Menulis sebagai Olahraga Dinamis dan Berpikir Kritis
Menjaga kebugaran tubuh dengan rajin berolahraga sangat penting dilakukan untuk menjaga stamina agar badan kita tetap sehat dan kuat. Bagi kebanyakan orang, berolahraga di saat pandemi sekarang ini memiliki peran penting dalam membangun kesehatan warga atau masyarakat dan juga ketahanan suatu bangsa menjadi sehat dan kuat. Banyak warga melakukan kegiatan olahraga, baik di dalam maupun luar ruangan dengan intensitas dan durasi yang bermacam-macam dengan menyesuaikan kondisi fisik dan psikis seseorang seperti olahraga ringan, sedang dan berat. Tujuannya hanya satu yaitu menjaga stamina badan atau kebugaran tubuh kita agar tetap sehat dan kuat dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Sejak pandemi korona melanda negeri, aktifitas atau kegiatan seseorang banyak dilakukan di rumah saja. Namun ada hal yang disayangkan, bukannya aktifitas bermanfaat seperti olahraga atau melakukan kegiatan manfaat lainnya, tapi lebih banyak diam di rumah sambil menonton televisi, tidur-tiduran atau bermalas-malasan, makan yang tidak teratur, bermain atau menggunakan handphone yang terlalu lama serta melakukan kegiatan lainnya yang kurang baik dan bermanfaat. Tidakkah mereka bisa beraktifitas manfaat seperti banyak membaca dan menulis? Tentu saja, hasilnya akan pasti berbeda.
Bagaimana dengan kegiatan menulis? Apakah menulis juga bagian dari aktifitas olahraga? Sebagai seorang guru atau pendidik, berolahraga tentu saja memiliki manfaat yang berbeda dibandingkan dengan profesi olahragawan lainnya. Bagi Saya, menulis adalah bentuk olahraga yang mengolah rasa dan pikiran seseorang. Aktifitas menulis justru lebih besar dalam menggerakkan sel-sel otak untuk berpikir, lebih banyak membakar kalori dalam tubuh seseorang dibandingkan dengan olahraga lainnya seperti berlari, bersepeda atau olahraga lainnya. Dalam kegiatan menulis, ada dua hal penting yang bisa menjadi catatan saya sebagai penulis terkait menulis sebagai bentuk olah rasa dan pikiran.
Pertama, menulis sebagai olahraga yang dinamis. Menulis yang dinamis sebagai terapi kesehatan. Menulis bisa menghilangkan stres dan kegelisahan. Menulis dapat dilakukan kapan saja tergantung waktu yang nyaman dan tepat untuk mengerjakannya. Bagi Saya, menulis bisa dilakukan pagi, siang atau malam hari. Tidak bergantung waktu, namun menulis bersifat fleksibel sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada saat ini. Untuk menyelesaikan satu tulisan satu halaman penuh misalnya, Saya biasanya mencicil sedikit demi sedikit, mulai dari judul yang menarik, isi tulisan hingga kesimpulan akhir atau penutup. Bila ada keterbatasan waktu atau kesibukan di sekolah atau rumah, Saya biasa membagi waktu menulis dengan cara menulis judul ditambah outline terlebih dahulu di malam harinya, keesokan harinya menulis isi tulisan di pagi dan siang hari. Sore harinya biasanya mengedit naskah kembali bila ada hal-hal yang perlu diperbaikli, ditambahkan atau dikurangi. Jika ada ide yang cukup dengan kondisi badan yang sehat akan memungkinkan dalam sehari bisa langsung menulis dan diselesaikan saat itu juga. Intinya, jika badan sehat dan bugar, ide mudah terpancar, maka menulis pun bisa lancar.
Kedua, menulis itu membentuk pola pikir yang kritis. Kemampuan seseorang bisa dilihat dari cara berbicaranya. Ada kalanya, kemampuan itu bisa dilihat dari cara dia menulis lewat tulisannya. Kemampuan menulis tidak kalah hebatnya dengan berbicara. Pada dasarnya menulis itu adalah membaca dan berbicara. Kita bisa membaca nyaring atau senyap dan berbicara dalam hati. Dua-duanya saling beriringan satu sama lain. Kesimpulannya, menulis adalah seni membaca dan berbicara dalam hati. Oleh karena itu, seseorang bisa memiliki pola pikir yang kritis dengan kemampuan menulisnya yang baik. Dia mampu mengungkapkan atau menuliskannya kembali setelah melihat atau merasakan sesuatu dan keadaan apa yang sedang terjadi di sekelilingnya. Intinya, banyak tulisan seseorang yang menjadi senjata ampuh untuk merubah pola pikir seseorang dan keadaan di sekelilingnya. Masih ragu untuk menulis? Ayo, berolahraga sambil menulis! Jangan menunda!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ulasan yang keren Pak. Salam literasi
Terima kasih atas perhatiannya. Salam literasi juga
Terima kasih atas perhatiannya. Salam literasi juga
Terima kasih atas perhatiannya. Salam literasi juga
Keren tulisannya pak
Terima kasih atas perhatiannya
Terima kasih atas perhatiannya
Terima kasih atas perhatiannya
Ayo menulis untuk obat jiwa ya pak
Menulis sebagai terapi kesehatan Bu
Menulis sebagai terapi kesehatan Bu
Menulis sebagai terapi kesehatan Bu
Mas Aji Jatmiko saya menambahkan kata teman saya menulis menjadikan orang banyak berfikir sehingga tidak cepat pikun. Bagus artikelnya. salam kenal salam literasi
Betul sekali pak. Bikin awet muda juga. Salam literasi
Betul sekali pak. Bikin awet muda juga. Salam literasi
Betul sekali pak. Bikin awet muda juga. Salam literasi