ALI CANDRA

Menulislah...biar kebenaran selalu terjaga dan kewarasan selalu terawat....

Selengkapnya
Navigasi Web
TERGANTUNG BAGAIMANA KITA MEMAKNAI
Kondisi jalan menuju tempat dinas tahun 2003

TERGANTUNG BAGAIMANA KITA MEMAKNAI

#Tantangan Menulis Hari Ke 4 Gurusiana.

*Tergantung Bagaimana Kita Memberi Makna*

Sebenarnya aku "enggan" untuk menceritakan sedikit penggalan kisahku, tapi tak mengapalah, semoga saja "enak" dinikmati.

Bagiku menjadi guru adalah mimpi yang menjadi nyata, sementara ditempatkan didaerah terpencil adalah takdir yang harus kujalani.

Masih permanen dalam memori ingatanku, bahkan potongan beritanya pun masih kusimpan rapi, kujaga hati-hati, karena aku yakin kelak potongan berita itu akan menjadi bukti sejarah, betapa beratnya perjuangan dalam menggapai mimpi itu.

18 tahun yang silam, saat Kabupaten Solok dipimpin oleh bupati terbaik di indonesia, yang akhirnya menjadi gubernur dan menteri dalam negeri, siapa lagi kalau bukan Bapak Gamawan Fauzi. SH Salah Satu tokoh Nasional yang jadi idola saya.

Masa itu, belum lagi ada istilah Honor K1 atau K2. Yang pasti jika ingin lolos menjadi CPNS harus lulus dari serangkaian tes yang diujikan. Jangan lampirkan surat keterangan honor yg dimiliki, berapa tahun pun itu, karena itu tak akan jadi pertimbangan.

Terus pertimbangannya apa, LULUS seleksi CPNS.

Ada tiga proses yang harus kami lewati, Tes Tertulis, Psikotes, Wawancara dan Praktek Mengajar.

Banyak waktu itu, kakak-kakak saya yang senior yang berguguran, bahkan ada yang sudah honor sampai 10 dan 15 tahun, tapi syukurlah, tiga tahun setelah itu ada kebijakan pemerintah untuk mengangkat langsung guru-guru honor yang memiliki SK Honda atau Honor Daerah, tanpa melalui seleksi seperti yg kami jalani.

Dinas pendidikan waktu itu "digawangi" oleh bapanda yang terhormat Bapak Maznitos, yang menjadi "saksi" hidup betapa "ketat"nya persaingan saat itu. Karena beliau terlibat langsung dalam proses seleksi.

Masih kami ingat, bagaimana saat wawancara dimana tim penguji ada 3 atau 4 orang ( seperti sidang skripsi atau tesis ) dan itupun di "pantau" oleh bapak wakil bupati, sekda, kepala BKD ( BKPSDM ) kepala dinas dan pejabat² lainnya.

Alhasil, dari 700 san peserta seleksi untuk formasi Guru PAI SD, yang lulus tes tertulis hanya 10 orang, salah satu dari yang sepuluh itu adalah nomor peserta GU 110 yang menjadi nomor cantik bagiku.

Kontestan yg 10 ini, diseleksi lagi dengan tahapan tes wawancara dan praktek mengajar untuk dikerucutkan menjadi 6 orang. Dan alhamdulillah dari 6 orang tersebut aku termasuk salàh satunya.

Persoalan muncul, saat aku menerima SK Penempatan sebagai CPNS dengan Tugas Guru PAI, betapa tidak...disana tertera tempat tugasku di SDN 12 Sumiso Kecamatan tigo lurah, Kecamatan yang baru beberapa bulan lahir sebelum aku ditempatkan disana, dengan gaji CPNS Rp.500.000 sebulan. Sementara untuk ongkos pulang balik dari sumiso kesolok sekali sebulan, habis 400.000. Karena itulah kadang kami pulang sekali satu semester. Belum ada yang nama Tunjangan Daerah Khusus dan sertifikasi seperti saat ini, barulah tahun 2007 pemerintah pusat memberikan tunjangan sebagai kompensasi atas kesulitan hidup didaerah terpencil sebesar 12.000.000 satu tahun potong pajak.

Saat ini, alhamdulillah teman² yg dinas di daerah terpencil Tunjangan Khususnya sudah sebesar gaji pokok dan infrastruktur jalanpun sudah semakin lancar, bahkan ada yg bisa pulang balik dari rumah istri kesekolah.

