Alaina.S

Lahir di Aceh Tengah, 10 Maret 1986 Mulai Menulis buku single, antologi cerpen dan puisi tahun 2018. Salam literasi ......

Selengkapnya
Navigasi Web

"Sepatu Berkumis"

Semua buku catatan pada kulit bagian dalamnya ku buat gambar. Gambarnya mungil tapi cukup menarik perhatian teman- teman di kelas. Mereka selalu memuji setiap goresan gambar yang ku buat. Seringkali ketika masuk pelajaran IPA guru menyuruh kami untuk membuat gambar sesuai materinya. Itu adalah bagian paling menarik bagi ku dalam belajar. Setiap kali itu juga teman- teman sering meminta ku untuk membuatkan gambar pada buku mereka. Kebayang kan jika yang minta buatin sampe beberapa orang? Ngantri deh mereka. Tapi aku tidak mengeluh, justru aku merasa senang karena menggambar memang hobi ku.

Gambar sepatu mungil yang ku buat dikulit buku ki berwarna coklat dan sangat detail. Tapi bagi teman- teman ku gambar itu tidaklah bermakna dan tidak akan tahu maknanya yang tersirat di dalamnya. Hanya aku sendiri yang mengerti. Itu adalah gambar sepatu yang dipakai teman sekelas ku.

Setiap kali ku pandang setiap itu juga angan- angan ku ingin memilikinya. Kapan aku bisa membeli dan memakainya? Mungkin alangkah bahagia dan bangganya jika aku bisa memakai sepatu seperti itu. Bergaya, modis, mahal,seakan orang akan selalu melirik dan penampilan jadi menarik, penuh rasa percaya diri. Demikian kata yang selalu terbersit dalam hati ku. Namun hingga akhirnya aku menamatkan sekolah impian tersebut tidak pernah terwujudkan.

Aku tau orang tua ku tidak akan sanggup membelinya. Akupun tidak pernah memintanya, meskipun tiba saatnya harus mengganti sepatu karena sudah tidak layak pakai lagi. Aku pasti dibelikan sepatu yang murmer oleh kakak ku. Biasa hanya kakak yang bisa menemani belanja.

Aku hanya mengangguk ketika ditunjukkan sepatu yang akan dibeli, meskipun sebernarnya bathin ku menolak. Karena aku tau persis kesulitan ekonomi orang tua. Jangan tanya kualitas, biasanya sepatu yang murah meriah tidak ada rasa nyaman dikaki. Hanya simbol agar tidak nyeker itulah makna sepatu bagi ku.

Ketika itu kami sedang belajar olah raga. Sembari menunggu giliran bermain memukul bola, kami duduk dibawah pohon besar di halaman sekolah. " "ha...ha..ha. Lihat sepatunya berkumis". Untuk kesekian kalinya seorang teman laki-laki menertawakan sepatu ku berkumis. Aku hanya tersenyum tersipu malu dihadapan teman-teman. Aku tidak tau harus berbuat apa agar teman-teman tidak lagi menertawakan. Padahal aku sudah berusaha untuk memotong kumisnya. Tapi masih saja bersisa. Mungkin itulah kemampuan anak kelas 3 SD memegang gunting tidak bisa merapikan sehingga kumis sepatu tetap kelihatan. Betapa tidak, sepatu yang murah meriah dalam waktu sekejap ada saja yang robek membuat benang-benangnya berjuntai laksana kumis.

Tidak ada rasa mengeluh kepada orang tua dan kakak, bahkan mereka tidak pernah menyadari apapun yang terjadi padaku. Karna kami harus benar- benar mandiri.

Aku tetap memakainya hingga benar-benar usang. Hanya menyisakan rasa malu dan minder yang selalu akrab menemani hari-hari ku ketika masih duduk dibangku SD.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post