Aini Rizqoh

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Si Biru beranak Merah

Si Biru beranak Merah

Seusai packing dan membaca surat anak-anak yang membuat mataku sembab, ku langkahkan kaki untuk menemani Bu Mudinem berbelanja di Wool Worths, meskipun aku tidak berbelanja. Karena seharian Sabtu kemarin kakiku sudah terasa lelah berkeliling kota Melbourne untuk membeli souvenir dan jalan-jalan.

Dengan membantu membawakan belanjaannya yang habis sekitar 60 $ karena beliau belum banyak membeli oleh-oleh terutama cokelat. Beliau juga membeli air mineral botol, karena sedikit tidak tawar dan akhirnya batuk. Berbeda dengan saya, Alhamdulillah saya konsumsi air kran tetap sehat karena yang penting diawali dengan Bismillah.

Wool Worths adalah sebuah supermarket terlengkap yang jaraknya kira-kira dua setengah kilometer dari apartemenku. Meski kaki kiriku terasa sakit, aku paksa untuk berjalan gegara over keliling Melbourne. Maka yang akan kulakukan pertama kali di Indonesia nanti adalah pijit ke Ibu langgananku di kampung. Hehe...

Pukul 02.59 pm dengan keringat mengucur, ku buka pintu apartemen setelah mengantar Bu Mudinem. Sejuk rasanya masuk rumah. Di Australia udara terasa panas, namun hawanya sangat dingin. Tidak jauh berbeda dengan Malang. Jadi aku mudah untuk menyesuaikan diri.

Cuci muka, tangan dan kaki lanjut berwudhu untuk sholat Dhuhur. Ambil gelas dan ku buka air kran, Bismillah langsung minum. Karena tenggorokanku dehidrasi tingkat tinggi tak tertahan.

Alhamdulillah lega rasanya bisa antar beliau berbelanja. Karena beliau masih satu hari lagi tinggal di apartemen, jadi masih banyak yang diperlukan. Hari Minggu ini adalah hari terakhirku di Melbourne, untuk menuju petualangan yang lebih seru di Lara, Victoria.

Belum selesai otakku berputar memikirkan home stay enam hari ke depan, yang notabene termasuk awardee yang mengalami metamorfosis di home stay terlama dibanding teman-teman yang lain. Kini hati kian bergetar. Betapa tidak, acara packing kini telah usai. Yang terjadi taraaaa,,, ternyata koperku dari Indonesia kini telah beranak pinak. Subhanallaaah, berangkat satu pulang berkembang biak jadi enam item. Ya Robbku...

Dalam hati terus berdoa semoga tidak lebih dari 30 kg, dan lolos pemeriksaan ketika di bandara nanti. Karena keraguan ini begitu memberatkan pikiranku, maka aku langsung mencari sesuatu yang bisa meleramkannya. Otakku teringat, Pak Syarif mempunyai timbangan tangan. Tanpa pikir panjang akupun meminjam timbangan beliau, dan buru-buru masuk ke kamar lagi untuk melakukan pembuktian seberapa berat koper-koperku.

Dalam hati kecilku, serasa tak adil. Perempuan tinggal di home stay sendirian, sedang bapak-bapak berdua. Harus mampu dan siap. Bibir ini terus berkomat-kamit memohon, semoga ada keajaiban meskipun itu tidak mungkin karena sudah terschedule dan terstruktur. Ya Allah Engkau Maha merubah dan membolak-balikkan hati manusia, Maha segalanya.

Meskipun sudah bertekad bulat dan aku putuskan menjadi setrooong women, tapi naluriku masih berkata lain. Hatiku terus bermunajat tiada lelah.

Belum aku lakukan menimbang koper-koper, handphoneku berbunyi. Ternyata Ibu host saya. Bu Santi Sherry yang menjadi Ibu tuan rumah di home stay nanti. Untuk observasi saya di sekolah katolik, St. Robert's Newtown.

Ternyataaaa… beliau bilang akan menjemput saya pukul 05.00 pm. nanti. Subhanallaaah.... Berarti saya tidak jadi berangkat sendiri kesana, berarti hanya pulangnya saja saya naik kereta dan trams sendiri. Allahu Akbar...

Alhamdulillah kini pengharapanku berlabuh.

Beliau bercerita, bahwa hari ini beliau kebetulan menjenguk putranya yang kuliah di University of Melbourne. Sehingga bisa menghampiri saya sekalian seusai makan siang bersama putranya. Alhamdulillah Yaa Allah, hilang satu kekhawatiran, hehe...

Lanjut cerita koper biru sang induk yang aku bawa dari Indonesia kuangkat dengan tangan kecilku penuh kekuatan besar. Karena tidak sampai, aku naik sofa ruang tamu, Bismillah. Aku berpikir aku sering menggendong Nehan anakku kuat kok, mengapa ngangkat koper ini tidak?

Angka menunjukkan 14,24 aman pikirku.

Kemudian beralih ke anaknya.

Si koper merah hasil buruanku di Australia hari Sabtu. Yang dari bodynya udah kelihatan kalau lebih besar. Bismillah, dengan segala kekuatan berkumpul, angka menunjukkan angka 14.99. Amaaaaan...

Lha tapi kalau ditimbang bareng jadi???

Anaknya lebih berat ternyata. Si biru kontennya tetap seperti awal berangkat. Si merah berisi oleh-oleh Australia. Kaos, gantungan kunci, hiasan dinding, dan yang paling banyak adalah cokelat.

Disini kita bisa memilih oleh-oleh sampai titik kebingungan. Buah segar bikin gemes, cokelat murah dan aseli. Tetapi masalahnya adalah harus aman pemeriksaan dan tidak kena declair ketika di bandara nanti. Yang penting tidak over bagasi, karena maksimal 30 kg untuk menuju Sidney.

Semoga nanti koperku lolos. Sehingga tas Australia Awards dan Seaqis bisa masuk kabin yang beratnya sekitar 7 kg. Akhirnya aku harus membeli gembok TSA lagi untuk si merah.

Bismillah semoga selamat dan lancar dari pemeriksaan hingga goal ke tanah air. Aamiin…

Hari terakhir di Quest Finlay Carlton,12032017.

Kutulis ketika menunggu jemputan Ibu Host 😊

Kuposting pagi ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menjadi saksi proses beranaknya koper tersebut...

05 Apr
Balas



search

New Post