Aisyah Hany Auliya

Aisyah, seorang yang senang membaca. Membaca apa saja yang memberi manfaat. Manfaat yang bisa beranak pinak....

Selengkapnya
Navigasi Web
Rasyid dan Anjing Dalmas
📷 KlikBontang

Rasyid dan Anjing Dalmas

"Bu, baca deh, Bu! Keren anjingnya, Bu!" teriak Rasyid sambil menghampiriku ke dapur.

"Apa sih, Mas?" jawabku menimpali suara sholihku yang begitu bersemangat. Sepertinya dia mendapatkan berita yang menarik. Dia selalu begitu. Tidak pernah bisa bersabar berbagi informasi bila menemukan sesuatu yang menurutnya asik untuk dibahas. "Ibu lagi repot nih. Coba mas yang baca sampai beres, baru ceritain ke ibu," lanjutku di antara bisingnya suara blender yang sedang menunaikan tugasnya.

"Ini lho, Bu, masa biaya makan anjing dalmas seharinya 300 ribu. Wuih, mewah bener ya, Bu."

"Sudah dibaca sampai beres?" Tanyaku.

"Sudah," jawab sholihku.

"Apa kelebihan anjing dalmas tersebut, Mas?" Tanyaku sambil menuangkan adonan puding yang baru diblender ke panci.

"Anjingnya mampu mengendalikan massa yang sedang demo bila terjadi kerusuhan. Kekuatan seekor anjing setara dengan 1 pleton. Keren anjingnya ya, Bu." Urai Rasyid dengan nada kekaguman.

"Tentu anjingnya terlatih ya, Mas?" Tanyaku. "Gak mungkin kan kalau anjing biasa punya keahlian seperti itu," ulasku selanjutnya.

"Iya bu. Latihannya lumayan lama. Mereka harus berlatih serius selama 3 bulan sebelum diturunkan ke tkp"

"Saatnya nih," batinku. Aku paling suka memasukkan pembelajaran kepada anak-anak di saat adanya ketertarikan pada suatu topik. Karena menurutku, anak akan mampu merespon positif setiap masukkan ketika ketertarikan tersebut sedang menguasai pikirannya.

"Mas, sini deh dengerin ibu. Siapa yang ditunjuk Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi?"

"Kita lah, Bu. Manusia."

"Berarti sesungguhnya, manusia adalah makhluk yang paling mulia dong, Mas?"

"Ya, ho oh," jawab Rasyid.

"Lha terus, kalau anjing saja bisa dihargai sedemikian rupa, maka manusia mestinya gemana dong, Mas?" Tanyaku memancing reaksi sholihku.

"Ya... mestinya... harus lebih berharga dari anjing... tersebut..., Bu," jawab Rasyid dengan nada ragu-ragu.

"Kok ragu-ragu gitu sih, Mas, ngejawabnya?" Tanyaku sambil tersenyum. Aku tahu, pasti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, ketika menjawab tanya.

"Bu, kita saja sekeluarga makan sehari gak ngabisin 300 ribu kan? Apa berarti kita tidak lebih berharga dari anjing tersebut ya, Bu?"

"Lha menurut, Mas, piye?" Tanyaku lebih lanjut sambil menahan tawa yang nyaris keluar. Rasyid pasti tidak terima, kalau kenyataannya biaya makan anjing yang jadi topik pembicaraan, lebih mahal dibandingkan biaya makan kami sekeluarga. Aku duga ada penolakan di hatinya.

Sholihku diam tidak menjawab tanya. "Gini lho, Mas, seperti yang Mas ceritain ke ibu tadi, anjing dalmas tersebut mendapat pelayanan yang sedemikian rupa, kan karena memiliki keahlian tertentu yang diperoleh melalui latihan yang serius. Dia menjadi berarti karena keahliannya tersebut. Tidak semua anjing kan yang mendapat perlakuan istimewa seperti itu?"

"Nah, manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, juga akan dihargai bila memiliki keahlian dan pengetahuan. Kita dianugerahi Allah otak yang bisa digunakan untuk berfikir dan nurani untuk mengontrol fikiran kita. 'Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat' (Q.S. Al-Mujadalah: 11)"

"Dalam suatu hadits, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: Barang siapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu masjid di antara masjid-masjid Allah, mereka membaca kitabullah serta saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan rahmat serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat." (H.R.Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)

"Ini artinya, Mas, manusia akan mulia sebagai khalifah bila memiliki ilmu. Kita harus menuntut ilmu tersebut dengan bersungguh-sungguh. Proses menuntut ilmu itu memang tidak mudah, Mas. Kita harus memperjuangkannya. Ilmulah yang akan membedakan kita untuk layak dihargai atau tidak. 'Katakanlah, apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak tahu' (Az Zumar : 9)"

"Ilmu itu sendiri bisa kita peroleh melalui sekolah formal maupun dengan mentadaburi apapun yang kita temui di alam ini. Sesungguhnya apapun yang terjadi dan diciptakan Allah, tiada yang tak berhikmah. Contohnya sekarang, Mas menemukan bacaan tentang berharganya seekor anjing. Dari kenyataan ini, kita dapatkan pelajaran bahwa, bila kita ingin berharga sebagai khalifah, maka kita harus memiliki ilmu. Anjing saja sebagai makhluk yang rendah dari manusia bisa berharga karena memiliki keahlian. Maka manusia sebagai makhluk yang paling mulia, tentu akan lebih sangat berharga dan dimuliakan bila memiliki ilmu."

"Kalau sebagai manusia tidak mau menuntut ilmu dan tidak mau mentadaburi apapun yang ada di alam ini, tentu sangatlah merugi manusia tersebut, dan tidaklah dia akan menjadi lebih berharga dari anjing yang kita ceritakan tadi."

Kulihat Rasyid tercenung mendengar uraianku yang panjang lebar barusan. "Mas, kok malah bengong sih? Ngerti atau malah bingung dengan omongan ibu barusan?" Tanyaku.

"Ngerti, Bu. Iya, Bu, alangkah ruginya kita bila tidak mau menuntut ilmu ya, Bu. Karena semua itu tiada lain untuk meningkatkan derajat kemuliaan kita," ujar Rasyid menimpali pertanyaanku.

"Bener, Mas. Jadi Mas jangan malas dan merasa terbebani kalau lagi belajar, karena itu merupakan ikhtiar untuk meningkatkan kemuliaan Mas sendiri. Tapi, Mas, ilmu yang harus Mas kuasai adalah ilmu yang bermanfaat dan semakin mendekatkan kita kepada keyakinan akan iman kepada Allah"

"Iya, Bu," ujar sholihku sambil mencuri mencium pipiku, dan kembali meninggalkanku di dapur sendirian.

Teruslah berjuang para mujahid-mujahid mudaku. Sempurnakanlah ikhtiar untuk mencapai kemuliaanmu. Pada kalian kupertaruhkan masa depan. Tumbuh dan jadilah kalian khalifah yang mulia. Semoga Allah peluk kalian dengan segala keberkahan-Nya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren buk cerpennya... mantul

01 Feb
Balas

Masih belajar kok, Bu.

01 Feb

Rasyidnya udah besar sekarang, ya, Bu.

01 Feb
Balas

Iya... Sudah kelas 6. Katanya ingin masuk pesantren.

01 Feb

Maa syaa Allah, semoga keinginannya tercapai, Bu.

01 Feb

InsyaAllah

01 Feb



search

New Post