Suwandi

Dia hanya seorang guru bersahaja, yang lahir, tumbuh dan tinggal di daerah pesisir utara DKI JAKARTA. Berasal dari keluarga tidak mampu, hidup dan bergaul bersa...

Selengkapnya
Navigasi Web
ORANG-ORANG ISTIMEWA YANG KUCINTA
Kisah Orang-Orang Istimewa yang Kucinta

ORANG-ORANG ISTIMEWA YANG KUCINTA

ORANG-ORANG ISTIMEWA YANG KUCINTA

 

Dalam hidup, selain kecintaanku kepada Allah, Rasulullah, ulama dan keluarga, aku mencintai 3 orang lagi. Yang pertama adalah seorang guruku saat SMA. Yang kedua adalah dosenku di IKIP JAKARTA. Dan yang ketiga adalah Murabbiku yang kini sudah kembali ke sisi Allah. 

Mereka adalah orang yang menurutku telah melakukan kebaikan luar biasa yang aku kagumi. Mereka memperlakukan aku seorang anak/mahasiswa miskin dengan penuh kasih sayang dan penghormatan.

Maka dalam doa-doaku aku memohon agar Allah senantiasa menyayangi dan memuliakan mereka. Aamiin.

 

Orang pertama yang kucintai adalah Guru SMA-ku. Saat itu aku hanya seorang siswa kelas I SMA. Aku menghadap kepadanya dan meminta disediakan ruangan untuk shalat para siswa. Beliau mengabulkan permohonanku. Mulailah aku bersama bbrp teman merapikan sebuah gudang, kami ubah menjadi mushalla. Lambat laun saat aku kls II, gudang merangkap mushalla itu berubah menjadi Aula. Sedangkan utk mushalla dibuatkan ruang baru bersama perpustakaan. Sepanjang proses ini, sekolahku mulai membangun masjid. Dan saat aku kelas III, masjid pun selesai dibangun. Sang Guruku itu pun kembali menemuiku. Beliau memintaku memberi nama buat masjid itu. Aku menangis dalam hati. Beliau yang hebat itu dan aku kagumi cara mengajar juga kepemimpinannya, ternyata masih mengingat aku, seorang anak kecil yang 2 tahun lqlu menghadapnya meminta disediakan ruang mushalla. 

 

Lalu aku pun memberi kepada beliau nama masjid untuk sekolahku berikut makna yang terkandung di dalamnya, al Istiqamah. Dan nama ini masih digunakan hingga kini.

Ya Allah, catatlah nama guruku ini sebagai penghuni surgamu. Aamiin.

 

Yg kedua adalah dosen pembimbing akademisku di IKIP JAKARTA. Kata teman-teman beliau orangnya galak dan cerewet. Tapi sebenarnya tidak, beliau orang yg sangat perhatian dan penuh tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik dalam tugasnya. 

 

Aku mulai menyadarinya saat tahun kedua kuliah di IKIP JAKARTA. Aku yang hanya mahasiswa miskin, tidak punya sepatu. Hanya memakai sandal carvil bekas, yang kubeli dari temanku. Suatu ketika dipanggil menghadap beliau di ruangannya. Dia bertanya kenapa aku kuliah pakai sandal bukan bersepatu. Dengan jujur aku menjawab. Aku tidak punya sepatu. Dia tertegun, lalu bertanya pqnjang lebar tentang aktivitas sehari-hariku. Aku memberi tahu selalin kuliah aku juga sudah mengajar di sebuah SD. Beliau bertanya tentang gajiku. Aku memberitahu beliau bahwa gajiku sebulan hanya 15 ribu.

Dia terkejut, aku mengajar sepekan full (6 hari, 12 kelas) dengan gaji sebesar itu sebulan. Aku mengiyakan, dan uang gaji itu kugunakan untuk ongkos kuliah dan makan siangku saat di kampus.

