Alfiah Nurul Aini

Alfiah Nurul Aini, nama yang diberikan oleh orang tuaku. Kelahiran Blitar, 19 Mei 1971. Nama yang memiliki makna seribu cahaya mata. amin. mudah-mudahan d...

Selengkapnya
Navigasi Web
ketika Perang Tanpa Pedang

ketika Perang Tanpa Pedang

Ketika kamu memulai dengan rasa percaya diri, melangkah dengan penuh keyakinan, maka kamu tidak akan pernah kehilangan harapan.

Sudah dua hari ini badan mulai “meriang gembira” karena flu dan batuk. Namun tidak menyurutkan untuk berangkat kerja. Anak-anak kelas 12 yang akan ujian sudah menanti. Kurang tiga hari lagi mereka menghadapi UNBK. Ujian selama empat hari akan menutup pembelajaran mereka selama tiga tahun yang telah dijalani.

Hari Rabu kemarin, semua berjalan aman-aman saja. Mengajar seperti biasanya walaupun suara sudah mulai terdengar serak basah. “Ah, nanti akan sembuh dengan sendirinya”. Saya berpikir, nanti sampai di rumah, akan membuat obat tradisional yaitu jeruk nipis dicampur kecap. Insyaallah sembuh.

Saya menganggap biasa. Bukan sakit yang serius. Ternyata Saudara-saudara!!….suara saya hilang entah pergi kemana. Bangun tidur, masih belum tahu kalau modal utama saya mengajar sudah raib. Baru ketahuan suara saya hilang, saat berbicara dengan suami. Kata suami “Kalau ngomong yang keras, tidak dengar”. Padahal saya sudah ambil suara secara maksimal. Waduhhh bagaimana ini. Bagaimana saya bisa mengajar di kelas?

Hari ini saya tetap berangkat ke sekolah. Naik sepeda motor sambil mereka-reka pembelajarannya. Bagaimana saya mengondisikan kelas? Kebetulan hari ini hanya mengajar di kelas 12 saja. Biasanya pembelajaran diisi dengan membahas soal-soal ujian nasional tahun kemarin. Mudah-mudahan bisa berjalan dengan baik pembelajarannya. Hanya itu doanya.

Saat saya mulai salam, anak-anak terlihat bengong. “Kemana bu suaranya?”. Saya jawab asal-asalan saja. “Habis konser dangdut semalam, jadi gak sempat tidur”. “Cari tambahan penghasilan bu?”. Tahu saja kalau gurunya lagi butuh uang. Kata anak-anak “Makanya kelihatan segar, karena baru dapat uang”. Oalah…

Saya memulai pembelajaran dengan menulis di Whiteboard tentang apa yang harus dilakukan oleh anak-anak. Tanpa banyak bertanya, mereka langsung mengerjakan. Saya persilakan mereka membentuk kelompok kecil. Terdiri atas empat orang. Mereka berdiskusi untuk menjawab soal-soalnya. Kalau ada kesulitan, mereka boleh bertanya. Saya yang akan mendatangi kelompok untuk berdiskusi. Tidak secara klasikal penjelasannya.

Awalnya lancar-lancar saja. Masalah mulai muncul ketika banyak pertanyaan dari kelompok karena tidak bisa mengerjakan soal. Satu soal, dua soal tidak masalah. Mulai muncul masalah ketika saya harus banyak berbicara. Menjelaskan soal ketiga, batuk mulai datang dan tidak ada hentinya. Sinyal sudah datang. Saya harus berhenti berbicara. Padahal masih banyak pertanyaan dari anak-anak yang belum terjawab. Akhirnya dengan segala kekurangan, saya jelaskan dengan pelan-pelan.

Waktu pembelajaran selama tiga jam terselesaikan juga. Pembelajaran tetap bisa berjalan. Mereka berdiskusi dengan kelompok. Kalau ada perselisihan jawaban, mereka bertanya. Itu pun saya menjawabnya dengan menulis, bukan secara lisan. Betul-betul sebuah perjuangan. Senjata andalan saya hilang. Ibaratnya pergi berperang hanya modal keberanian saja. Tidak membawa senjata.

Permasalahan ternyata tidak berhenti sampai di situ. Ketika berbicara dengan rekan guru, mereka berkata “Jangan ngomong Bu, rasanya suara saya juga ikut hilang”. Ada yang memberi usul cukup brilian “Bawa kertas bu, tiap ada yang mengajak berbicara, jawab dengan tulisan”. Justru banyak yang penasaran dengan suara saya. Muncul pertanyaan lagi, menjawab lagi dengan jawaban yang sama. Akhirnya saya putuskan menggunakan gerakan tubuh saja. Mengangguk dan menggeleng. Betul-betul mengurangi berbicara hari ini. Harus puasa bicara. Alhamdulillah mulut diberi kesempatan untuk istirahat.

Meskipun penuh perjuangan, akhirnya saya tetap bertahan di sekolah sampai akhir. Saya bertekad dengan bulat “Saya harus pergi ke dokter nanti malam”. Ini solusi yang paling tepat. Jangan sampai suara merdu yang saya miliki hilang selamanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Segera berobat buuu... smg cepet sembuh .. biar bisa konser lagi....hehe

07 Apr
Balas

Hebring Bu Alfi... Semangat 45 meskipun hanya bermodalkan bambu runcing ....tujuan pun akhirnya tercapai.Get well soon Bu Al

07 Apr
Balas

Hebring Bu Alfi... Semangat 45 meskipun hanya bermodalkan bambu runcing ....tujuan pun akhirnya tercapai.Get well soon Bu Al

07 Apr
Balas

Tenang saja bu Alfi..... suaranya masih dipinjam KD buat konser, entar kalau dah selesai kan bakalan dikembalikan. Sabar ya bu....

07 Apr
Balas



search

New Post