Alaina.S

Lahir di Aceh Tengah, 10 Maret 1986 Mulai Menulis buku single, antologi cerpen dan puisi tahun 2018. Salam literasi ......

Selengkapnya
Navigasi Web

Lambaian Tangan Mungil

Pagi itu gerimis turun seperti tancapan jarum-jarum kecil tapi cukup membasah kuyubkan bumi. Aku melaju seperti biasa berangkat menunaikan kewajiban mencerdaskan anak bangsa. Cukup jauh, kira-kira menempuh perjalanan 1 jam dengan kecepatan 90 km/jam untuk tiba disekolah tempat aku bertugas.

Jalan yang lurus cukup membosankan hanya warna putih kabut embun pagi sejauh mata memandang. Sesekali bertemu dengan jalan sedikit menikung.

Ilalang yang ranum menutupi tepi jalan, aku melihat ada lambaian tangan mungil dari sebaliknya. Tangan yang sudah lihai melambai pada setiap mobil yang lewat penuh harap.Seketika itu juga mobil yang aku tumpangi sudah berhenti.

" numpang ya om.." suara dua anak kecil kakak beradik yang segera dipersilahkan naik. Keduanya duduk terdiam dan saling pandang. Sang kakak memangku adiknya. Wajah yang ayu dan lugu cukup membuat hati iba.

" udah kelas berapa nak?"

" saya kelas 5 om, adik saya kelas 1"

"Orang tuanya kerja apa?"

" Bapak saya buruh tani sawit, ibu saya IRT"

" dapat ranking berapa di sekolah?"

"saya ranking 3 om, adik saya belum dapat ranking" sambil memandang wajah adiknya yang tersenyum polos.

" cita-citanya mau jadi apa?"

" mau jadi guru om"

" kenapa mau jadi guru"

" biar bisa ngajarin orang jadi pintar" jawabnya sederhana.

Dan banyak lagi pertanyaan lainnya yang terlontar. Sampai pada persimpangan jalan anak itu berkata

" om, pinggir om, kami udah sampai".

Tak terasa sudah 15 menit berlalu larut dalam percakapan. Cukup jauh menurut ku bagi anak sekecil itu menumpang setiap hari berangkat dan pulang sekolah. Bermodalkan keberanian melambaikan tangan mengharap kebaikan orang untuk memberi tumpangan. Dan hal itu tidak mudah bagiku, butuh semangat dan berlatih untuk berani.

Keduanya berlari kecil penuh semangat ditengah hari yang masih gerimis. Telapak Sepatunya menjadi tebal beradu dengan tanah merah yang basah. Sang kakak menggandeng tangan kecil adiknya erat, melewati gang kecil menuju sekolahnya. Keduanya terpisah saat menuju kelas.

Tak terasa air mata ku pecah seperti gerimis pagi itu membayangkan wajah polos kedua anak itu. Belajar yang rajin nak, semoga sukses meraih cita-cita mu. Semoga Tuhan selalu melindungi mu dan dipertemukan demgan orang yang baik yang senantiasa memberi tumpangan dengan ikhlas.

Pagi itu bukan yang pertama sekali aku melihat wajah itu setiap melambaikan tangannya. Setiap itu juga hati ku menjadi pilu bila terlewatkan tak memberi tumpangan. Tapi baru kali ini aku sempat bertemu dan bukan selama ini tidak mau memberi tumpangan. Karna aku juga menumpang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post