Beberapa waktu kemudian, aku kembali beliau panggil ke ruangannya. Dengan lembut beliau berkata, *"Suwandi, ini ada dana sedikit. Kamu gunakanlah untuk beli sepatu dan keperluan lain kuliahmu ya."*

Ah... Hatiku menjerit. Beliau tidak tahu. Bahwa (selain keluargaku) beliaulah *satu2nya orang yang membantuku* memenuhi keperluan kuliahku. Terima kasih Bunda 😭🙏

Tahun 2010, aku mengikuti PLPG. Saat itu masih berstatus guru honorer di tempatku mengajar

 

Alhamdulillah, ternyata salah satu dosen pengajar PLPG adalah Bunda Pembimbing Akademisku dulu. Ada haru dan kerinduan yang bisa kulepaskan kepada beliau. Bisa kembali mengikuti perkuliahannya benar-benar terasa indah.

Hingga suatu hari, istriku menelpon bahwa ia sakit. Aku tahu di rumah istriku hanya sendiri bersama 3 anakku yang masih kecil-kecil. 

Malam harinya setelah selesai perkuliahan aku izin pada teman-teman pulang dahulu meninggalkan asrama, tapi besok pagi aku berusaha untuk kembali mengukuti kegiatan diklat lagi.

 

Alhamdulillah, esok pagi, aku benar-benar bisa bisa kembali mengikuti kegiatan diklat lagi. Saat itu, lagj-lagi beliau menunjukkan kasih sayangnya kepadaku. Entah bagaimana caranya, beliau mewakili teman-teman memberiku aebuah amplop berisi bantuan untukku.

 

Masya Allah... Sejak kecil, aku sudah terlatiih untuk tidak pernah meminta bantuan (apalagi) uang kepada orang lain. Aku akan mengingat siapaun yang mengulurkan tangannya membantuku, tapi, takkan pernah ada seseorang yang kumintai bantuan pertolongan (uang)-nya untuk keperluan pribadiku, kecuali aku yakin orang itu ikhlash menyayangiku.

Tapi beliau, adalah dosenku. Kami hanya bertemu dalam perkuliahan dan kegiatan kampus sbg dosen dan mahasiswanya. Tapi beliau begitu. peduli kepadaku, seorang mahasiswanya yg miskin ini, bahkan sampai setelah aku sudah menjadi guru PTT di SMA Negeri dan sedang berjuang mendapatkan tunjangan sertifikasi.

Ya Allah, aku memohon anigerahkanlah untuk beliau kesehatan yang baik, rizki yang malimpah serta barokah dan usia yang panjang. Beri aku kesempatanembalas budi baiknya ya Allah, dan izinkan aku untuk memberi bukti cinta kepadanya sesuatu yang berharga selain doa yang kerap kupanjatkan untuknya. Aamiin 🤲😭

Adapun orang istimewa yang kucintai adalah seorang murabbiku (guru / pembina ta'limku).

 

Aku mengenalnya begitu dekat sejak aku baru saja lulus SMA. Aku taklim di bawah asuhan beliau. Pendekatan pribadi, akhlaknya kepada tetangga dan lainnya, membuat aku mengagumi beliau.

 

Saat aku mulai dibimbingnya murabbiku itu masih miskin. Beliau masih mengontrak rumah kecil dalam gang. Dan dinkontrakannya itu tidak punya kursi untuk duduk tamu. Hamya sehelai tikar yang kami gunakan sekalian untuk mengaji.

 

Waktu terus berjalan. Nasib mulai berubah. Perlahan-lahan bisnis murabbiku itu mulai berkembang besar. Di usianya yang hanya lebih tua 8 tahunan saja dariku, beliau sudah punya usaha material yang cukup sukses. Kemudian berkembang lagi dengan usaha bimbingan haji. Dalam waktu singkat, beliau membeli rumah besar di pinggir jalan dan jamaah hajinya makin lama makin banyak.

 

Sepanjang perkembangan itu, beliau begitu dekat denganku. Bebrrapa tahun sebelum beliau memiliki lembaga bimbingan haji, karir dakwahnya sebagai dai kondang dimulai dengan berceramah di sebuah majlis ta'lim ternama di wilayah Cirebon. Setiap kali mengadakan tabligh akbar, jamaah yang hadir ribuan bahkan ouluhan ribu orang dati berbagai wilayah di sekeliling cirebon. Seperti indramayu, Subang, Kuningan, Bandung, Majalengka dan sekitarnya.

