Ainul Ilmi Utiyad Darojah

Ilmi adalah guru Matematika di MAN 2 Jember. Yaps... dia adalah guru yg suka sastra tapi terjebak di matematika. Tak heran, saat kuliah, dia satu-satunya mahasi...

Selengkapnya
Navigasi Web
AKI... OH AKI... (Bagian 2)

AKI... OH AKI... (Bagian 2)

Pulang WFO dia ke kontrakanku bersama teman sekantor. Mbak Sari. Karena kontrakanku mungil, dari dapur pun aku bisa ngobrol dengan mereka berdua yang berada di ruang tamu.

Kuajak mereka berdua makan siang bersama, dengan menu ala kadarnya.

"Besok aku sudah pulang mbak, jangan lupa motorku dirawat ya"

Dia berkata seolah aku yang memohon pinjaman motornya.

"Lho, mbak Aina pinjam motornya mbak Wati?", tanya mbak Sari bingung.

"Bukan, aku titip motor di rumah mbak Aina". Katanya menjelaskan.

"Titip motor? Di rumah sekecil ini? Emang cukup? Trus yang dititipin kok disuruh merawat? Sadis banget."

Pertanyaan mbak Sari panjang lebar. Mewakili pertanyaan yang ada di otakku. Aku tahu dia mengatakan rumahku kecil bukan untuk menghinaku. Tapi untuk penekanan pada mbak Wati yang semena-mena.

"Kok mbak Sari yang sewot sih, mbak Aina aja suka aku titipin."

Aku tak bisa berkata-kata. Sejujurnya dengan dia menitipkan motor, ruang gerak keluargaku makin sempit. Berjalan miring sudah jadi kebiasaan baru. Saking sempitnya rumah kami.

"Kemarin aku dari bengkel habis Rp 225.000,-"

Tiba-tiba dia melanjutkan obrolan yang sempat terjeda di tengah menikmati makan siang.

"Kok masih bayar? Bukannya masih garansi servis?" Kataku.

"Iya ganti aki", jawabnya singkat dan sinis.

"Bearti sudah lima tahun lebih ya akinya." Jawabku.

"Sudah hampir tujuh tahun. Tapi selama ini nggak ada masalah. Kupikir akinya dicuri mbak Aina."

Sontak aku bertatapan dengan mbak Sari. Tak kuduga, pernyataan itu keluar dari seseorang yang lemah gemulai. Yang nota bene menitipkan motor di rumah. Di mana sopan santun khas adat ketimuran Indonesia?

Tak ada sedikitpun aku memikirkan aki,apalagi mencurinya. Mungkin begitu juga yang dipikirkan mbak Sari. Tapi, ah. Kubiarkan saja dia dengan imajinasi liarnya. Meski sakit hati, dengan meladeninya membuatku sama gilanya.

Kulihat ekspresi wajahnya biasa saja. Tak ada rasa bersalah. Itu artinya dia memang menganggapku mencuri aki. Duh, berapa sih harga aki bekas. Dia yang tega, atau aku yang terlalu baper. Kok rasanya nyeri di dada ini.

Tak cukup itu saja, dia juga mengomentari tata letak kontrakanku yang berantakan. Iya kontrakanku tanpa sekat, ruang tamu, ruang tengah, dapur menjadi satu. Kecil mungil. Semua barang terlihat jelas, hingga tampak berantakan. Dia juga mengomentari masakanku. Kurang inilah, kenapa pakai bumbu itulah. Padahal kulihat dia lahap sekali. Piringnya saja licin tanpa sisa.

Pandemi bulan ke sepuluh, akhirnya aku bisa bernafas lega. Mbak Wati mengirim motornya pulang kampung. Anak-anakku bersorak gembira. Karena ruang gerak mereka kembali lagi. Ditengah kebahagiaan anak-anakku yang berlarian. Aku malah asyik enjoy rebahan. Kerja di rumah dengan rebahan. Apa pun kulakukan dengan rebahan kecuali memasak. Alhasil ototku jarang beraktifitas. Bahkan lemakku pun makin bertambah. Merasa ngeri dengan timbangan berat badanku, kugerakkan badanku mengikuti gerakan senam di youtube. Kuforsir dengan harapan lemak ditubuhku segera menghilang.

Tak kusangka, bukan lemak yang luntur. Melainkan dunia terasa berputar, dan isi perut yang mendesak untuk keluar. Dengan sempoyongan sampai ke kamar mandi. Isi perut langsung lolos dari mulutku. Kepala nyeri dan berputar-putar.

'Jangan stroke Ya Allah, saya masih muda', doaku kala itu.

'Jangan ambil nyawa saya dulu Ya Allah, anak-anak saya masih kecil', kulanjutkan doaku dengam bercucuran air mata.

Doa serius kala itu tapi terdengar konyol saat ini. Serasa mendikte Tuhan.

Aku benar-benar takut kena stroke. Tapi kulihat di cermin, bibirku tak miring. Seminggu merasakan nikmatnya dunia berputar dan memuntahkan apa pun yang masuk dalam perut. Kuberanikan diri periksa ke dokter. Ternyata aku bukan stroke tapi vertigo. Ternyata ototku yang terbiasa di zona rebahan, terlonjak kaget dengan gerakanku yang berlebihan. Belum lagi aku yang tak begitu suka minum. Fix, ototku kaku dengan sukses.

Apa hubungan antara vertigo, kebahagiaan dan motor titipan?

Masih bersambung... tunggu kelanjutannya ya...

Jember, 27 Maret 2021

Pojokan MAN 2 Jember

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap cerpennya. Semangat literasi

27 Mar
Balas

Semangaatt... !

27 Mar

Sudah like & follow

27 Mar
Balas

Terima kasih Bapak...

27 Mar

makan siang bersama.. hnng jiwa detektifku mulai bergelora :)btw bu ilmi bikin aku pengen nulis lagi deh..

27 Mar
Balas

Yuk Ah... langsung cuzz... aku masih merindukan Bara lhooo...

27 Mar



search

New Post