Sesungguhnya Allah lewat Rasul-Nya memberikan arahan, bahwa amalan yang kita perbuat dinilai pada apa yang telah kita gapai untuk yang terakhir kalinya, tergantung ujungya.

Innamal ‘amaalu bilkhawaatim

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya/ujungnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)

Tapi ingat! Ujung atau akhir itu tergantung dominasi amal, tergantuang akan kebiasaan yang kita bangun sehari-hari, yang doyan tahajjud berharap bisa wafat saat tahajjud, yang dominan dhuha harapannya wafat ketika dhuha, yang selalu baca Al-quran, keinginannya wafat saat tilawah, yang selalu melaksanakan shalat berjemaah di masjid, kalau bisa berharap, maka dia berharap disudahi saja hidup ini disaat sujud terakhirnya di masjid.

Bagaimanapun juga secara akal, hari-hari yang sekarang ini kita habiskan adalah hari-hari yang akan berakhir dengan kematian, tidak pandang usia. Jika kita sayang terhadap jiwa kita, maka isilah selalu dengan amalan-amalan kualitas terbaik, yang paling sempurna dari sisi batin dan zhahirnya. Berusaha lah kita secara maksimal dalam melakukannya, singkirkan berbagai hal yang akan membuat kita lupa dan lalai, dalam mempesiapkan bekal untuk menghadapi kematian, dan singkirkan juga kenikmatan dunia yang sebentar lagi akan kita tinggalkan. Abaikan saja orang-orang yang menghambat perjalanan kita, termasuk segala hal yang akan melalaikan kita dalam mendekatkan diri kepada Allah. Pusatkan perhatian untuk negeri yang bakal kita masuki. Kerahkan semua kemampuan terbaik kita sehingga kita tidak akan menyesali diri kita bila maut benar-benar menjemput kita.

Jauhilah semaksimal mungkin perbuatan yang tidak berarti dan tidak ada manfaatnya untuk akhirat kita, apalagi yang mengandung dosa. Kekuatan kita dengan umur yang sudah terpakai sekarang, nyaris habis. Baik yang masih tergolong muda apa lagi yang telah lanjut usia. “mumbang jatuh kelapa jatuh, tak kenal muda atau tua,” makanya, jangan sia-siakan kesempatan yang masih ada ini. Karena sakaratul maut itu musibah yang paling menyakitkan, sebentar lagi ia pasti datang. Berhati-hatilah dengan kewaspadaan tingkat tinggi akan tipu daya setan yang semakin besar. Jangan biarkan diri kita tergoda dengan aktivitas yang tidak akan menghantarkan kita memperoleh ridha Allah, jangan biarkan setan menyambar hari-hari kita dengan menggoda kita sehingga yang menjadi perhatian kita hanya ridha manusia. Jaga diri kita sampai untuk hari yang terakhir sehingga kita menjadi orang shalih yang sebenarnya di mata Allah. siapa tahu disaat yang paling sempurna tersebut, nyawa kita diambil oleh Yang Maha Memiliki sehingga dengan itulah kita dinilai oleh Allah.

Kesempatan hidup yang masih Allah berikan pada kita merupakan karunia yang tiada terkira tandingannya. Jika kita mampu memanfaatkan dengan maksimal, kemungkinan kita dapat melampaui mereka yang tidak berkesempatan lagi. Jadi jangan sampai kita jadi pesimis dalam mengejar ketertinggalan kita dari orang lain, kita akan dapat menyusul mereka, selama kita masih hidup dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, maka masih sangat mungkin kita lebih dari mereka.

Kisah Mimpi Thalhah bin Ubaidillah

Barangkali kita sudah sering mendengar kajian dari para guru-guru kita, ustad dan buya. Bahwa diketahui, seseorang bisa masuk surga bukan karena tersebab amalannya semata. Tetapi karena rahmat Allah, seperti disebutkan dalam hadist Jabir bin Abdillah radhiyallahu'anhu, Nabi Saw bersabda:.

"Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukannya ke dalam surga, dan menyelamatkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah." (HR.Muslim no.2817)

Demikian pula mengenai derajat-derajat yang diraih orang bertaqwa di surga kelak, berbeda-beda antara satu dengan lainnya sesuai dengan amalannya ketika di dunia.

Melalui sebuah hadist dari Ibnu Majah. Diriwayatkan mengenai tafsir mimpi dari seorang sahabat nabi yang bernama Thalhah bin Ubaidillah. Thalhah menceritakan dahulu ada dua orang pemuda datang kepada Nabi Saw dan sama-sama masuk Islam, hingga akhirnya mereka wafat. Salah satunya lebih bersungguh-sungguh dan semangat dalam beramal dibandingkan dengan temannya. Suatu ketika yang pertama ikut perang dan mati syahid.

Sedangkan temannya masih hidup setahun setelahnya, lalu meninggal di atas ranjangnya.Thalhah berkata. Lalu aku bermimpi seakan aku berada di sisi pintu surga..Kedua orang itu ada di sana. Keluarlah seseorang dari surga.

Lalu orang yang matinya di atas ranjang dipersilahkan untuk masuk surga terlebih dahulu. Setelah itu temanya yang terbunuh dipersilhkan masuk Lalu dikatakan kepadaku, "Pulanglah, belum waktunya untukmu. Di pagi harinya Thalhah menceritakan mimpinya ke orang-orang.

Mereka merasa heran..Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda..

Mengapa kalian heran? "Mereka berkata: "Wahai Rasulullah. Yang pertama lebih bersungguh-sungguh dan mati syahid. Sedangkan yang kedua ternyata masuk surga dahulu ? "Beliau bersabda: "Bukankah ia hidup setelahnya setahun?"

Bukankah ia mendapati Ramadhan dan sholat dan puasa sekian banyak dalam setahun? Mereka berkata, "Benar. "Beliau bersabda, "Derajat keduanya sejauh langit dan bumi. Karena mahalnya umur seorang mukmin, maka dahulu ada seorang salaf mengatakan , "Sungguh, satu jam kamu hidup padanya yang kamu beristiqfar kepada Allah Swt lebih baik daripada kamu mati selama setahun."