Senja Berkabung
Senja Berkabung
Di teras gubuk yang sederhana, tampak Anggun berdiri mematung. Matanya tak berkedip memandangi mentari yang mulai menjingga.
"Umma, ayo masuk ke kamar. Yatimah ada PR dari Bu Guru" ujar anak semata wayangnya merengek.
Anggun tak segera merespon. Rerintik hujan mulai turun menemani rindunya yang mendalam. Tiba-tiba ia tersenyum, tangannya meraih puncak sang suami. Lalu memeluknya erat. Sekejab Yatimah menangis histeris menyaksikan sang Umma terus memanggil Abahnya yang telah tiada 12 purnama lalu, tepat di pelukan sang Umma, senja itu. Anggun sadar, lamunannya diketahui sang buah hati. Ia segera mendekapnya dengan derai air mata. "Maafin, Umma Nak. Abah telah di syurga". Senja Berkabung, mereka saling pandang. Larut dalam duka yang tak berkesudahan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar