Ali Santoso

Nama saya Ali Santoso, saya lahir di Kota Lumajang. Saat ini saya tinggal di Jakarta menekuni bisnis kuliner bersama istri dan teman-teman. Menulis jadi h...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENTHUR KEPITING DI PANTAI DAMPAR

MENTHUR KEPITING DI PANTAI DAMPAR

                                           

 

 

# Tantangan gurusiana Hari KE – 7

# Pantai Dampar

 

Dusun Liwek terletak di lereng gunung Lancip desa Gondoruso kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Pesisir pantai selatan dimana dusun tersebut menyimpan cerita seribu harapan. Di dusun tersebut tinggal sesosok keluarga yang sangat sederhana , dengan mata pencaharian sebagai petani kopi dan palawija. Mereka sangat jago dalam berkebun dan menangkap ikan secara unik . Disaat hari libur teman temannya yang berasal dari daerah lain senang berkumpul dirumahnya , mulai dari PNS hingga TNI POLRI . Pertanyaanya mengapa harus dirumah ini,,? Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah , Bermodalkan ramah dan suka memberi kepada orang lain suka bergaul , kedua penghuni keluarga ini banyak disenangi orang. Makanya orang orang orang tak segan untuk datang kerumahnya hanya sekedar numpang minum atau mengajak bermain. 

Pada suatu ketika saya saya mengajak Pak Busar  nama kepala keluarga tersebut, kami mempersiapkan alat untuk sebagai bekal mancing kepiting dimalam hari. Alat tersebut terbuat dari jaring ikan yang sudah kita modifikasi sendiri tetapi beda dengan jaring ikan pada umumnya, ini jaringnya agak memanjang sedikit ke belakang. Bermaksut bila mendapat ikan atau kepiting tidak gampang kaluar dari jaring atau kabur . Selain menyiapkan alat kami juga membawa perbekalan makanan roti , gorengan  nasi gulung lengkap dengan tahu sambel goreng petis. Disaat menjelang malam berangkatlah kami berdua ke pantai Dampar. Lokasi yang ditunjuk terletak dibawah gunung disamping goa Kelelawar, menjelang malam mulailah kami menaruh Penthur di kedalaman 5 meter . Alat Penthur itu terdiri dari satu jaring  ditengah jaring tersebut terdapat kawat yang melingkar seperti model gantungan atau pegangan gentong air. Bambu wuluh diletakkan ditengah silinder penthur , dipangkal bambu wuluh tersebut kita ikat sebuah kepala ayam yang sudah dipotong sebelumnya , sedangkan di ujung  bambu tersebut kita letakkan sebuah klintingan kecil ( lonceng kecil zaman dulu ) . Setelah semuanya siap , baru kita masukkan ke rawa dengan kedalaman 5 meter.

Mungkin anda bertanya , apa sih,, maksutnya ada klintingan di ujung bambu itu ? Jawabanya adalah, Kemungkinan besar kepala ayam di sumpit oleh kepiting yang didalam air , maka dengan tidak sengaja kepiting akan menggoyang goyang umpan makanan tersebut, maka berbunyilah lonceng atau klintingan tersebut , itu pertanda alat penthur sudah berisi kepiting, maka siap diangkat kepermukaan . Begitu seterusnya kita menthur dimalam itu .  Ada tujuh alat yang kami pasang saat itu, semuanya berisi kepiting besar besar , per satu kepiting berat timbangan 1,5 kg . Alhamdulillah   cukup buat makan rame rame di rumah.

Waktu menunjukkan pukul 22 : 00 wib  setelah  kami puas mendapat tujuh kepiting besar, perutpun terasa lapar akhirnya kami menyambar sebuah tas yang berisi bekal makanan dari rumah , kami makan bersama dengan mas Busar di gelapnya malam dengan dibantu terangnya sinar rembulan yang menyinari seluruh jagad mayapada ini.  Dengan menelusuri tepian rawa pantai Dampar kamipun pulang ke desa liwek dengan membawa hasil tangkapan kepiting segar yang siap dimasak besok pagi. Kegembiraan suatu prestasi menangkap kepiting dengan model alat tradisional ini memiliki kepuasan tersendiri buat saya.

Pukul 00 : 30 saya sampai rumah , saya membawa kepiting lima biji saja, dua kepiting lainya saya kasih mas Busar . Malam itu juga saya masak kepiting , setelsh saya bersihkan pakai sikat , baru direbus sebentar , kelihatan berwarna kuning,lalu angkat , tumis bumbu : Bawang merah , bawang putih , jahe , daun jeruk, saus tomat/ saus cabe tergantung selera , kecap manis sedikit , gula pasir, penyedap rasa sedikit saja. Masukkan kepiting yang sudah di tiriskan tadi Kedalam wajan , goreng terus dengan api kecil supaya bumbu meresap ke daging kepiting. Jangan lupa kaki sumpit kepiting retakkan dengan alat , supaya bumbu bisa masuk kedalam. Sekitar 15 menit selesai sudah memasak kepiting saos padang . Begitulah nikmatnya menthur kepiting hasil tangkapan sendiri , kita masak sendiri , kita makan rame rame. Berbagi dan terus berbagi ,Beramal tidak harus menunggu kita kaya terlebih dahulu. Beramal tidak akan menjadikan kita melarat atau miskin, bahkan beramal sodaqoh jariah membuat diri kita terhindar dari balak dan musibah , membuat hati kita bersih , harta akan berkah dan betambah  . Semoga cerita ini bisa mengingatkan kita kepada silaturrohmi dan rajin beramal sholeh kepada sesama umat.

 
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap

21 Jan
Balas

Ok pak Irwan, kita sama sama mancing di gurusiana

21 Jan

Hmmmm....mantaap pak...asyiiknya cari sendiri, masak sendiri, makan sendiri....

21 Jan
Balas

Mantap Pak, mancing sendiri, masak trus makan rame, kepiting saos Padangnya menggoda

21 Jan
Balas

1 kg kepiting berapa rupiah ? menangkapnya,apa hanya pakai penthur?

21 Jan
Balas

Saya waktu itu dapat 7 kepiting 1 kg ada yg 1,5 kg .kalau di hitung per kg di jkt mungkin sekarang dirupiahkan skitar Rp150 000 modal

21 Jan

Iyaa bu Arix ,,sekarang mancing di gurusiana hehehe ,,

21 Jan
Balas

Semoga lancar 30 hari menulisnya ya Pak. Aamiin

22 Jan



search

New Post