Jangan bayangkan, sumiso 18 tahun yang lalu sama dengan Sumiso atau tigo lurah sekarang. (Jika ingin tahu bedanya saya masih simpan dokumentasinya)

Yang pasti, jika ada anak² sumiso sekarang yang kuliah udah tingkat 4 itu berarti adalah murid muridku dimana saat aku pertama kesana belum putus menyusu dari ibunya.

Jika dibanding dengan mereka, mungkin saya lebih mengenal sumiso dari segala sisinya, meski aku bukan putra daerah disana.16 tahun lebih kurang mengabdi disana lebih dari cukup bagiku untuk mengenal tiap sudutnya.

Jika aku ditanya, mengapa bisa betah disana, sementara waktu itu disitu belum ada listrik, transportasi bahkan masih menggunakan kuda beban, dan tak ada sinyal ( tak muat jika saya tulis disini satu persatu )

Jawabannya, tergantung bagaimana kita memaknainya.

Saat saya merasa "kesal" jalan kaki dalam hutan sejauh 20 KM menuju lokasi kerja, saya maknai saja itu sebuah kegitan "hyking". Dan olah raga.

Saat saya malam hari harus menģgunakan "lampu minyak tanah" dari botol M150 saya layangkan pikiran pada orang² tua dulu jaman penjajahan, yg tidak saja ďalam kegelapan tapi juga ketakutan.

Saat saya teringat, nonton TV sampai larut malam dengan sinetron² yg kadang nggak mutu, saya berpikir alhamdulillah disini di Sumiso bisa tidur cepat, akhirnya jadi sehat.

Saat saya betul-betul sepi dan "mau mengutuk" mengapa saya yg disini, saya melihat orang² yang kerjanya "mengangkut kayu 6×12" dipundaknya dari dalam hutan dengan jarak kadang puluhan kilo untuk hanya 1 lembar 10 ribuan. Akhirnya yang terucap adalah rasa syukur.

Intinya, segala apa yg kita rasakan berat atau ringan tergantung bagaimana cara kita memaknainya.

Jika saat ini kita diminta dirumah, alhamdulillah kita masih sehat, bisa berkumpul dengan keluarga, masih bisa makan meski apa adanya, masih ada bantuan yg bisa diterima.

Coba bayangkan, jika saat ini kita dalam kondisi perang, kerja saya yakin juga tak kan bisa, dan diam dirumah pun tak ada rasa tenang.

Atau coba bayangkan, kita lagi dilanda bencana, misalnya tsunami, gempa, gunung meletus yang menghancurkan rumah kita, menghancurkan sawah, ladang dan tempat kita bekerja, memisahkan kita dari orang² tercinta, saya yakin keadaan kita akan lebih sulit dari kondisi saat ini. Nah jika saat ini kita kesal sama pemerintah karena susah bekerja dan diminta dirumah saja, baýangkan saja kita lagi kena bencana, niscaya kesalnya bakal hilang.

Bersyukur atas nikmat tuhan

Itulah yang harus kita lakukan, biar beban yang berat tidak terasa makin berat.

Aku bersyukur ditempatkan di SUMISO karena banyak hikmah dalam kehidupan yang bisa saya petik dan pengalaman berharga yang tak semua orang bisa mengalaminya.

Saya bangga dinas sebagai guru didaerah terpencil, apa lagi sekarang anak² didik saya, dari pelosok terpencil sedang berjibaku mengejar mimpi mereka, saya berharap dipundak mereka nanti sumiso akan semakin

I love U Sumiso.

Ini kondisi jalan menuju sumiso ditahun 2003

Perjalanan yg kumaknai sebagai hyking, biar jalannya terasa nikmat, senikmat hembusan sang bayu yang membelai mesra wajahku ditengah hutan yang perawan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantap pak.. Kisah perjuangan memgajar di daerah, semoga bapak makin sukses, begitupun daerah yang dulunya di pelosok makin maju seiring majunya pembangunan di daerah lainnya. Salam..

14 May
Balas

Waooo mantap

14 May
Balas

Mantaaap pak tulisan nya

14 May
Balas

Mantap, pak. Sia tukang kodaknyo tu, pak

14 May
Balas

Mantap, pak. Sia tukang kodaknyo tu, pak

14 May
Balas



search

New Post