Akhmad Fauzi

Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Mer...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sulitnya Menata Kata

Sulitnya Menata Kata

Pada sebuah rapat wali murid,

"Bapak Ibu wali murid yang berbahagia. Syukurlah, pada hari ini kita bisa bertemu dengan keadaan yang berbahagia. Sebentar lagi, Bapak Ibu akan menerima hasil laporan belajar putra putrinya selama semester gasal kemarin".

Begitu, Kepala Sekolah mengawali pertemuan wali murid dalam rangka penerimaan raport untuk semester ganjil.

"Perlu Bapak Ibu ketahui, sekolah kita mulai tahun 2017, untuk kelas 7 dan 8 seluruhnya sudah menerapkan kurikulum 13", lanjut beliau, Kepala Sekolah dengan nuansa bangga.

"Konsekwensi dari K13 ini, salah satunya adalah perubahan mendasar pada sistem penilaian. Termasuk pada sistem penilaian yang ada pada report nanti. Panjang jika saya harus menguraikan sedetilnya. Cukuplah kita maklum jika dalam penilaian K13 nanti banyak aspek yang harus dinilai dan dilaporkan".

Seluruh mata wali murid, seakan terfokus benar pada setiap kata yang diucapkan KS.

"Salah satu konsekwensinya, bentuk report tidak lagi seperti biasa. Tidak lagi dalam bentuk buku report tetapi dalam bentuk lembara per lembar", jabar Kepala sekolah tetap dengan gairah.

Wali murid, semakin fokus mendengar.

"Oleh sebab itu, begitu Bapak Ibu mendapat lembar-lembar raport, mohon berkenan untuk menyimpannya pada sebuah map. Seperti ini contohnya".

Kepala Sekolah memperlihatkan sebuah map yang di dalamnya berisi kantong-kantong plastik transparan.

"Bapak Ibu bisa membeli di sembarang toko, dan nanti biar sekolahan yang akan melabeli map tersebut dengan berbagai identitas sekolah. Agar...".

Belum sempat meneruskan, seorang wali murid dengan lagunya, bertanya. "Apa tidak sebaiknya sekolahan saja yang mengkoordinir pembeliannya...?".

Suara setuju langsung berhamburan keluar dari beberapa bibir wali murid. Kepala Sekolah menoleh ke kiri ke kanan.

"Ehhh, terima kasih kepercayaan Bapak Ibu atas hal tersebut. Tetapi, lebih baik sekolahan tidak perlu mengkoordinir pemberian map ini", tegas kepala tetapi tetap dengan nuansa hati hati.

"Kami faham, mengapa sekolah tidak berkenan. Tetapi, ini kan hal yang sepele, hanya hitungannya soal map...".

Usul wali murid lain lagi. KS dan beberapa guru pun nampak juga kebingunnya.

"Ehhh, sebaiknya, kami tidak perlu mengkoordinir ya. Dan syukurlah, Bapak Ibu faham tentang hal itu...", jelas KS lagi.

...

Begitulah sulitnya menata kata, di negeri ini. Hanya "soal map" saja, harus sebegitu "halus" kata yang harus diucapkan!

Saya tidak tahu, lantas sehalus apa kata-kata yang terucap tatkala E-KTP dibicarakan! Baik dibicarakan di majelis-majelis terhormat. Maupun di bawah-bawah meja.

Termasuk, kata halus apa, sampai ada upaya beberapa nama yang "ingin" dihilangkan!

Setidaknya, kehalusan kata, membawa pengaruh atas sebuah titik pembicaraan. Meski kadang titik pembicaraan itu akan bermuara ke bui dan neraka!

Salam pendidikan, Indonesia 2018

Kertonegoro, 4 Januari 2018

Salam,

Akhmad Fauzi

Ilustrasi gambar : poskota news (hanya sebatas ilustrasi)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sangat setuju .Salam Literasi.

05 Jan
Balas

Salam literasi...

05 Jan



search

New Post