Alexander Timbul Hamonangan Sibaran

Baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik...

Selengkapnya
Navigasi Web
Andai Kupunya Sayap Akan Kutemui Orang Tersayang dengan Segera

Andai Kupunya Sayap Akan Kutemui Orang Tersayang dengan Segera

Di saat pandemi Covid-19 atau Corona ini transportasi umum di batasi oleh Pemerintah. Terutama di pertengahan April tadi pemerintah menutup total transportasi umum sampai 29 Mei 2020. Transportasi yang di perbolehkan hanya untuk pengangkutan logistik. Apapun istilah nya baik itu PSBB, Karantina Lokal atau pun kunci pamungkasnya LockDown dilakukan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Apalagi di bulan Mei ini ada perayaan keagamaan bagi umat Muslim yakni Hari Raya Idul Fitri. Bagi umat Muslim perayaan Idul Fitri biasanya di tandai dengan mudik bersama untuk berbagi kebahagiaan bersama keluarga di kampung.Istilah mudik ataupun pulang kampung yang beberapa lalu menjadi perdebatan itu hanya istilah saja. Ada yang mengatakan istilah mudik, adalah orang yang memiliki pekerjaan di kota pulang ke kampung sementara di saat perayaan Idul Fitri dan akan kembali lagi ke kota dimana dia bekerja dan telah memiliki Kartu Identitas di Kota. Untuk istilah Pulang Kampung diistilahkan, Orang yang memiliki pekerjaan di kota dan memiliki Kartu Identitas di kota oleh karena penyebab tertentu di karenakan PHK atau Pemutusan Hubungan Kerja atau sudah tidak memiliki lagi pekerjaan di kota sesorang memutuskan pulang kampung dan tidak kembali ke kota.Tapi bukan itu yang menjadi kesedihan ku. Walaupun ku bukan bagian dari yang merayakan Idul Fitri, tapi ku tidak bisa mudik tahun ini. Ku Pulang ke kampung adalah untuk menjumpai orang yang ku sayang, keluargaku. Ku pergi meninggalkan keluargaku untuk sebuah harapan bahwa ku dapat meraih sukses di perantauan yang jauh dari kota kelahiranku. Keluargaku ku tinggalkan, berpisah dengan istri dan anakku supaya mereka dapat bahagia.Selama ini ku bekerja di perusahaan swasta dan menggantungkan hidup dari penghasilan bekerja di sektor swasta. Penghasilan ku yang bisa dikatakan pas-pasan, cukup untuk kebutuhan sebulan dan transfer untuk keluarga di kampung tidak menyurutkan ku bertahan di perantauan. Tapi apa daya, karena pandemi Covid-19 atau Corona mengakibatkan perusahaan tempatku bekerja memutuskan untuk menghentikan operasionalnya sementara. Yang artinya kami sebagai karyawan atau pegawai harus di rumahkan. Apalagi di tempat ku bekerja tidak ada istilah WFH atau Work From Home, karena perusahaan kami bergerak di bidang sektor real yang memproduksi makanan ringan.Ketika perusahaan tidak berproduksi maka karyawan dirumahkan. Mesin-mesin produksi dimatikan sementara sampai badai Covid-19 mereda dan bahkan berlalu. Kami hanya di beri santunan 2 bulan penghasilan untuk bertahan hidup.Saat ini masa Covid-19 sudah memasuki bulan ke-2, artinya apa? Santunan tempatku bekerja selama 2 bulan sudah semakin menipis. Karena penghasilanku juga harus ku transfer buat istri dan anakku di kampung. Yang kurasakan saat ini adalah bagaimana ku dapat bertahan di tengah badai Covid-19.Belum lagi malam tadi ku dapat kabar dari keluarga di kampung, bahwa ibuku dalam keadaan sakit keras dikarenakan faktor umur yang sudah memasuki usia 74 tahun. Badai Covid-19 ini semakin membuatku was-was dan cemas. Walaupun ku tahu bahwa penyakit yang diidap ibuku adalah penyakit diabetes, dengan adanya pandemi Covid-19 semua penyakit selalu harus mengikuti protap yang telah di tetapkan pemerintah yakini protap Covid-19.Ingin rasanya segera pulang ke kampung untuk melihat dan merawat ibuku yang sudah uzur. Tapi apa dayaku, uang untuk transport aja ku tak lagi punya. Belum lagi transportasi yang harus ku tumpangi pesawat terbang saat ini dilakukan penutupan oleh pemerintah tidak dapat terbang. Pesawat adalah transportasi yang dapat membawaku dengan segera dari tempat ku sekarang. Kalau pun adalah transportasi kapal laut posisinya juga sama-sama di lakukan penutupan walaupun dengan kapal laut harus menempuh waktu yang lebih lama dari pesawat terbang.Andaikan ku punya sayap seperti burung yang dapat terbang dengan segera dan dapat sampai ke tujuan ku ke kampung tanpa perlu diatur oleh waktu ku akan menemui ibuku dengan segera. Ku akan cium, peluk dan rawat ibuku sampai akhir hayatnya. Dan ku dapat kembali tinggal bersama dengan istri dan anakku tanpa terpisah lagi. Apalagi dengan Istri dan anakku yang hanya dapat bertemu 1 tahun atau 2 tahun sekali tergantung rejeki yang ku dapat. Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan ibu di saat sekarang ini.Barabai, 1 Mei 2020Catatan: Gambaran kehidupan apabila ada yang mengalami seperti tulisan ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ceritanya,Pak.

01 May
Balas



search

New Post