Ali Harsojo

Saya adalah pribadi yang sangat sederhana dilahirkan di kota kecil Sumenep, Madura. Suka berkolaborasi dan bersinergi. Selalu ingin mencari tahu setiap ilmu yan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menderita Saat Lebaran

Menderita Saat Lebaran

Menderita Saat Lebaran

Mungkin ini tulisan sederhana dan berbeda. Bagi sebagian orang, lebaran waktunya bersuka cita, riang gembira dan berbahagia. Terutama, saat bersama keluarga, silaturahmi dengan sanak kerabat atau melakukan open house layaknya para pejabat.

Kebahagiaan akan terkembang dimulai sebelum lebaran tiba. Misalnya, saat puasa sudah menjelang akhir. Sebagian keluarga akan sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk hari lebaran. Ya, dimulai dari persiapan kue lebaran, makanan, membersihkan rumah, ngecat, bangun rumah, beli mobil atau motor baru hingga seragam couple keluarga atau sarimbit atau semua anggota keluarga mengenakan kostum yang sama. Asyik, dan membahagiakan. Sekaligus membanggakan.

Namun berbeda dengan kondisi Almadi (bukan nama sebenarnya). Meski hiruk pikuk akhir Ramadan dengan suara bising knalpot di jalanan, ia bertahan dengan keadaannya. Walaupun semua orang membeli atau memiliki baju baru atau seragam di hari lebaran, ia tetap saja tak terpengaruh. Apalagi, banyak orang yang bergembira dengan hari lebaran dan bercengkrama, silaturahmi ke mertua dan berkunjung ke rumah orang tua atau dikunjungi saudara, maka Almadi tidak demikian. Ia biasa saja. Bahkan, rasanya ia tidak menjalani lebaran dengan berarti. Semua tampak seperti hari biasa, tak istimewa.

Namun, ia juga menghormati dan menghargai pemberian orang lain. Namanya lebaran, orang-orang pasti iba melihat keadaannya. Ada yang memberi kue, uang, sandal, sarung, baju, songkok dan air mineral. Mereka ingin Almadi bisa berlebaran, seperti warga lainnya. Ia menerima semua pemberian dengan sukacita. Maklum, ia memang tidak pernah membeli seragam atau baju lebaran. Apalagi harus sama dengan keluarganya, tidak pernah. Ia menyadari bahwa hal itu sulit diwujudkan. Ia hanya bisa bersabar. Ia terus bertabah dengan keadaannya.

Hal yang lebih memilukan, ia tak bisa membuang muka. Ketika sang kekasih (lamunannya) bersama orang lain. Padahal ia sangat mencintainya. Ia terbakar api cemburu. Saat lebaran, sang tersayang berbahagia dengan orang selain dirinya. Bahkan, dengan konstum nyentrik yang kekotaan.

"Tentu mereka berpakaian mahal, karena seragam, seirama dan dalam produk yang sama" katanya dalam hati.

Ia semakin terduduk diam, ketika mengetahui, pakaian yang ia kenakan sama dengannya. Sungguh memilukan. Bayangannya jauh ke angkasa. Tatapannya kosong. Perutnya tak terasa lapar. Ia hanya bisa duduk dan berkata: "Seandainya...". Ia mulai semakin gila dengan berandai-andai. Tak dihiraukan lagi tentang makanan lebaran yang disajikan. Banyak orange mengatakannya gila. Namun, ia mengerti apa yang dikatakan orang. Tapi, orang lain tidak memahami perasaannya. Mereka tidak menghargai perasaannya.

Almadi bersabar sepanjang waktu. Hingga akhirnya waktunya tiba. Ia harus tertidur karena menahan kantuk dan cemburu.

Meski gubuk sederhana dan tinggal di pedesaan, ia bangga dengan tanah kelahirannya. Ia juga bangga dengan dirinya. Sebab, ia mampu menghargai orang lain, meski orang lain mengabaikannya. Ia hormat kepada dirinya. Sebab, ia konsisten dan berkomitmen mencintainya, meski perasaannya dicabiknya. Ia juga sabar tingkat dewa, meski perasaanya selalu terkorbankan, dan tidak malu. Ia juga tegar meski tidak punya apapun.

"Apakah orang miskin tidak boleh lebaran?" Atau orang yang rindunya diabaikan, lebaran harus digadaikan? Atau orang yang tulus itu, lebaran diakal bulus?

Dia berdialog dengan dirinya dan Tuhan.

Hingga artikel ini ditulis, tokoh Almadi ternyata tidak ada. Namun, pesan-pesan moral, etika, karakter dan amanatnya tetap bisa dirasakan. bonne chance à toi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post