Saat itu. Akulah yang menemani dan mengawal beliau perjalanan dakwahnya. Beberapa keperluan keluarganya juga kadang-kadang beliau percayakan kepadaku untuk mengurusnya.

 

Sampai akhirnya karir dakwah usahanya terus membesar. Beliau juga terpilih menjadi anggota DPRD di Provinsi DKI Jakarta. Orang-orang yang berada di sekitarnya menjadi begitu banyak.

Beliau bukan hanya memiliki perusahaan, tapi juga yayasan yang menaungi sebuah sekolah (pondok pesantren).

 

Aku masih dekat dengan beliau. Bahkan sempat mengikuti program tahfid di bawah asuhan langsung beliau. Dari beberapa orang peserta tahfidz, yang mampu terus bertahan hanya tinggal.aku sendiri. Sampai akhirnya beliaunya yang mulai kerap jatuh sakit hingga berylamg-ulang harus menjalani perawatan di rumah sakit. Program tahfidzku tak bisa dilanjutkan lagi. Aku tidak tega melihat beliau menyimak setoran hafalanku sampai kelelahan dan tertidur setiap selesai shalat subuh.

 

Ah. Aku mencintai murabbiku ini sebegitu dalam, karena aku bisa merasakan ketulusan kasih sayangnya. Ketika aku dijodohkan oleh mas'ul shafku dan kemudian menyelenggarakan persiapan pernikahan. Aku yang amat miskin dan masih belum selesai kuliah tidak punya uang sama sekali. Gajiku sebagai guru SD saja waktu hanya 45 ribu sebulan.

 

Tapi, aku ditugaskan menikah dengan seseorang yang sampai saat ini masih tetap sebagai istriku. Ibu dari ketiga anakku. Waktu itu, murabbiku inilah penyumbang terbesar bantuan biaya nikahku. Lebih dati 50% biaya nikahku ditanggung beliau 😭

Aku hanya menjalani tugas sebagai mad'u yang sami'na wa atho'na, dan tugas itu adalah tugas suci yang harus aku emban seumur hidupku. Menikah dengan seorang wanita yang tidak kukenal sama sekali.

Ya Allah, tolonglah aku di setiap ujian cintaMu. Aku sudah memutihkan hatiku, dan kuisi hanya dengan namaMu. Aamiin 🤲😭

 

Waktu terus bergulir, 15 tahun  pun berlalu. Usaha murabbiku semakin besar, pondok pesantrennya pun kian berkembang. Beliau kemudian mengangkat banyak binaan-binaan taklim dari ustadz-ustadz lain tapi masih satu jamaah sebagai karyawannya.

 

Hingga sampai suatu ketika. Aku hadir di sebuah ta'lim yang di dalamnya digelar rapat aneh. Dalam raoat itu disusun rencana 'jahat' untuk mencuri uang kotak amal yayasan pondok pesantren murabbiku. Dan yang menyampaikan itu rencana itu justru karyawan yang oaling dipercayai oleh murabbiku untuk menangani kotak-kotak amal yang disebarkan ke berbagai tempat itu.

 

Pada pertemuan pertama aku diam saja. Aku ingin tahu respon mereka yg hadir dan siapa-siapa saja tokoh aktif penggagasnya. Aku tidak berbicara sedikitpun.

 

Dua pekan kemudian. Pada pertemuan ta'lim lanjutan, mereka melaporkan hasil rencana pencurian kotak amal yayasan murabbiku.

Saat mereka melalukan pembicaraan itulah aku sudah tidak tahan lagi. Aku memotong rapat keji itu dg memberi mereka semua *taushiyah* tentang *BETAPA PENTIMGNYA ARTI AMANAH DALAM ISLAM.*

 

Jangankan barang amanah sesama muslim, bahkan amanah musuh sekalipun yang pernah dipercayakan ke tangan aeorang muslim, haris.dilaksanakan dengan sepenuh-penuhnya tanggung jawab. Tidak boleh diciderai, apalagi sampai dicuri. 😭

 

Laah, mereka saat itu hukan hanya mencuri harta musuh atau orang lain. Tapi yang aedamg mereka perlakukan secara keji adalah murabbiku, murabbi besar mereka juga. Astagjfirullah...

