Ali Mustahib Elyas

Lahir di Pati Jawa Tengah pada 1967. Pendidikan dasar hingga menegah atas (Ibtidaiyah-Aliyah) ditempuh di satu madrasah yang sama. Sejak 1985 tinggal di Jakarta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menuai Inspirasi dari

Menuai Inspirasi dari "Dapur" Literasi

Sebisa mungkin saya harus membaca tuntas setiap tulisan sebelum mengomentarinya. Saya merasa tak pantas berkomentar banyak hanya setelah membaca judul sebuah tulisan. Jadi ya, sebisa mungkin saya harus baca. Siapa tahu saya bisa mendapatkan hikmah dari situ atau setidaknya bisa menemukan beberapa hal berikut :

Pertama, Memahami tulisan secara lebih baik. Membaca tuntas akan membuat pemahaman saya bernas. Meskipun secara umum isi tulisan itu sudah saya ketahui, tetaplah ada sesuatu yang berbeda karena bersumber dari otak orang lain yang pasti tidak sama dengan otak saya.

Kedua, Menghindari kesalah pahaman. Membaca tuntas dengan memahami setiap kata dapat menghindarkan diri dari kesalah pahaman. Ini sekaligus dapat mencegahpro-kontra tak berkesudahan antara pembaca dan penulis. Kalaupun harus berkomentar padahal baru membaca sekilas, maka saya harus memilih berkomentar dengan susunan kalimat umum tetapi jelas, tidak bersayap, dan tidak multi interpretasi.

Ketiga, Meningkatkan dan memperbaiki pemahaman. Saya mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa membaca, baik sumber bacaan baru maupun secara berulang-ulang hanya yang itu-itu saja, tetap akan menjadi sumber inspirasi baru. Tuhan berkata, “Iqra’ warabbukal-akram” ( bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah).

Tuhan sangat pemurah sehingga Ia akan memberi pemahaman, ide, inspirasi, atau apapun namanya bagi mereka yang rajin membaca meski sumber bacaannya hanya itu-itu saja. Tuhan memerintahkan agar Muhamad mau membaca meski beliau menyatakan diri sebagai orang yang buta huruf. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kegiatan membaca, mengulang-ulang bacaan dan bahwa sumber bacaan tidak terbatas pada teks tetapi juga konteks.

Wajarlah kalau kegiatan membaca, dalam arti yang luas, dapat memunculkan inspirasi dan melahirkan gagasan baru. Sedangkan kitab suci, yang sejak dahulu ya segitu-gitunya, atau berbagai buku lainnya yang telah dibaca berulangkali, tetap akan menjadi penghantar yang baik bagi lahirnya gagasan baru. Selanjutnya tinggal mengabadikannya dalam sebuah tulisan.

Benar bahwa membaca dan menulis itu ibarat dua sisi mata uang yang tak mungkin dipisahkan. Ketika kita membaca akan terinspirasi untuk menulis. Ketika menulis, inspirasi akan semakin melebar dan meluas memenuhi seluruh ruang dan waktu. Ia akan muncul di manapun dan kapanpun. Boleh jadi ketika seorang ibu sedang memasak di dapur, ketika mencuci, ketika menyuapi si bungsu, ketika pak tani menggarap sawahnya, ketika guru berinteraksi dengan para muridnya dan silahkan lanjutkan lagi, ketika apa lagi kira-kira?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post