Akhmad Fauzi

Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Mer...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ronde Malam 1  (Cerbung)
puncak cinta adalah kenyamanan

Ronde Malam 1 (Cerbung)

Sajadah baru saja dilipat. Mata nanar usai menikmati dua per tiga malam tak mampu hilangkan ayunya. Menggeliat dengan daster sepertiga tubuh, menjadi hiasan rutin nan indah di pojok dapur sederhana. 

Si mbok, sibuk dengan persiapan sarapan pagi. 

"Aku tidur dulu, Mbok", lemah suaranya, bersamaan melintas pinggul indah dihadapan wajah renta ibu tua hampir satu abad. 

Ia lirik gendhuk satu-satunya. "Mbok ngopi dulu, ditemani Aku sebentar saja...". Merdu suara Mbok, menampakkan jelas rasa welas asih, untuk anak semata wayang. 

"Iya, sedelo wae ya, Mbok...". Terasa tak bernyawa.

Yang diajak bicara malah keluar dapur, menenteng piring-piring kotor kotor sisa semalam. Masuk lagi, mendekati Wiwik, yang terlentang di dipan usang. Sepertinya sengaja menyentuhkan tagannya pada paha gendhuk yang sebagian tidak terjamah kain daster. 

"Kamu lelah ya Wid...?", tanya wanita renta itu, sambil memijit. 

"Ngga Mbok, cuma agak bosan", jawab wiwik memiringkan tubuh menghadap si Mbok. 

Tangan wanita tua itu semakin keras memijat paha Wiwik. Sesekali terdengar jeritan geli. 

"Ya kalo sudah bosan mbok ikut Lasmi ke Saudi", sambil memijat. 

"Kasihan Wanto, Mbok...", bisiknya, masih terlihat ngantuk yang dahsyat. 

"Ya kan ada aku, Wik" 

"Iya butuh aku Mbok", bisik Wiwik lagi semakin tak bergairah. 

"Ia sudah dewasa Wik". 

"Aku juga ngga tega, Mbok", sergah Wiwik, membalikkan tubuh ke arah berlawanan. 

Si Mbok membetulkan kain yang tersingkap di sekitaran bagian bawah Wiwik, sambil terus memijat. 

"Tumben sih Mbok, ngajak aku bicara pagi ini", desah Wiwik, menelungkepkan kepala ke dasar bantal. 

Si Mbok, diam saja, trus memijat. 

"Mbok...".

"Hemm". 

"Kok diam...?". 

"Terus mau apa, Wik...". 

"Pertanyaannya belum dijawab, Mbok". 

"Iya, Mbok kangen ngobrol dengan kamu", lirih si Mbok, menghentikan pijatan. 

Kembali, Wiwik membalikkan tubuh lagi. Si Mbok juga membiarkan daster putrinya tersingkap ngga karuan. 

"Bohong lah, kalau karena kangen...", seru Wiwik, rada bergairah. 

Si Mbok turun dari dipan, mematikan kompor. 

"Aku semakin tua Wik..", timpal si Mbok duduk di kursi, berseberangan, menatap Wiwik tajam. 

"Aku juga ngga tega meninggalkanmu, Mbok...". 

Sejenak senyap tidak ada yang bersuara. Wiwik ganti menatap si Mbok dengan tajam. Si Mbok menatap jauh di balik pintu belakang. 

"Doakan aku ya Mbok untuk tidak bosan dengan pekerjaan ini. Aku senang kok Mbok...", ucap Wiwik kembali membuka pembicaraan. 

"Terus, gimana kelanjutannya dengan kang Sapar, Wik...", tanya si Mbok. 

Perempuan yang ditanya terlihat sedikit terkejut. Cepat-cepat ia balikkan tubuhnya membelakangi si Mbok. 

"Entah Mbok, aku juga males mikir...", gumam Wiwik, dari balik bantal. 

Tubuh wanita 30an itu sudah separuh yang terlihat. Daster transparannya tidak lagi benar menutup sebagian tubuhnya. 

Bekas-bekas kemolekan seorang Wiwik, bunga kampung, masih nampak jelas. Padahal, tidak ada perawatan khusus yang ia lakukan. Jangankan ke salon, merawat kuku pun sering ia tinggalkan. Kemolekannya, masih belum ada yang menandingi dalam kurun waktu satu dasa warsa ini. Setidaknya untuk sedesa.

"Wik, mbok kalau ada kaji Dullah yang biasa saja...". 

Tiba-tiba suara itu terasa dekat di telinga Wiwik. Membuat Wiwik tersontak gak karuan. Ia buang bantal yang menutup kepala. Ia tatap si Mbok yang sudah sedepa dengannya. 

Tapi, Wiwik tidak mampu berucap apapun. Degup dadanya, tidak diimbangi dengan lemahnya tubuh. Apalagi, mata terlihat tak sanggup untuk terbuka dengan sempurna. 

Padahal, dari dengus nafas janda molek ini, seharusnya, ia terbelalak... 

(bersambung...) 

 

Kertonegoro, 7 Januari 2018 

Salam, 

Akhmad Fauzi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

ceritanya menarik dan lugas. lanjutkan

07 Jan
Balas

Mksh hadirnya nggih leck Murman....

09 Jan

Ceritanya cakep Mas, saya ikuti sambil belajar. Ternyata kisah katesan memginspirasi.

01 Feb
Balas



search

New Post