Alaina.S

Lahir di Aceh Tengah, 10 Maret 1986 Mulai Menulis buku single, antologi cerpen dan puisi tahun 2018. Salam literasi ......

Selengkapnya
Navigasi Web
PERJUANGAN  untuk PUKUL TUJUH

PERJUANGAN untuk PUKUL TUJUH

PERJUANGAN untuk PUKUL TUJUH

Terrrrrrrrttt…….trrrrrrrrrrtttt

Getaran alaram membangunkanku. Sengaja disilent agar tidak mengganggu tidur si kecil. Berat sekali mata ini rasanya. Aku meraih sumber suara itu. Perlahan kucoba membuka mata dan pandangan ini langsung tertuju pada arah jarum jam. “ ya Allah sudah pukul 05.30?” gumamku. Begitu pulasnya tidur ini sehingga alaram yang sudah bergetar sejak jam 04.30 terabaikan.

Dengan sigap tangan ini menyibakkan selimut. Aku bergegas menuju dapur. Didalam fikiranku tidak ada yang lain terlintas selain dari masak apa. Ah, dasar emak-emak, mulaidari bangun tidur hingga mau tidur lagi selalu teringat masak dan masak apa lagi ya besok pagi.

Panik dan buru – buru bercampur aduk ketika bangun kesiangan sperti ini pasti terjadi. Menyiapkan sarapan dan keperluan si putra tunggal yang juga akan berangkat ke sekolah. Untungya semua sudah disiapkan sejak malam sebelum tidur. Jika tidak, ada drama mondar – mandir mencari pakaian, kaos kaki yang terkadang pisah dari pasangannya. Mencuci dan mengisi botol minumnya. Menyiapkan makanan si bayi juga tugas pokok, lengkap sudah kerempongan emak.

Ada lagi hal yang tidak kalah penting, justru ini yang menjadi factor penentu selesai atau tidaknya tugas emak dipagi hari. Bila suara di dapur terlalu riuh tang ting tung, maka terdengarlah suara tangisan bayi yang mencari perhatian emak. Ingin digendong dan menyusu. Kalau sudah seperti ini kacaulah semua aktivitasku diwaktu pagi. Jika sudah begini maka alternatif terakhir yang harus segera diputuskan adalah menu telor ceplok mendarat dikuwali.

Waktu terus berlalu begitu cepat. Semakin mendekati pukul tujuh perasaan semakin berdebar. Toleransi tinggal beberapa menit lagi. Komporpun harus segera dimatikan meski isi didalam wajan entah masih setengah matang. Pasang wajah cuek dengan bayi yang sedang mengulurkan tangan ingin digendong. Emak terus melerai tangan bayi yang masih merangkak sambil menarik – narik rok emak ketika sedang memakai jilbab. Pasang wajah tegar walau hati kecil sebenarnya iba mendengar rengekan dan tangisannya.

Motor segera gasss pool sambil melambai kearah bayi yang masih menangis tersedu karena tidak ingin ditinggal emak. Jalanan terasa milik sendiri. Macet sedikit bunyi tlakson terus terpencet berkali-kali seolah orang lain tidak sedang buru-buru juga. Mulut terus berkomat-kamit jika ada orang yang lelet menghalangi jalan. Apakah itu ngucap kalimat tauhid atau sumpah serapah hanya emaklah yang tau.

Begitu motor terparkir di halaman sekolah aku turun dari motor dengan helm masih tercantol dikepala dan berjalan tergesa- gesa. Tepat jam 06.59: 59 jempol ini menempel pada pinger print, munculah ceklis berwarna hijau dan terdengar ucapan terima kasih. Ketika itulah hati terasa lega. 1 detik sangat berarti. Betapa tidak, andai terlambat 1 detik saja sementara itulah yang menentukan hari ini dianggap hadir atau tidak ke sekolah.

Selanjutnya tepat pukul 07:00 bel masuk berbunyi, aku berdiri di depan pintu kelas dan berubah menjadi Cik Gu. Cerita di rumah tertinggal, terlupa seiring melihat dan berinteraksi di kelas dengan siswa. Pasang wajah senyum dan sapa. Seolah perut sudah kenyang dan tidak pernah terjadi apa-apa walau sebenarnya tadi di rumah belum sempat sarapan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post