Ai Tin Sumartini

Ai Tin Sumartini, M.Pd, lahir di Cikajang Garut Jawa Barat. Pengabdian sebagai guru PPKn sejak tahun 1994. Pendidikan terakhir S2 Program Studi PKn di SPs UPI B...

Selengkapnya
Navigasi Web

Arus Balik yang Tak Baik

#tantanganGurusiana

#harike129

Arus Balik yang Tak Baik

Ketika menjelang hari raya Idul Fitri banyak perantau memaksakan diri untuk mudik, sekalipun di masa pandemi ini adanya larangan untuk mudik. Beragam cara dilakukan supaya bisa berkumpul dengan keluarga besar, handai tolan di kampung halaman. Terutama para perantau di ibukota atau kota-kota besar lainnya. Apalagi dengan kondisi di perantauan yang sudah tak jelas nasibnya. Pekerjaan sudah tidak ada, kontrakan atau temoat tinggal sudah tak sanggup membayarnya, bantuan sosial pun tak tentu mendapat bagian atau tidak dengan alazan berbagai syarat yang tidak terpenuhi. Akhirnya mencari cara agar bisa kembali ke kampung halaman.

Awalnya larangan mudik sangat gencar, dengan pemeriksaan demi pemeriksaan dilakukan, bagi yang mudik diputarbalik suoaya kembali ke perantauan. Tetapi detik-detik menjelang lebaran, terjadi pelonggaran. Walau aturan tetap dilarang mudik, namun alatntransportasi umum mulai dapat beroperasi kembali. Maka dengan adanya fasilitas kendaraan arus mudik pun terus terjadi, sekalipun ada beberapa kendaraan umum yang tetap mematuhi protokol kesehatan, dengan pengaturan jaga jarak berpenumpang 50% dari kuota biasanya, serta para penumpang diwajibkan menggunakan masker.

Begitu Idul Fitri tiba sebagian masyarakat di daerah, tak mengindahkan protokol kesehatan, dengan tetap melakukan aktivitas biasanya dalam merayakan lebaran bersama keluarga besarnya. Namun juga sebagian besar lainnya tetap mematuhinya demi menjaga kesehatan diri dan keluarganya. Walau banyak dirasakan lebaran yang jauh berbeda dengan lebaran tahun-tahun sebelumnya. Sholat Idul fitri dilaksanakan di rumah bersama keluarga seisi rumahnya, yang selama ini belum pernah dilakukan. Tetapi masih banyak juga daerah yang tetap melaksanakan sholat Idul Fitri di mesjid atau lapangan, menjaga jarak antarjamaah dan menghindari kontak fisik dengan tak bersalaman. Selanjutnya juga tak ada saling kunjung, apalagi open house, memang sepertinya sombong tak mau bersallaman. Tetapi semua saking memaklumi dan menyadari, sebagai bentuk saling menjaga kesehatan masing-masing.

Pasca Idul Fitri, sebagian masyarakat yang mudik dan ingin kembali ke ibukota atau kota-kota besar lainnya, tentu menaruh harapan besar. Ingin kembali merantau, mengadu nasib di kota jarena di kampung halaman juga tak ada pekerjaan maupun penghasilan. Walaupun sudah diwanti-wanti bagi para pemudik dilarang juga balik ke ibukota. Pos-pos chek point ditempatkan di setiap jalan masuk antarkota, pemeriksaan dilakukan. Bagi yang tidak memiliki Surat Izin Keluar Masuk kota, tak bisa melanjutkan perjalanannya. Disuruh balik lagi, di persimpangan jalan tol diperintahkan untuk putar balik ke daerah asal. Peringatan dari awal sudah dilakukan, jangan buang-buang waktu dan energi untuk balik lagi ke ibukota, karena pemeriksaan akan sangat ketat. Daripada berakibat tidak baik dengan melakukan arus balik, lebih baik juga menunda perjalanan. Dan tetap bersikap sabar berdiam diri di rumah, di kampung halaman. Karena waktu mudik pun memaksakan diri untuk mudik. Jika sudah di kampung halaman, maka tidak diperkenankan kembali ke kota dalam kondisi masa pandemi ini, apalagi ibukota, yang sedang gencar-gencarnya melakukan upaya pencegahan penularan Covid 19 dengan menetapkan peraturan yang sangat ketat terhadap keluar masuknya orang-orang.

Perlu adanya kesadaran, pemahaman dan kerjasama dari semua pihak dalam memerangi Covid 19 ini. Terutama masyarakat luas, harus dapat menahan diri dan menghindari kerumunan, tidak memaksakan diri berbelanja berlebihan apalagi belanja yang tidak perlu. Mari berempati kepada para tenaga kesehatan, yang sejak awal masa pandemi banyak yang belum pulang berkumpul dengan anggota keluarganya. Apalagi merayakan Idul Fitri dengan beragam hidangan dan pakaian khas lebaran, yang mereka pakai hanya hazmat dan alat pelindung diri yang kadang-kadang justru dapat menyiksa diri. Tapi apa daya, demi menjaga komitmen terhadap sumpah jabatan, dan panggilan jiwa sisi kemanusiaan untuk membantu menyembuhkan orang-orang yang terinfeksi virus corona.

Kobar, 27052020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Huruf p nya jadi o ya Bu? Keren tulisannya.

27 May
Balas



search

New Post