Menanti (Puisi)
Masuklah, aku telah menunggumu dari janji yang pernah dipesankan
Pesta kusiapkan bersama kerakap di dinding batu dan debu air mata yang mendarah
Telah kuhafalkan senandung pengiring desah gairah untuk perayaan kita
Lupakah engkau dengan aromaku?
Kenapa kau hanya termangu di ujung pintu?
Ini aku, kasih yang ada dalam jadwal layananmu
Di ubun-ubun hasrat ini memuncak
Takkah merangsang aroma kapur barus, pandan, melati dan mawar yang telah kusiapkan?
Hei, mengapa kau berlalu?
Tak inginkah kau menikmati geliat erotisku?
Bukankah itu keranda milikku?
Maaf, ucapmu dingin tanpa mengerjap, dari balik lubang tadir
Aku salah mengirim tanda cinta
Bukan namamu yang kutuju
Bahkan baumu pun belum kudapat
Agh, membawaku ke puncak cinta pun kau jadikan gurauan
Pergilah! Aku tetap akan bersiap menanti hadirmu
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Penantian...
Sip...
Puisi ini tentang sebuah kerja penantian. Tentang hal seseorang yang menanti penjemputnya yg akan membawa ke pencipta terkasihnya. Itu kenapa saya lebih memilih kata kerja "menanti" sebagai judul