(Monolog bahasa hawa)

Laksana berada dalam kosmis raja diraja. Memperhati, membagi ucap berhati, membalik-bolak hentak kehalusan dalam semangat istana makna. Serasa bak menjunjung ketinggian impian membangun diri di tengah pancaroba ragam etnik persepsi marwah.

Aku seakan di tengah bidadari yang sedang melantunkan syair kerinduan atas hiruk pikuk sejarah.

Aku ditenggelamkan nilai-nilai, melabuh rasa diri, yang berpangkal di kaki bukit kehidupan dengan ujung kebenaran hakiki, Tuhan.

Aku melayang bak setitik awan dihembus kelenturan Jiwa-Jiwa feminis perempuan kasih. Aku terjebak mengikuti pusaran cinta tak berakhiran masa.

Di lingkaran hawa, lelaki tak pernah bisa menjadi perkasa!

Kartini-Kartini terbentuk dalam aurora khazanah. Arena diskusi-diskusi untuk mengukur keunggulan marwah.

Kartini berkebaya, Kartini you can see, Kartini berjilbab, Kartini yang terseok-seok nadi filosofi peradaban, ujungnya adalah ketinggian hati. Sosok yang akan melahirkan konsep-konsep kehangatan etika. Di tengah ambruknya makna-makna.

Kartini terlahir kembali, bukan sebab waktu yang memaksa, tetapi bathin sejarah yang akan meminta.

Kertonegoro, 21 April 2021

Salam,

Akhmad Fauzi 

Foto arsip pribadi