ALI CANDRA

Menulislah...biar kebenaran selalu terjaga dan kewarasan selalu terawat....

Selengkapnya
Navigasi Web
SUMISO

SUMISO

15 Tahun berlalu.... Mei 2017 Disebuah Rumah Makan dibelokan jalan Rangkiang Luluih Tigo Lurah. Hujan yang seperti tercurah dari langit Tigo Lurah, reda meninggalkan bekas jalanan dan dedaunan yang basah, Dingin yang merasuk raga membuatku enggan untuk berdiri melanjutkan perjalanan kesumiso. Tak mau aku melewatkan detik¬-detik rasa nikmat kopi hitamku yang masih tinggal setengah gelas, entah kenapa aku yang bukan perokok merasakan nimatnya nikotin masuk keparu paruku dari sebatang clas mild yang kuhisap. Dulu , biasanya aku duduk disini ditemani oleh sahabat seperjalanan dan seperjuangan yang sudah seperti saudara Bapak Rico Candra dan Eko Fernando, Mereka tiga tahun yang lalu mutasi, begitu “ tega” meninggalkan aku sendiri menyusuri jalan ini, dengan alasan yang bisa kufahami...ingin dekat dengan keluarga, yah...aku menyadari bahwa jauh dari anak itu sepi, dan jauh dari istri itu dingin, setidaknya seperti yang kurasa saat ini. Dingin masih terasa, Menatap jalanan yang berwarna hitam karna aspal, ingatanku bergerak liar kemasa 15 tahun yang lalu, masa dimana tigo lurah baru lahir..tepatnya tahun 2002. Masa dimana aku lebih suka memilih untuk jalan kaki sepanjang 11 s/d 20 km dibanding harus naik truk kayu yang bisa saja terjebak seharian atau semalaman ditengah belantara rimba. Waktu itu, “Jalan Beraspal “ apalagi kesumiso, bagi kebanyakan masyarakat adalah sebuah mimpi yang entah kapan akan jadi nyata “ Batuak bumi ALLAH ko Kok kalai Listrik, jo Aspal Masuak kanagariko “ setidaknya itu ungkapan yang masih sering diucapkan oleh orang orang tua khususnya di sumiso, hal ini bukan tanpa suatu alasan mengingat secara geografis tigo lurah yang jalanannya di apit oleh lurah yang dalam dan bukit dengan hutan yang masih perawan serta jarak yang cukup jauh dari pusat kota solok yang berjarak lebih kurang 90 km merupakan tantangan yang cukup berat bagi pemerintah untuk membebaskan kecamatan ini dari keterisolasian. Sebagai “ Saksi Sejarah’’ dengan tidak menutup mata, melihat dan mengatakan apa adanya, sebenarnya Pemerintah Kabupaten Solok dari periode ke periode kepemimpinan, dari masa Bpk Gamawan Fauzi sebagai Bupati Solok sampai masa pemerintahan saat ini, pelebaran dan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan ke tigo lurah terus dilakukan, bahkan setiap tahun selalu ada saja kita temui orang bekerja di ruas jakan sirukam – tigo lurah. Namun pada saat yang sama, jika musim hujan tiba longsor bukit yang menimpa badan jalan atau badan jalan yang terban kelurah dalam, membuat jalanan yang sudah dibangun cepat rusak... Dan alhamdulillah....Tigo lurah sekarang bukan lagi tigo lurah yang dahulu, Sumiso sekarang bukan lagi sumiso yang dahulu...rasa terima kasih kami khususnya masyarakat sumiso pada pemerintah kabupaten solok, dari periode ke periode, dari tahun ke tahun yang telah memberikan perhatian lebih kepada kecamatan tigo lurah, sekali lagi Alhamdulillah, apa yang dulu menjadi mimpi bagi masyarakat, sekarang telah menjadi nyata tepatnya pada tahun 2016 dan awal 2017 dibawah kepemimpinan Bapak Gusmal dan Yulfadri Nurdin, dengan di hotmixnya ruas jalan simanau – rangkiang luluih dan Rangkiang Luluih – Sumiso. Setelah hampir 77 tahun merdeka, akhirnya ruas jalan ini merasakan bagaimana licin aspal. Di dukung lagi dengan PLN dan PAM serta Tower IM3 dan TELKOMSEL di Batu Bajanjang dan Simanau semakin melengkapi kemajuan ini. Sisa kopiku, masih tinggal 2 atau 3 tegukan lagi...aku tak perlu lagi merasa cemas, karena Tapak Gajah yang menjadi HOROR bagi siapapun yang akan kesumiso setelah hujan, sekarang telah mulus dan tak perlu dikhawatirkan. Tigo Lurah sekarang jika duduk sudah sama rendah, dan berdiri sudah sama tinggi dengan kecamatan kecamatan di kab solok. Tak mungkin saya lupa...15 tahun yang lalu di kecamatan ini hanya ada 7 Sekolah dasar dan 1 SMP. Saat itu pendidikan menjadi “ sesuatu yang mahal “ namun sekarang dari 5 Nagari dengan 16 Jorong telah memiliki 15 Unit Sekolah Dasar Negeri, 5 SMP Negeri dan 1 Buah SMA Negeri juga 1 buah Madrasah Tsanawiyah. Alhamdulillah, disumiso sekarang sudah ada beberapa orang sarjana dan calon sarjana, jika dulu untuk mencari tenaga /guru honorer saja susah, sekarang malah tenaga mereka tidak tertampung lagi...ini indikator bahwa pembangunan sumber daya manusia tigo lurah dari tahun ketahun semakin baik. 15 Tahun berlalu.... Kopiku tinggal ampas, mentari semakin menghilang...aku tersadar dari ingatan yang bergerak liar kemasa yang lalu dan masa saat ini..perlahan aku berdiri...sambil menghela nafas panjang untuk melanjutkan perjalanan bersama motorku yang telah 10 tahun ini setia menemani dan menjadi saksi bisu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alahmdulillah... "Tigo Lurah Kini dan Sekarang". Saya pernah terjebak di hutan belantara Batu Bajanjang tengah malam karena ban mobil pecah. Sementara jarak rumah pendiuduk sangat jauh sekali. Sampai hari ini trauma itu masih ada. Keren pak Ali. Salam literasi...

01 Apr
Balas

Oh ya...tahun berapa itu buk? Makasih komennya buk.. Dan salam literasi

01 Apr
Balas

Saya terharu membaca kisah perjuangan bapak di sumiso. Namun saya juga perhatian terhadap lingkungan. Maksud saya ada dampak positive dan negatif jika sumiso di bangun yaitu perhubungan lancar dan listrik masuk ke Sana. Tapi belum tentu kesejahteraan rakyat sumiso meningkat, karena illegal logging makin merajalela. Bukit menjadi gundul, terus banjir bandang dan lain - lain.

01 Apr
Balas



search

New Post