Alaina.S

Lahir pada tgl 10 Maret 1986, di Aceh Tengah. Saat ini berdomisili di Perawang, Riau. Bertugas di SMAN 5 TUALANG. Ingin jadi penulis beneran Hp/WA 081...

Selengkapnya
Navigasi Web
Salah Guru atau Sistem Pendidikan?

Salah Guru atau Sistem Pendidikan?

Secuil dikatakan kurang tepat. Dikatakan segunung juga bukan gunung. Mungkin lebih cocok disebut sekumparan kabut tebal menyelimuti kota kecil kami pagi ini. Bahkan bisa jadi seantero jagad alam raya yang namanya Riau. Bukan hal asing lagi hampir tiap tahun bila kemarau tiba langganan kabut asap akibat kebakaran hutan terjadi dan terus terulang. Jangan tanya kenapa karena saya bukan pakar dalam hal tersebut, yang pasti hutan atau lahan terbakar baik itu milik pribadi maupun PT. Baik itu disengaja ataupun tidak hanya mereka dan Tuhanlah yang tau.

Tapi ada hal yang lebih menarik dibalik semua itu. Tiba - tiba muncul pemberitahuan di grup WA sekolah dari Wakakur. " Sesuai intruksi dari bapak kepala sekolah bahwa hari ini siswa dipulangkan lebih awal sehubung semakin tebalnya kabut asap".

Tepat setelah info tersebut muncul komen dibawahnya. Sebaiknya bel pulang dibunyikan setelah siswa selesai bel istirahat karena kasihan ibu kantin. Segera pula bermunculan emoticon - emoticon jempol berupa gambar, animasi ataupun foto jempol sendiri. Entah itu simbol senang dengan siswa dipulangkan lebih awal atau tanda setuju dengan komen kasihan ibu kantin. Agak rancu tapi biarlah masing - masing tau dengan kode jempolnya.

Bel petanda istirahat selesai berbunyi, kemudian seorang guru piket memberi pengumuman " seluruh siswa agar masuk kedalam kelas dan mengambil tasnya silahkan pulang". Burrrrr... Suara gemuruh langkah kaki siswa berlarian dari arah luar pagar menuju lingkungan sekolah kegirangan. Seperti ayam lapar berlarian mengejar merebutkan makanan. Anadai hari - hari engkau nak begitu cepat masuk kelas untuk belajar pasti tidak payah guru piket menyeru berkoar koar dan menghalau mu dari kantin, pelataran parkir, bahkan dari luar pagar sekolah untuk masuk ke kelas.

Suara riuh sorak - sorai juga tak kalah hebohnya bergemuruh disegenap penjuru sekolah " horeeeee... Pulaaaaaaang" . Senyum dan tawa bahagia berpancaran diwajah mereka tak dapat menyembunyikan isi hatinya. Andai setiap hari nak engkau begitu menyambut dan menerima pelajaran pasti semangat kami bertambah membara juga untuk memberikan ilmu sebagai masa depan mu.

Kami tahu nak engkau juga lelah setiap hari bergelut dengan belajar dan terus belajar. Tuntutan kurikulum harus full day. Masuk jam 7 pagi teng dan pulang ketika hari menjelang senja. Tidak masalah sebenarnya jikapun harus demikian. Tapi dengan peraturan yang ada kami dituntut untuk mengajarkan minimal 40 jam per guru berarti harus juga terjejal jadwal belajar yang ekstra padat untukmu.

Bel pagi tepat jam 7 teng tidak ada kompromi. Mau atau tidak, suka atau tidak tapi bel sudah tersetting otomatis akan berbunyi. Meski guru sudah siap harus berada di depan kelas toh siswa masih banyak berjalan santai diluar pagar maupun dalam perjalanan.

Setelah mengikuti pelajaran selama 4 jam yaitu 4 x 45 menit barulah terdengar kembali bel istirahat selama 15 menit. Antrian di kantin berjibun semua pasti ingin menjejal perut yang katanya dari pagi ada yang belum sempat sarapan. Bila ditanya kenapa tidak sarapan pasti dengan 1001 alasan yang logika maupun tidak. Ada yang menganggap dikatakan sarapan harus menikmati sepinggan nasi. Semangkuk bakso, sebungkus sate atau sepiring nasi goreng. Aneh tapi nyata mungkin karena terbiasa. Katakan saja yang namanya sarapan sebenarnya dengan segelas teh atau susu dan sepotong roti juga sudah cukup. Merekapun tertawa.

15 menit istirahat rasanya terlalu singkat. Tiba - tiba bel masuk sudah berbunyi kembali. Ada yang baru menikmati separuh mangkuk santapannya. Bahkan sepotong gorengan masih dilahap sambil berjalan menuju kelas. Begitupun yang sudah berada di kelas masih memencet plastik siomai dikulum kemulut. Sisa saos sambel kecap dan minyak bekas makan gorengan baru sempat mereka seka dari mulut ketika sudah duduk dibangku. Apa boleh dikata, mereka juga manusia butuh energi untuk bertempur dengan pelajaran selanjutnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 bel kembali berbunyi menandakan waktunya istirahat ke 2. Siswa akan kembali masuk kelas pada jam 13.00. dalam waktu 30 menit mereka harus bisa melakukan tiga hal yaitu " isoma". Meski yang mereka alami hanya mampu melakukan " soma" tanpa " i ", atau hanya dapat " ma " tanpa " iso". Ah banyak sekali istilahnya. Bagaimana tidak, untuk bisa melakukan shalat saja ratusan siswa harus antri wudhu sampai 20 menit. Maklum sekolah tidak punya fasilitas lengkap. Andai mushola sebesar masjid dan keran berwudhu 1 buah untuk setiap siswa mungkin waktu tempuh akan lebih singkat dan shalat berjamaah cukup 1x siklus.

Sebenarnya nak, cik gu juga tidak kalah hebat repotnya untuk menikmati semua itu. Berawal dari berburu ceklok harus jam 7 teng maksimal. Ada segudang cerita dibalik itu.

Mak - mak rempong dipagi hari sibuk dengan urusan rumah. Waktu terus berjalan, komporpun harus segera dimatikan meski isi didalam wajan entah masih setengah matang. Pasang wajah cuek dengan bayi yang sedang mengulurkan tangan ingin digendong. Emak terus melerai tangan bayi yang masih merangkak sambil menarik - narik rok mak ketika sedang memakai jilbab. Pasang wajah tegar walau hati kecil sebenarnya iba mendengar rengekannya.

Motor segera gass pool sambil melambai kearah bayinya yang masih menangis tersedu karena tidak ingin ditinggal mak. Jalanan terasa milik sendiri. Macet sedikit bunyi tlakson terus terpencet berkali - kali seolah orang lain tidak sedang buru - buru juga. Mulut terus berkomat kamit jika ada orang yang lelet menghalangi jalan. Apakah itu ngucap atau sumpah serapah hanya mak lah yang tau. Begitu motor terparkir dihalaman sekolah jalan terburu - buru hingga jempol benar - benar menempel dan muncul ceklis hijau serta ucapan terima kasih terdengar. Hati baru merasa lega dan helm terbuka.

Mak pun bergegas menuju kelas hingga berdiri di depan pintu berubah menjadi cik gu. Pasang wajah senyum sapa, seolah perut sudah kenyang. Padahal tadi belum sempat juga sarapan. Cerita dirumah tertinggal dan terlupa seiring melihat dan berinteraksi di kelas dengan siswa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post