Setelah aku sampaikan PESAN TERAKHIRKU TENTANG HAKIKAT AMANAH. *SECARA RESMI, AKU MENYATAKAN KELUAR DARI JAMAAH ITU.*

 

Setelah itu aku bergegas pulang dan menenangkan diri.  Malam harinya aku menelpon murabbiku menyatakan bahwa aku sudah keluar dati jamaah. Jamaah beliau juga.

 

Tentu saja murabbiku kaget bukan kepalang. Karena beliaulah pimpinan tertinggi jamaah itu seharusnya.

Tetapi jabatan PIMPINAN yang diberikan kepadanya hanyalah PIMPINAN PALSU. Karena dalam realitanya, instruksi beliau tdk lagi diikuti. Ada ketua internal yang sebenarnya inilah ketua asli. Sebuah penipuan terselubung. Tapi Murabbiku tidak menyadari.

 

Malam itu aku mengabarkan keputusanku keluar dari jamaah. Besok paginya murabbiku jauh-jauh datang ke rumahku. Seperti biasa, setiap pembicaraan kami selalu penuh cinta.

 

Sampai akhirnya beliau memintaku mwnjelaskan alasanku keluar dari jamaah kami. Awalnya aku enggan menyampaikannya, karena ini menyangkut kejahatan banyak orang kepada sang murabbiku itu. Tentu saja hal.itu merupakan hal yang ajan sangat sulit dipercaya.

Tapi beliau memaksaku untuk bersedia menceritakannya. Maka, aku meminta beliau bersumpah untuk tidak menceritakannya.kepada siapapun. Sekiranya beliau tidak oercaya dan hendak tabayun, beliau harus menyelidikinya sendiri tanpa melibatkan aku. Atau.memberintahu secara langsung kepada mereka. Karena tentu saja maling2 itu tidak akan mengakuinya.

Murabbiku pun menyatakan bersedia bersumpah.

 

Maka aku mulai pun mulai menceritakan kejadiannya. Beliau tercengang-cengang. Berulang-ualang menyatakan tidak percaya.

 

Aku juga paham betul, bahwa yang aku sampaikan pastinpukulan berat buat murabbiku itu. Bagaimana orang-orang yang beliau anggap.sevagai adik-adiknya. Binaan-binaan yang sekian lama dididiknya dengan penuh kasih sayang. Diberi pekerjaan, dioerhatikan kehidupannya dan bahkan juga keluarganya. Sebagian dari mereka inilah hang menjadi penggagas oerbuatan keji itu kepadanya.

Tentu saja beliau akan sangat sulit percaya. Karena aku pun, jika.tidak melihat, mendengar dan ikut dalam rapat keji itu, rasanya juga akan sulit untuk percaya. Apalagi sang urabbikunitu sendiri, beliau yang amat penyayang dikhianati oleh mereka yang beliau sayang.

 

Aku bisa merasakan betapa hati murabbiku itu terpukul hancur. Tapi. Beliau sendiri yang memaksaku untuk memberitahukan semua itu kepadanya. Beliau pun pergi meninggalkan rumahku denagn meminjam helmku krn hendak pergi ke tempat yang jauh. Aku meminjamkan beliau helmku yang paling baru. Yang aku sendri belum pernah memakainya.

 

Beberapa hari kemudian. Aku pergi ke rumah murabbiku, untuk mengambil kembali helmku itu. Aku ambil karena aku tahu, helm itu tidak akan seterusnya dipakai murabbiku. Belaiu orang top dan sangat sibuk. Urusan helm sangat sepele baginya. Maka aku tidak rela helm baruku itu akan terbuang (hilang) sia-sia.

 

Sampai di rumah beliau, kami mulai kembali membicarakan rahasia keji yang menyebabkan aku keluar dari jamaah itu.

