Malam pergantian tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya masih sama. Tidak pernah merayakan dan dirayakan. Seperti biasa tetap tinggal di rumah. Setelah sholat Isya dzikir & sholawat, paling banter nonton televisi sebentar, melihat kemeriahan pesta bertabur bintang artis ternama, pijar kembang api dan tidur sebelum jam 00 dihitung mundur bersama-sama.

Tidak ada bakar petasan, kembang api, bakar jagung dan sejenisnya.

Itu berulang tiap tahun.

Walaupun kawasan Bogor - Cianjur paling dekat dengan kawasan Puncak, yang selalu padat dengan pengunjung setiap pergantian tahun, tapi belum pernah sekalipun saya merayakannya di kawasan Puncak. Pada akhir pekan kami menghindarinya. Kecuali tentunya pulang dan pergi mengajar setiap hari kerja. karena SMA tempatku mengajar tepat di kawasan wisata terpadat di Jawa barat, yakni di SMAN 1 Cisarua Kabupaten Bogor. tidak jauh dari Taman safari Indonesia yang terkenal se-antero tanah air.

Tahun ini saya dengan suami berencana menghadiri pengajian di sebuah mesjid yang kalau saya lihat spanduknya sungguh mengundang daya tarik dengan menghadirkan Ustadz ternama.

Saya punya resolusi tahun 2019 menjadi lebih baik dalam hal ibadah.

Ternyata manusia hanya merencanakan Allah lah yang menentukan. Tiba- tiba ada info di grup WhatsApp keluarga adik bungsuku masuk rumah sakit, kondisinya sangat buruk. Dengan bekal izin dari suami saya meluncur dari Bogor menuju Cianjur sendirian tanpa ditemani keluarga, karena hari itu bertepatan dngan rencana mengantarkan kepindahan putri saya yang diterima bekerja di salah satu instansi di Tanggerang . Jadilah saya berangkat sendirian.

Dengan kecepatan penuh saya memacu Honda Jazz yang selalu setia menemaniku, untuk menghindari kemacetan kawasan Puncak menghadapi malam Tahun Baru.

Walaupun saya tiba di Gadog masih pagi kira-kira pukul 5.30 ternyata kawasan tersebut sudah dipadati mobil-mobil minibus berplat B. Bahkan kepadatan sudah terlihat sejak pintu exit tol Bogor.

Sebetulnya ada alternatif lain dari Bogor ke Cianjur lewat Sukabumi. tapi jalannya kurang terawat dan melewati kawasan hutan yang jauh dari perkampungan. Sementara kalau lewat Cisarua Puncak udara sejuk, segar, nyaman. Sepanjang jalan berjejer Hotel, Cotage, Villa mewah serta restoran, cafe, dan toko oleh-oleh yang buka non-stop 24 jam.

Kukendarai mobilku dalam situasi padat merayap. Entah kalau tiba di Gadog sudah siang, mungkin ceritanya jadi lain.

Setibanya di RS Sayang Cianjur, ternyata memang penyakit adikku sudah kronis, dan harus segera dilakukan tindakan operasi.

Jadilah malam itu menjadi malam tahun baru pertama dalam hidupku merayakannya di rumah sakit. Bukan dengan perasaan suka cita dan hura- hura tapi dengan hati galau dan risau.

Semalaman hanya do'a yang kupanjatkan kehadapan Yang Maha Pencipta. Memohon kesembuhan, kelancaran operasi dan kekuatan untuk diri dan keluarga menghadapi cobaan ini.

Suasana malam tahun baru di Rumah sakit sungguh mencekam. Tiada suara nyanyian apalagi dentuman petasan. Semua penghuni Rumah sakit hanyut dalam dzikir dan do'a untuk kesembuhan. Sementara semua pasien sedang bergelut dengan penyakitnya.

Ternyata malam tahun baru kali ini, memberi hikmah yang sangat mendalam, begitu mahalnya sehat itu....

Hikmah yang kedua bisa lebih mendekatkan diri kepada Sang Khalik...

Sampai saat tulisan ini di upload adikku masih terbaring sakit mamun sudah ada perubahan yang menggembirakan.

Semoga Allah SWT mengangkat penyakitnya dan menyembuhkanannya. Aamiin YRA

Selalu ada hikmah dibalik musibah.