Ai titin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

MUARA KASIHKU

September 2001:

Mengikuti pelatihan, bertemu dengan banyak orang dan banyak karakter, tapi hati tetap merasa kecil dan tersisih karena status di masyarakat masih menunjukan kesendirian. Walau disibukan dengan pekerjaan tapi ketika pulang ke rumah, mengunjungi hajatan keluarga dan mendengar curhat teman-teman tentang keluarga dan anak-anaknya ada perih menyayat sampai ke relung hati paling dalam.

Di sini, di tempat pelatihan ini aku lebih dekat dengan seseorang yang sebenarnya sudah kenal, tapi tak berharap banyak, sudah diniatkan untuk ikhlas walaupun tetap berusaha sempurna dan semuanya dijalani tanpa beban, buat apa berharap apalagi sama manusia, hanya membuat luka dan nestapa

Awal Januari 2002:

Begitu jengah dengan pertanyaan orang-orang di sekeliling tentang pernikahan, kapan menikah?, sudah punya calon atau belum? Hingga pertanyaan sudah punya anak belum? Tapi aku tetap tegar walau kadang sudut air mata itu basah juga di sepertiga malam. Manusia hanya berencana, Alloh lah yang memiliki catatan tentang nasib, jodoh dan kematian seseorang

7 April 2002:

Semuanya dalam rencana besar, hari yang dinanti itu tinggal sepekan, mempersiapkan resepsi dalam satu minggu adalah rekor tercepat untuk sebuah keluarga besar. Tanggal 14 April 2002 menjadi kenangan terindah dan aku semakin yakin kalau Alloh telah menciptakan manusia berikut dengan jodohnya, seperti halnya siang dengan malam, bulan dengan bintang, laki-laki dengan perempuan.

27 November 2003

Menanti kelahiran sang bayi setelah mengarungi 10 bulan pernikahan adalah saat yang luar biasa, pengalaman berharga yang tiada tara, seorang perempuan cantik menghiasi hari-hari indah keluarga kecil kami. Tapi hari-hari berlalu begitu saja tanpa canda tawa, tanpa panggilan “ayah dan ibu” atau celoteh lucu lainnya.

Kami membawa putri kecilku ke sana kemari, bahkan seorang perawat di medikal terapi sebuah Rumah Sakit Umum Daerah pernah bilang “Bu, dia juga ga kan bisa jalan…karena model kakinya seperti telapak ayam”. Duh…. Perih rasanya tapi aku terus melakukan medical terapi itu di rumah. Aku berusaha meyakinkan diri jika Alloh itu akan menghargai usaha kita untuk merubah nasib.

Dan di usianya yang ke- 3 tahun akhirnya memberikan sunggingan senyum. Dia bisa jalan, kemajuan yang luar biasa walau mulut mungilnya masih terdiam tak ada sapa dan canda, hanya tawa yang sesekali terlontar. Alat ucap dan dengarnya : Normal, begitu hasil Ear Centre yang memberiku harapan dan terus berharap, suatu saat nanti dia akan memanggilku: “ibuuuuu”

27 Nopember 2016

Usianya kini sudah 13 tahun, anak seusianya sudah mulai belajar motor, minta dibelikan tablet atau belanja ke Mall bareng teman-temannya. Walau aku selalu mendapat pujian dari dokter yang kebetulan melihat kondisinya bahwa aku adalah contoh ibu yang intrauma dengan keadaan ini, biasanya ibu yang lain jika memiliki anak berkebutuhan khusus tidak mau memberikannya adik tapi anakku punya 3 adik yang sangat lincah dan menyayanginya. Adenya yang kedua, perempuan, sudah kelas 5 SD, yang ketiga di kelas 1 SD dan si bungsu masuk TK. Ketiga anakku ini pintar-pintar dan sering mengajari kakaknya untuk berbicara, mengucap abjad “A” berulang-ulang yang diresponnya cuma dengan senyuman.

Adiknya sudah minta dibelikan handphone, baju, tas dan sepatu baru. Ini hari kelahirannya tapi dia tak minta apa-apa? Dia hanya tersenyum ketika aku membelai rambutnya, dia tertawa ketika adik-adiknya memberinya makanan yang diselingi dengan elusan ditangannya. Dia akan marah dan memukul kepalanya sendiri jika keinginannya tidak dimengerti oleh semua orang, apa yang bisa dilakukan seorang ibu selain memeluknya dan berbisik:”Teteh mau apa sayang?...ibu gak ngerti..Maafkan ibu Nak”

Dia akan terlihat bahagia ketika aku memeluknya, matanya melirikku, tangannya meraba tanganku lalu disimpannya di kepalanya, akupun membelai rambutnya. Ada butiran mutiara bening di sudut mataku, dadaku begitu sesak.

Jika seperti anak yang lain, dia sudah berdandan cantik dan mencoba tutorial hijab dari internet seperti adiknya, dia sudah memilih baju-bajuku yang kekecilan untuk dipakai ngaji tapi dia cuma punya senyuman. Aku Cuma pasrah dan berdo’a, biarlah waktu yang menjawab semua asa dan harapan kami. Alloh memiliki rencana terindah dengan semua kejadian yang menimpa kita. Jika masih diberi kesempatan, biarkan senyuman itu tetap menghias bibirnya, senyuman teramat manis dari Muara Kasihku.***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post