 

Beliau mengatakan bahwa aku akan diperyemukan dengan orang-orang keji yang telah aku ceritakan. Aku menolak. Karena aku sudah bukan anggota jamaah itu lagi. Maka qku tak mau lagi berdekatan dan berurusan dg mereka. Da akngaskan kepada murabbiku... Bahwa kedudukannya di jamah itu sbg ketua hanyalah kedudukan palsu, tidak ada kewenangan instruksional  hanya jabatan kosong belaka. Murabbiku diam termangu. Sebenarnya beliau sadari itu, tapi hatinya yang kelewat baik menganggap hal itu sbg penghormatan kepadanya, krn beliau tdk mungkin bisa punya waktu mengurus jamaah lagi. Krn sibuk dengan bisnisnya dan perannya sebagai anggota DPRD.

 

Sambil termangu itu dia mengucapkan kata-kata, "Kaka tidak kenal kamu, selain 0,05 persen."

 

Aku terkejut. Tapi masih belum yakin, bahwa kata-kata sepertinitu bisa keluar dari lisan murabbiku.

 

Beliau belum bisa percaya ceritaku,karena tidak perlu dicuri, mereka butuh apapun akan beliau kasih. Terakhir beliau menyumbang ke jamaah 250 juta. Ean akunjuga tahu itu. Karena itulah hatiku menjerit. Bgmn orang sebaik ininbisa diperlakukan sedemikian keji. Lha bagaimana murabbiku sendiri orang baik yg diperlakukan sedemikian keji. Tentu saja takkan mungkin mudah percaya begitu saja.

 

Sekali lagi beliau minta kesediaanku dikonfrontasi dg beberapa pelaku yang kebetulan ada di rumah beliau karena memang mereka adalah karyawan kepercayaannya.

 

Dengan tegas aku menolak. 'Kalau kaka mau mencari kebenarannya. Kaka selidikilah sendiri." Kataku.

Lalu aku pamit pulang. Beliau mengantarku keluar sampai di parkiran motor. Aku memundurkan motorku ke jalan raya.

 

Kembali beliau memintaku untuk bersedia dikonfrontasi kepada para pelaku.

Lagi dengan tegas aku menolak. Krn aku sdg tidak.ingin lagi terlibat dengan jamaah itu, dan tang aku kasihani, murabbiku itu adalah korban kemunafikan hebat jamaah itu. Padahal beliaulah pendiri awalnya di wilayah kami. Murabbi utama dari generasi setelah beliau.

 

Saat aku hendak pamit itulah beliau mengulangi kalimat yang membuat hatiku perih, *"Kaka tidak kenal kamu, selain 0,05%"*

 

Aku terpaku. Kutatap wajah murabbiku dalam-dalam. Lalu sambil tersenyum kuucapkan kata-kata terakhirku untuknya.

*"Ternyata saya yang salah, saya yang selama ini tidak kenal kaka, selain 0,05%."*

 

Saat itu, aku melihat wajah murabbiku memucat. Tapi, hatiku juga sudah hancur. Aku hidupkan motor dan segera berlalu. 

Murabbiku memegangi besi belang motorku mencoba menahanku untuk tidak pergi.

 

Tapi aku tahu, bahwa bagi sebagian besar orang *lebih baik mempercayai seribu pendusta tapi bisa dimanfaatkan, daripada percaya kepada satu orang, kalau hanya ada satu orang.*

Dan saat itu. Aku hanya seorang diri, keluar dari kebatilan, untuk memegang teguh kebenaran.

 

Aku menjalankan motorku meninggalkan sang murabbi.

Beliau mengejarku bwrlari kecil sambil memanggilku *"De! Tunggu De!."*

 

Setelah hari itu aku tak ingin lagi bertemu mereka semua.

Sampai akhirnya tiba kabar, murabbiku yang amat kucintai itu wafat.

 

Aku datang ke rumah beliau. Orang-orang munafik yang mengaku sebagai adiknya tapi mencuri harta yang diamanahkan kepadanya, banyak sekali berkerumun di rumah beliau.

Aku tqk ambil peduli. Masuk ke ruang tempat janazah murabbiku dibaringkan.

 

Untuk terakhir kalinya aku melihat wajah beliau. Kucium kedua belah mata orang mulia itu sambil kuoanjatkan doa untuk keselamatan dan kebahagiaan alam kubur dan akhiratnya.

 

Selamat jalan duhai murabbi 😭

 

Jakarta, 11 Syawwal 1443H

12 Mei 2022M

 

Stangkai Kasih Putih

Alghie Suwandi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post