Ternyata saya baru sadar, hobi saya bukan membaca atau menulis, tapi membawa buku. Masak ada hobi kayak gitu? Makanya karena tidak pernah didengar telinga, terasa aneh. Aneh tidak saja untuk yang lain, bahkan untuk saya sendiri.

Kalau aneh ya ngapain dijadikan hobi? Memang kalau aneh, tak boleh dijadikan hobi? Ada yang ngelarang? Nggak kan?

Selama hobi itu, tidak melanggar norma. Saya yakin fine-fine saja dilakukan. Persoalan jarang atau bahkan tak ada yang melakukannya. Itu bukan masalah besar. Yang penting kita happy saat melakukannya. Sebab demikianlah gunanya hobi. Menjadi katarsis bagi kehidupan kita.

Hobi, apapun wujudnya, adalah rutinitas yang membuat kita bisa melepaskan diri dari ketegangan (stress). Sehingga hobi, baik yang berbiaya besar maupun kecil, nilainya tetaplah sama. Tak ada bedanya. Seperti juga, apakah hobi itu _ekstrim_ atau dapat dilakukan dengan santai belaka. Yang penting tidak mengancam eksistensi makhluk lain atau merusak stabilitas rumah tangga orang lain (baca: pelakor).

Karena itu, menjatuhkan pilihan pada hobi membawa buku, saya rasa tak salah dan merugikan bagi umat manusia. Dan yang pasti, suatu saat atau sekali-kali, buku yang dibawa akan dibaca. Meskipun itu dilakukan gegara suntuk, galau, dan hal-hal lain yang memungkinkan untuk memaksa saya agar mau membaca.

Di samping itu juga, bahwa orang suka membawa buku, jelas nampak smart, well-educated. Ndak mungkin tho, ngalor-ngidul bawa, kalau nggak cerdas? Ih, riya' dong namanya. Bukan, sekali lagi bukan. Itu hanyalah efek samping, yang wajib diterima. 😁