya. Saya hanya punya hati dan kasih sayang. Hanya sekepal hati, namun hikmahnya luar biasa.

Mengajar yang dibumbui dengan hati, akan lebih sampai ke hati. Pengalaman saya mengajar pertama kali ketika masih PPL, saya menyadari ketika itu saya menjadi guru yang masih terlalu subyektif. Hanya anak tertentu saja yang saya perhatikan. Anak yang cantik, ganteng, pinter dan anak yang paling banyak ulah dan anak yang masih belum mampu belajar dengan baik. Itu saja yang sering saya hafal. Namun ternyata itu sangat tidak baik.

Sebagai guru harus mampu mengenal karakter dan kepribadian semua anak didiknya. Satu-persatu harus kita perhatikan. Sehingga ketika menjadi guru yang sesungguhnya, berusaha menyayangi mereka semua tanpa membeda-bedakan. Guru sejati mengajar dengan hati.Meski kadang tanpa kita sadari terbawa emosi sedikit mengancam, kendali diri kita terus kita pegang. Memang hal paling susah adalah mengendalikan diri sendiri. Semua harus kita perhatikan dan sayangi secara adil. Dengan menyayangi mereka semua, mereka akan menyayangi kita, serta mendoakan kita tentunya. Dari doa merekalah, Insya Allah ilmu yang kita berikan akan bermanfaat. Itu yang penting.

Menyayangi dan mendoakan mereka setiap saat, adalah kewajiban kita seorang guru agar ilmu yang diterimanya berkah dan manfaat fiddini wad dunya wal akhiroh. Allahumma Aamiin.

Saya selalu menekankan pentingnya kasih sayang dengan sesama teman dengan selalu menebar kebaikan meskipun hanya secuil senyuman. Pagi kita biasakan menyapa siapapun itu dengan menyiapkan senyum termanis kita, agar dunia menyambut kita dengan senyuman yang manis pula.

Dengan tersenyum, kita takkan pernah merasa lelah untuk mengejar mimpi meski berjalan dengan tertatih, tertempa dan terseok. Karena di sekeliling kita, banyak orang menyayangi dan mendoakan kita.

Siapa yang menabur kebaikan, pasti akan menuai kebahagiaan. Menikmati sebuah proses jauh lebih nikmat yang tiada terukur rasanya, dibanding ujug-ujug menikmati hasilnya. Kita jalani hidup dengan ikhlas, menikmati setetes demi setetes ujian dari Allah.

Sabar tanpa jeda hakikinya adalah bahagia tanpa jeda. Tak perlu mengeluh atas semua ujian yang diberikan oleh Allah, ada banyak hikmah dibalik ujian itu. Sesungguhnya hanya Allahlah sebaik-baik tempat bersandar bagi makhlukNya.

Sebuah pengalaman dan anugerah terbesar dalam hidup saya, mendapat amanah bisa mengabdikan diri di kaki gunung arjuno. Banyak pengalaman hidup, cambuk motivasi, pecut inspirasi yang mengoyak hati saya untuk terus belajar dan bangkit. Saya banyak belajar dari anak didik saya, bocah nggunung yang luar biasa. Pergi sekolah melewati jurang tak membuat semangat belajarnya goyang, ke sekolah tak bersepatu membangkitkan semangatnya tuk terus maju, berangkat pagi sekolah tak sempat sarapan dan berpamitan dengan orang tua mereka tetap semangat membara. Karena orang tua mereka sudah pergi ke ladang sejak pagi buta.

Sekelumit cerita dari sekian panjang cerita yang pernah saya alami. Menjemput anak didik untuk melaksanakan UN (Ujian Nasional) tiap pagi, gegara anak didik saya itu khitan, karena pas kenanya tanggal itu. Rapat wali murid pernah saya lakukan malam hari ba’da Isya’. Karena kalau pagi, Bapak-Bapak semua ke ladang. Sungguh pembelajaran hidup yang penuh perjuangan dan kental makna. Hampir sepuluh tahun saya berbagi ilmu di sana. Subhanallah. Hanya ikhlas dan sabarlah yang menjadi lampu pijar sehari-hari, menjadi sumber energi terbesar tuk melangkah menyambut esok hari.

“Man Shabara Zhafira”: Siapa yang bersabar akan beruntung. Nasihat yang sering dituturkan Ayah saya (alm). Ketika beliau menemani saya belajar dan mengaji. “Bersabarlah dalam mencari ilmu dan nikmati proses sabar dan ikhlas dalam kesyukuran”.

Seperti mimpi. Hati didera rasa tak percaya. Dua minggu yang lalu saya mendapat telpon dari pegawai Kemdikbud Jakarta bahwa saya akan berangkat Short Course (studi singkat) ke Australia Februari ini dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan. Rasa tidak percaya seakan meledak, mengoyak batin bahagia campur haru memenuhi ruangan hati. Betapa tidak, lha wong saya ini hanya seorang guru desa.

Subhanallah. Sujud syukur tak henti-hentinya, pada Sang Maha Penguasa Jagat Raya. Saya hanyalah hamba lemah tak berdaya. Saya bukan siapa-siapa yang tidak punya apa-apa. Saya yakin Allah mengabulkan doa anak didik saya, keluarga, saudara, serta orang-orang terkasih karena kasih sayangnya selama ini. Doa mereka menjadi kekuatan besar yang mengalir dalam darah saya, sehingga saya bisa mendapat kesempatan untuk bisa belajar di negeri kangguru. Tanpa mereka saya bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa.

Dari kekuatan doa anak-anakku, akhirnya guru desa bisa mewujudkan mimpinya ke Australia.

Terima kasih atas kasih sayang kalian, Nak. Terima kasih untuk guru saya atas segala ilmunya, orang tua saya, keluarga saya atas motivasi serta dukungan, semua saudara serta sahabat guru-guru hebat saya. Mereka semua adalah kunci pembuka rezeki yang telah mewujudkan mimpi saya menjadi nyata.

Ya Allah Ya Robb, beri kesehatan dan kelancaran pada hambaMu yang lemah ini untuk bisa ngangsu kaweruh dengan sebaik-baiknya dengan RidhoMu. Berikan kemudahan dan petunjukMu, saya ingin berbagi cerita dan pengalaman pada semua saudara saya,guru-guru hebat Indonesia.

Tiada daya dan kekuatan kecuali Engkau Ya Rahman.

Dekap hambaMu ini dalam Rahman RahimMu.

Terus berharap semoga gurusiana menjadi teman curhat yang paling setia nan manis menemani cerita-cerita seru saya ketika di Australia nanti. Anak didikku kan selalu menjadi amunisi termanjur, inspirasi hebat yang akan meledakkan pikiran saya untuk terus menulis.

Ikuti terus cerita saya ya…..

#MengajardenganHati

#JanganLelahMengejarMimpi

#JanganLelahMenebarKebaikan

#CenturyParkHotelJakarta, 24 Februari 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post