#tantanganGurusiana

#harike131

Menyerah?

Memasuki tulisan hari ke-131, semangat menulis mulai kendor. Sejak siang hari sampai malam menjelang tak ada ide apa yang akan ditulis. Terbersit dalam fikiranku, sudahlah menyerah saja! Bingung dengan apa yang akan ditulis. Ya, sudah....kibarkan bendera putih di web.gurusiana. Komitmen semangat menulis dari hari pertama hingga kemarin, selalu berusaha dan dipaksakan menulis apa saja.

Kategori tulisan sudah beragam, tak terpaku pada satu jenis kategori saja. Walaupun sebagian besar berupa kolom atau pengalaman pribadi, baik yang berkaitan dengan tugas profesi sebagai guru maupun berkaitan dengan kehidupan keluarga dan rumah tangga. Sekali-kali belajar menulis cerpen, namun kurasa cerita yang disajikan terasa gersang, monoton, kurang greget, konflik tak menarik. Ya...kusadari daya khayal dan imajinasiku masih rendah, tulisan berjenis sastra kelemahanku, rasa tak percaya diri. 

Kucoba juga tulisan berjenis pantun, saat para gurusianer ditantang menulis pantun. Belajar dari penulis lain apa dan bagaimana pantun itu. Maka beberapa hari tulisan pun berupa pantun, dengan tema mengenai issue yang sedang menghangat kala itu, mengenai webinar yang mulai menjamur sebagai bentuk seminar daring. Pengalaman pertama mengikuti  webinar sebagai peserta yang diselenggarakan tim Mediaguru, cukup memberikan pembelajaran apa dan bagaimana teknik webinar itu. Sehingga ketika diminta menjadi narasumber sebuah webinar, tidak gelagapan karena pernah mengikutinya.

Tulisan lainnya berupa opini, sebagian besar opini mengenai beberapa peristiwa yang tengah terjadi saat ini, dengan kondisi pandemi Covid 19. Baik yang berkaitan dengan peran guru dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh, maupun pemikiran pribadi mengenai kebijakan yang berkaitan dengan penanganan pencegahan penularan Covid 19. 

Best practice mengenai pengalaman pembelajaran terbaik juga ada beberapa tulisan yang diposting di gurusiana ini, bahkan best practice yang ditulis jauh sebelum tantangan gurusiana lebih dari dua ribu pembaca. Memang tulisan itu, merupakan naskah lomba inovasi pembelajaran yang berhasil meraih juara 1, hingga mendapat  reward shortcourse ke Negera Belanda. Sayangnya, hanya tulisan itulah satu-satunya, yang meraih pembaca tertinggi. Untuk tulisan lainnya, rata-rata berada di kisaran 10-20 pembaca saja, bahkan ada juga yang hanya 4 tanda mata. Tapi tak menyurutkan tekad untuk tetap menulis, ada atau tidak ada pembaca berusaha untuk komitmen. Anggap saja sebagai tabungan tulisan, yang suatu saat bisa dilihat lagi jika sudah terkumpul. 

Semoga, ini bukan tulisan terakhir dan tidak menyerah untuk terus berkarya, apapun kondisinya. Berharap Allah SWT selalu memberi petunjuk, dan  jalan terang fikiran agar selalu ada ide yang bisa kutuliskan. Kadang berhenti sejenak saja, dapat menurunkan semangat, terlena dengan zona nyaman, penyakit malas bisa menyerang, hingga tak produktif lagi. Bangkit lagi....semangat berkarya...

Kobar, 29052020