AINUN,S.Ag

Ainun, S.Ag adalah Putri dari alm Bpk. Ustadz Ahmad Ayub dan ibunda Kasimah binti H. Muhammad yang lahir pada tanggal 2 Mei 1971 di Desa Kuala Merbau. Kec...

Selengkapnya
Navigasi Web

Dipuji Jangan Tinggi Hati

Dipuji Jangan Tinggi Hati

Oleh. Ainun Ahmad

Assalamu’alaikum anak-anak, apa kabar semuanya? Semoga anak-anak ibu senantiasa dalam keadaan sehat walafiat. Aaamin ya Rabbal ‘alamin.

Anak-anak pernahkah kamu mendengar cerita tentang Bangau? Melalui tulisan ini ibu ingin bercerita tentang Bangau dan Katak, selamat membaca ya…

Di tepi Danau, di Tengah Hutan hiduplah seekor Bangau. Dia memiliki tubuh yang besar, kaki dan leher yang panjang, sayap yang lebar dan berwarna putih. Bangau juga memiliki kelebihan dapat terbang jauh melayang di udara.

Setiap hari, ketika perutnya terasa lapar Bangau dengan mudah mencari makanan dari dalam Danau itu. Dia menangkap ikan-ikan yang bermain di dalam Danau lalu menelannya. Bangau sangat bahagia walaupun ikan-ikan itu sangat membencinya. Dia sama sekali tak peduli dengan tangisan anak ikan yang kehilangan induknya, yang dia pikirkan adalah makan dan makan.

Ikan-ikan yang ada di dalam kolam sangat takut kepada Bangau. Mereka suli menghindari diri dari Bangau. Kaki dan lehernya yang panjang mempermudahkannya untuk mendapatkan mangsanya. Bila telah merasa kenyang Bangau terbang jauh menikmati hidupnya melayang di udara. Kemudia bila merasa lapar maka dia kembali ke Danau.

Disisi lain ikan-ikan yang ada di Danau itu merasa sangat tertekan. Mereka hidup dalam ketakutan yang mencekam. Keadaan demikian membuat induk ikan menjadi resah. Para induk ikan kemudian bermusyawarah mencari jalan keluar bagaimana cara menyelamatkan diri mereka dan anak-anak mereka dari santapan Bangau.

Dari musyawarah yang mereka laksanakan, maka mereka pun sepakat untuk bersembunyi di dasar Danau dan membuat tempat yang lebih dalam di sela-sela bebatuan yang ada di Danau itu. Mereka sepakat untuk tidak bermain di permukaan air Danau karena itu sangat berbahaya. Induk ikan menjaga anaknya agar tidak keluar dari tempat persembunyiannya.

Satu minggu sudah berlalu, ikan-ikan itu bersembunyi di dasar Danau. Semua yang ada di danau itu seperti katak dan kepiting merasa heran karena mereka tidak melihat ikan-ikan bermain di permukaan air danau.

Bangau yang menjadi penunggu danau itu terlihat murung. Badannya lemah karena tidak kuat lagi menahan rasa lapar. Matanya terus memandang ke danau itu. Dia mengawasi keadaan di sekitar danau itu, barangkali ada sesuatu yang dapat dimakannya.

Seekor anak ikan meminta izin kepada ibunya untuk bermain di permukaan danau, ibunya tidak sempat mencegahnya karena anak ikan itu sudah hilang dari pandangannya. Perlahan dan dengan penuh hati-hati anak ikan itu mucul di permukaan danau. Dilihatnya bangau yang menyebalkan itu sedang terbaring lemah di atas batu besar di sudut danau.

Kedatangan anak ikan dilihat oleh Bangau. Dia pun dengan cepat bergerak ingin menangkapnya, tetapi malang nasibnya kakinya yang lemah itu langsung tergelincir dari batu besar. Anak ikan yang menyadari hal itu tertawa terbahak-bahak mengejek Bangau sambil pergi ke tempat persembunyiannya dan menceritakan hal itu kepada teman-temannya lalu mengajak semua temannya melihat Bangau di sudut danau.

