Ali Harsojo

Saya adalah pribadi yang sangat sederhana dilahirkan di kota kecil Sumenep, Madura. Suka berkolaborasi dan bersinergi. Selalu ingin mencari tahu setiap ilmu yan...

Selengkapnya
Navigasi Web

Refleksi Diri

Refleksi Diri

"Pak, caranya salah. Tidak begitu." kata seseorang pada tukang bangunan yang sedang memasang batu. Orang itu merasa lebih pintar dari tukang bangunan. Sebab, ia merasa pintar sebagai lulusan insinyur, arsitek bangunan. Ia egois. Bahwa apa yang ia pikiran dan rasakan ada sebuah kebenaran. Kebenaran yang diperoleh dari bangku kuliah, bukan pengalaman bekerja di lapangan.

Setiap pekerja bangunan memberi saran sesuai dengan kondisi realitas di lapangan, sang insinyur selalu bilang gampang dan mudah. Selalu ada jawaban untuk menutupi kesengajaannya yang telah membohongi tukang bangunan. Misalnya, ia sebenarnya tahu, cara memasang batu secara zig-zag dengan ukuran campuran semen yang dipraktikkan tukang bangunan. Namun, dalam hatinya masih saja ingin menyampaikan kebenaran dirinya dengan menanyakan sesuatu yang telah diketahui tukang itu.

"Bapak, menghitung bagaimana dengan apa?" Padahal dirinya sendiri yang menghitung dengan kalkulasi yang salah. Ia selalu ada jawaban. Lempar batu sembunyi tangan. Merasa tidak diketahui kesalahannya dan membuat sakit hati sang tukang.

Apakah karena hanya seonggok tukang? Lalu si insinyur bebas berkata-kata dan merasa benar? Bahkan selalu mengkambinghitamkan si tukang itu? Bahkan, ketika telpon sang mandor, si insinyur mengatakan dengan entengnya tentang pekerjaan yang bisa ia lakukan sendiri tanpa dibantu si tukang. Ia pun bisa mengerjakan pekerjaan tukang lain atau insinyur lain dengan mudah. Si insinyur tidak tahu, saat ia telpon mandor itu, sang mandor berada di sisi si tukang. Bagaimana perasaannya? Pak tukang hanya mengelus dada dan sabar. Tabah. Ia merasa pekerjaannya disepelekan dengan berjibun waktu serta keringat.

Tampak si insinyur menjadi kikuk tanpa jawaban jelas atau beralibi macam-macam yang klasik, ketika si tukang pura-pura minta bantuan rumus hitung campuran semen utk kekuatan tiang pilar. Apa yang terjadi? Si insinyur hanya bisa prediksi dan praduga yang sama sekali tak benar.

Allah benar-benar menunjukkan KuasaNya. Di depan sang tukang, Allah menunjukkan sikap sang insinyur. Betapa sakitnya sang tukang, yang tak pernah ia ungkapkan kepada orang lain. Termasuk sang mandor.

"Pak insinyur, jika demikian, mohon bapak evaluasi diri tentang presisi dan kalkulasi itu. Kami juga akan evaluasi kinerja kami" pinta pak tukang dengan derai lalu pergi.

Doanya kian rajin untuk sebuah keadaan yang selalu menyudutkannya. Refleksi diri yang dilakukan semakin menguatkan kepercayaannya kepada Sang Khaliq tentang kebenarannya, kesabarannya.

"Tak usah bilang kami pak, apapun yang bapak refleksikan. Kami siap bekerja karena Allah" ucap pak tukang.

Hati sang insinyur terketuk. Entah apa yang ia rasakan dan pikirkan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post