Ada pendapat yang mengatakan, memberi judul pada bacaan tidak perlu panjang-panjang dan terlampau jelas memberikan petunjuk tentang isi tulisan. Intinya harus ada "misteri-misterinya". Melihat pendapat tadi, tentu judul tulisan ini, akan dianggap keliru. Sebab sudah terang benderang menyelisihi pendapat tadi.

Tapi saya tak mau ambil pusing. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan yang mendasari. Pertama, ini kan tulisan-tulisan saya sendiri. Masak nggak boleh memberi judul kayak gitu. Katanya tiap penulis punya hak berekspresi, asal tidak merugikan orang lain dan melanggar hukum. Kedua, karena saya cinta Gurusiana. Orang cinta itu kan tindakannya seringkali berlebihan atau sulit dimengerti. Makanya judul panjang ini dibuat, untuk membuktikan rasa cinta itu. Ketiga, ya biar kelihatan asyik. Coba lihat pilihan kata (diksi) yang ada di situ. Indah bukan? Kalau makanan, bisa dianggap renyah, kriuk. Keempat, biar yang mengikuti pendapat di atas, bisa protes. Dimanapun tempat, orang protes itu ya sama dengan orang marah. Namun marah yang dilandasi pengetahuan berbeda dengan marahnya orang yang tak berpengetahuan. Pasti mereka akan mengeluarkan dalil-dalil dan jurus-jurus maut untuk mematahkan pendirian saya ini.

Bagaimana? Sepakat tidak dengan dalih-dalih saya itu? Kalau tidak, ya tak masalah lah. Dan saya rasa tak masalah pula, jika isi tulisan ini tidak ada hubungannya dengan judulnya? Oh masalah ya? Saya dianggap ngeprank gitu? Masak setega itu? Nggaklah. Tak ada maksud saya untuk berbuat itu. Saya menulis ini sekedar untuk membuktikan bahwa saya sudah lama tak ke Gurusiana. Karena sudah lamanya, jadi bingung mau menulis apa. Ya sudahlah menulis seperti ini. Please ya, jangan sampai berpikir tulisan ini berbelit-belit. Ingat, yang berbelit-belit itu cuma satu, yaitu penulisnya. 😁

Bojonegoro, 1 Februari 2020