Alfian Tarmizi, S.Pd.I

"Ribuan kata bisa kamu ucapkan dalam sehari, tapi akan hilang begitu didengar, tapi ratusan kata yang kamu tulis akan abadi, dibaca semua orang, maka menulislah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Wabah Di Daerahku

Wabah Di Daerahku

Wabah Di Daerahku

Aku diberi tahu oleh kepsek kalau suami dari temanku masuk rumah sakit. Asam uratnya kambuh. Ku kira kena covid. Syukurlah kalau bukan. Akhir-akhir ini lagi maraknya perbincangan covid di daerahku. Banyak yang positif. Mulai dari pejabat, pegawai kantoran, pegawai rumah sakit, guru dan kepala sekolah. Yang jadi pertanyaan dalam diriku kenapa yang banyak terserang covid itu orang-orang yang selalu pakai masker, menerapkan protokol kesehatan dan bekerja di ruangan yang ber AC. Sedangkan masyarakat kebanyakan yang berprofesi pedagang di Pasar yang sangat ramai, setiap hari bersinggungan dengan media alat tukar yang bernama uang tidak pernah sekalipun terdengar terkena covid. Bahkan pegawai yang bekerja di super market dan mall juga kebal terhadap covid. Aneh saja rasanya. Atau mungkin covid ini virus elit yang menyerang orang-orang tertentu. Mungkin begitu…

Malam harinya aku ditelpon sama temanku yang suaminya di rawat di rumah sakit. Dia mengatakan kalau pasien disebelah kamar tempat suaminya dirawat adalah seorang guru di daerah kami. Dia baru masuk tadi sore. Dia sesak nafas, demam thipus dan diberi oksigen. Temanku khawatir kalau ibuk itu terinfeksi covid. Aku sarankan untuk jaga jarak jangan berdekatan dengan pasien dan keluarga pasien. Bisa jadi hasil tes swabnya belum keluar. Untuk sementara dirawat di sana. Bukan di rumah sakit khusus covid.

Bangun tidur jam 05.30 telponku berdering. Aku agak cemas, siapa yang menelpon pagi-pagi begini. Perasaanku tidak enak. Jangan-jangan telpon dari kampung.

“Ya, hallo…”kudengar suara laki-laki diseberang sana.

“Sakit apa ibuk Des, pak Yan? Saya lihat di facebook teman-temannya bilang innalillahi…dan selamat jalan kepala kami yang baik…”

“Deg,” jantungku berdetak kencang. Jangan-janagn ibuk yang dirawat itu meninggal.

“Nggak tahu pasti juga, pak. Yang saya dengar ibuk itu Thipus sudah lebih dari seminggu. Dan menurut guru di sekolahnya ibuk itu sudah sakit semenjak 15 hari yang lalu.” Jawabku, ternyata yang menelpon bapak pengawasku.

Memang benar kulihat di WA grup, buk Des kepala SD x sudah meninggal dengan status positif covid. Aku termenung sejenak. Benakku bekerja dan hatiku berkata. “Pasti sekolah ditutup kembali, kami dilarang tatap muka. Atau kemungkinan terburuk kami semua akan di tes Swab.”

Aduh, mendengar tes swab saja rasanya sudang merinding. Kata orang-orang yang sudah melaluinya, sakit. Ada yang mismisan setelah itu. Seminggu menahan sakit. Ada juga yang meninggal. Horor kan…Belum lagi hasilnya nanti yang susah diprediksi. Kalau alat tesnya tidak akurat kita bisa positif. Lalu kita dijemput petugas kesehatan untuk diisolasi bergabung dengan pasien covid. Ihhh…ngeri…Mudah-mudahan itu tidak terjadi.

Benar saja siang ini ada wa dari kepala sekolah dan dari dinas. Dilarang melakukan tatap muka 14 hari ke depan. Peserta didik diberi tugas secara daring. Kasihan anak muridku. Mereka kembali bermain, berkeliaran, bersepeda, memancing. Belajarpun sudah lupa atau tidak sempat lagi.

Pagi ini aku buka WA. Ternyata dua orang guru yang kepala sekolahnya meninggal gara-gara covid positif pula. Hasil tes swabnya sudah keluar. Wabah ini meluncur bagaikan bola salju. Satu orang terkena bisa menularkan pada keluarga dan kerabatnya.

Aku cek WA sekolahku. Astaga…teman dekatku guru olah raga di sekolahku juga positif covid. Istrinya perawat rumah sakit. Dia dengan suaminya serta tiga anaknya sekarang di isolasi. Aku mengetik chat untuk mensupport temanku. Ada apa ini, dalam kurun tiga hari sudah beredar virus covid di daerahku. Fenomena apa ini…jangan sampai guru disekolahku dites swab juga. Aku jadi merinding.

Padang Pariaman, 02-10-2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga wabah cepat berlalu, sepertinya memang belum bisa kita sekolah tatap muka pak. tetap ikuti protokol kesehatan semoga kita terhindar dari wabah. salam literasi sukses selalu

02 Oct
Balas

Wabah tak jua berlalu. Semoga akan segera berlalu dan semua baik2 saja. Salam santun

16 Oct
Balas



search

New Post