Segerombolan anak ikan datang menghampiri Bangau, Bangau kembali bangkit dan hendak menangkap ikan-ikan itu, Bangau yang kurus dan lemah itu kembali jatuh . Anak-anak ikan kembali mengejek bangau sambil bernyanyi : “Bangau o bangau kenapa engkau kurus? Bagaimana aku tak kurus ikan tak timbu-timbul.” Anak-anak ikan itu kembali tertawa terbahak-bahak. Induk ikan yang melihat hal itu memarahi anak-anaknya yang mentertawakan Bangau.***

Bangau yang dulu gemuk dan kuat kini sudah tidak berdaya lagi. Disaat dia bertarung menahan rasa lapar, seekor katak meloncat disampingnya. Timbul keinginan Bangau untuk memakan katak itu. kali ini dia lebih berhati-hati agar tidak bernasib malang lagi. Dia berpura-pura tidak melihat katak itu. dibiarkannya katak itu melompat semakin dekat. Begitu katak itu tepat berada di hadapannya Bangaupun langsung menangkapnya. Kali ini dia berhasil, katak itu sudah berada di dalam mulutnya.

Bukan main riang dan gembiranya hati Bangau mendapat makanan baru. Dia kembali bersemangat menikmati hidupnya. Katak yang berada di dalam mulutnya meronta ingin melepaskan diri. Bangau menutup mulutnya rapat-rapat dan siap untuk menelan katak itu. tiba-tiba katak memanggilnya;

Katak : “Kak Bangau, kenape engkau ingin memakanku?”

Bangau : “Aku sudah sangat lapar, sudah lebih satu minggu tidak makan,”

Katak : “Bangau, Jangan kau makan aku, dagingku tidak enak.”

Bangau : “Aah peduli amat ! Aku sudah sangat lapar.”

Katak : “Baiklah, jika memang engkau ingin memakan tubuhku, silakan, tetapi dengarkan dulu aku bernyanyi.”

Bangau : “Apa maksudmu Katak? Engkau sudah tidak waras ya? sudah mau mati, tapi masih mau bernyanyi.”

Katak : “Bangau, jika engkau ingin menikmati enaknya dagingku, maka engkau harus mengizinkan aku bernyanyi, jika tidak dagingku menjadi tidak enak untuk dimakan.”

Bangau : “Baiklah Katak, sekarang bernyanyilah dengan cepat, aku sudah tidak sabar ingin mengakhiri laparku.”

Katak : “Sabar Kak Bangau, jangan terburu-buru. Sekarang dengarlah lagu yang kunyanyikan.”

Katak pun mulai bernyanyi : Kak Bangau, kak Bangu, lehernya paaanjang sekali. Bangau tertawa dengan mulut tertutup rapat (mm mm mm mm). Katak meneruskan lagunya: Kak Bangau, Kak Bangau bulunya puuuutih sekali. Bangau tertawa dengan mulutnya sedikit terbuka. (hi hi hi hi). dengan penuh semangat katak bernyanyi lagi : Kak bangau, kak Bangau Terbangnya Tiiinggiii sekaliiii. Bangau pun tertawa dengan mulutnya terbuka lebar (ha ha ha ha). Katak yang berada di dalam mulut Bangau langsung melompat ke luar. Selamatlah Katak dari santapan Bangau.

Bangau yang menyadari dirinya telah dipermainkan Katak merasa sangat menyesal. Dia menyesali dirinya yang begitu bangga karena dipuji oleh Katak, sehingga dia terlupa bahwa dirinya sedang dipermainkan. Bangau malang itu tinggal sendiri dalam kelaparan.

Anak-anak begitulah cerita Bangau dan Katak, semoga menjadi pelajaran bagi kita janganlah merasa tinggi hati saat dipuj oleh siapapun. Sesungguhnya hanya Allah yang berhak untuk di puji. Sampai jumpa lagi ya…

***

Tg. Batu, 22 Juni 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cernak yang menitipkan pesan kalau setiap orang punya kelebihan dan kekurangan ya bun

23 Jun
Balas

Iya Bun. Makasih kunjungannya.

03 Jul

Pujian adalah pengingat ya Bu. Sebuah nilai agar hidup itu balance.Terima kasih, Bu.

23 Jun
Balas

Iya Bun, Terim Kasih kunjungannya. Salam sehat selalu.

23 Jun



search

New Post